Halaman

TRANSLATE

Senin, 17 Oktober 2011

Ninja's Demon Hunter In Kuro Gakuen chp 50. Bodyguard=Servant--->Butler(?)

"Aku ingat sekali pada saat itu. Pandangan matanya yang bertemu denganku. Pandangan itu seakan-akan menembus diriku, gadis bermata hijau itu segera mendekatiku. Aku pun melepaskan penjaga yang kutahan tadi, gadis itu memeriksa orang tersebut secara cepat. Penjaga tadi masih hidup, tetapi ia tampaknya pingsan karena shock." Kata kakak kepadaku



Ai: Apa yang kau lakukan? Cepat bawa ia ke rumah sakit!!



Penjaga 1: Ah! i.. iya! Baiklah!!



"Penjaga tadi pergi dengan cepat. Dalam sekejap tempat itu menjadi sunyi, Orang itu menatapku dengaqn tajam. Aku kembali menatapnya dengan dingin, raut wajahnya terlihat kesal sekaligus takut."



Ai: Kau.... siapa..?



"Saat itu aku melemparkan tanda pengenalku, ia menangkapnya dengan kikuk. Saat dia membacanya raut wajahnya berubah menjadi terkejut."



Ai: Kau....



Akira: Yaa..... aku pengawal sewaanmu. Pastikan kau memberitahu orang lain tentang pembaharuan. Sekarang tolong bawa aku keliling gedung, aku ingin tahu struktur gedung ini.



"Aku masuk ke dalam ruangan yang ada di depan secara langsung. Ai nampak hanya mengikutiku dengan diam. Mungkin dia takut akibat perbuatanku barusan, tetapi itu buka urusanku. Aku menaruh barang bawaanku di sebuah kursi kosong disana."



Ai: Siapa namamu..?



"Perkataan itu membuatku menoleh kebelakang, Ai pada saat itu tersenyum dengan tenang. Aku pun bertanya-tanya, 'apa maksudnya? kenapa dia bisa tenang-tenang saja?' Aku pun berjalan mendekatinya"



Akira: Bukankah tertulis di tanda pengenal yang barusan kuberikan?



Ai: *Menggeleng* Bukankah lebih baik jika secara langsung? Namaku Hiyoshi Ai, salam kenal



"Ia tersenyum dan memberikan tangannya, bisa kau bayangkan betapa gilanya dia. Dia berprilaku begitu terhadap seorang pembunuh yang barusan hampir menghabisi nyawa pengawalnya yang lain?"



Ai: Ng.. Kenapa...??



Akira: Akira Kaguya...



"Aku menjawab pertanyaannya dan langsung pergi keluar tanpa bersalaman denganya. Ia nampak kaget dan berlari mengikutiku keluar."



"Aku terus berjalan mengelilingi bangunan itu disertai penjelasan dari Ai. Singkatnya, keamanan di tempat itu sudah lumayan mencukupi, tetapi masalahnya adalah Ai sendiri. Ia tidak ingin keamanan di bagiannya diperketat, dan ia juga tidak ingin pindah ke bagian bawah. Karena ia bersikeras seperti itu makanya ia memakai pengawal. Tepat pada saat itu ponsel Ai berbunyi."



Ai: Ah.. maaf... akan kulanjutkan besok, hari ini ada urusan mendadak



"Begitulah jawabnya singkat di telpon itu. Aku berhenti berjalan untuk menunggunya, pada akhirnya ia menyimpan kembali ponselnya dan menghampiriku dengan senyum, aku pun menghela nafas kecil."



Akira: Jadi ilmuwan cerdas ini membolos...



Ai: .... Kau dengar...?



Akira: Jangan samakan telingaku dengan kalian..



"Ai pun berjalan mendekatiku yang bersandar di pagar beranda dan ikut merebahkan dirinya sambil melihat keluar."



Ai: Ahh.... Angin sore terasa enak disini....



"Ia merenggangkan tubuhnya sambil tersenyum senang. Aku pun meliriknya yang berada di sebelah kananku. Dalam pikiranku ia adalah orang teraneh yang pernah kutemui, aku sama sekali tidak pernah menduga tindakannya dan pikirannya."



Akira: Kenapa kau memilih tempat ini sebagai tempat penelitian?



"Aku tanpa tahu kenapa membuat sebuah komunikasi, hal itu membuatnya menatapku dengan tatapan terkejut yang disambung dengan tawa. Dan ketika kutanya mengapa ia menjawab dengan mudah."



Ai: Maaf.... melihat perilakumu selama ini kupikir kau orang yang kaku, melihatmu menanyakan sesuatu seperti sesuatu yang langka. Kenapa aku memilih tempat ini ya....??



"Ia berdiam sejenak sambil melihat keluar lagi dan tersenyum. Saat itu ia menjawab dengan jawaban yang tak pernah diperkirakan"



Ai: Karena aku menyukainya...



Akira: Eh..?



Ai: Bukankah ini hebat? Pemandangan di lantai atas ini, ditambah dengan hebusan angin yang bertiup, aku menyukainya



Akira: Kau memilih tempat ini hanya karena alasan itu..? Jangan bercanda! Dan kenapa kau mengatakan hal seperti itu dengan mudah serta dengan tersenyum!? Apa kau tidak peduli dengan keselamatanmu!?



Ai: Tidak, karena kau akan melindungiku bukan?



"Ia menjawab dengan senyuman enteng. Dan jawaban itu membuatku terdiam."



Ai: Kau akan melindungiku bukan? Akira?



"Tanyanya dengan senyum. Aku yang terdiam beberapa saat tertawa"



Akira: Heh.. kau harusnya jadi pembicara daripada jadi ilmuwan



Ai: begitu ya.... kau orang pertama yang berpikiran begitu.. *Tertawa*



"Pada waktu pulang aku berniat mencari tempat tinggal sementara. Mungkin hotel atau sejenisnya, tetapi pada saat itu Ai menahanku"



Ai: Kau akan tidur dimana malam ini?



Akira: Eh..? tentu saja hotel atau penginapan..



Ai: Bukankah kau akan menghabiskan banyak uang kalau begitu?



Akira: Keuanganku cukup, aku bukan seperti orang lain yang mendapat bayaran tetap



Ai:......... Hei, ikut aku kerumah....



Akira: Hah...? Buat apa!? Jangan bercanda!



Ai: Kau pengawalku bukan... dirumahku tidak ada pengawalan..



Akira: ..... Ulang..



Ai: Dirumahku tidak ada pengawalan...



Akira: Tidak ada sama sekali?



Ai: Tidak sama sekali, aku tak suka pengawalan seperti mereka.



"Ilmuwan penting macam apa yang tidak menaruh pengawalan apa pun dirumahnya?"



Ai: Kau bilang kau adalah pengawalku, dan itu berarti kau akan melindungiku bukan? Maka kau juga harus berada di rumahku.



"Aku tak bisa lagi menyangkalnya, ia memang jenius. Pada akhirnya aku mengikutinya, rumahnya tak terlalu jauh. Kami pun berjalan kaki ke tempat itu, Ai mengambil pematik di saku jas putihnya dan menyalakan rokok."



Ai: Kau mau?



Akira: Tidak, aku tidak merokok



Ai: Lelaki macam apa kau tidak merokok? Kalau Kau dewasa maka merokoklah..



Akira: Umurmu sama denganku dan kau bilang dewasa? Lagipula, itu tidak baik untuk tubuh.



"Saat itu Ai pun tertawa kecil"



Ai: Merokok akan membuatmu tampak dewasa.



Akira: Memang tetapi...



Ai: Dan akan lebih mudah untukmu masuk ke dalam pikiran orang ketika kau tampak dewasa



"Jawaban Ai membuatku terdiam..."



Ai: Akan lebih mudah bagimu membentengi dirimu dari atmosfer luar, terlebih lagi itu akan membuatmu lebih berekspresi. Serta, itu dapat menutup rahasiamu.



"Dan tepat pada saat itu di taman yang kami lewati ada suara tembakan dan peluru yang menancap di dekat kakiku. Aku segera memberhentikan Ai dan mewaspadai sekeliling. Aku merasakan hawa sekitar 15 orang mengepung kami dalam kegelapan."



Ai: Ada apa!?



Akira: Kita dikepung, mungkin para orang yang mengincarmu. Mereka membawa senjata, kemungkinan disertai infamerah.



"Muncul sosok orang yang mengelilingi kami, mereka membawa senjata api yang cukup berbahaya"



Akira: Apa maumu?



Pembunuh: Tentu saja gadis itu. Siapa kau? Pengawalnya yang baru? Hahaha.. kenapa kau mau menjadi pengawalnya? Mengawalnya susah, ia tak mendengar kata-kata orang, sampai sekarang, entah sudah berapa banyak orang mati akibat kekerasan kepalanya. Kau yang sekarang belum terlambat, bagaimana jika kau pergi dan serahkan gadis itu? Mau melawan pun kau takkan mungkin menang dengan orang sebanyak ini.



"Aku melihat wajah Ai agak tertunduk, dan pembunuh itu pun tertawa. Melihat hal itu, aku jadi tersenyum"



Akira: 15 orang ya? Dengan senjata api disertai infamerah, ditambah dengan gelapnya situasi sekarang, taktik yang bagus



Pembunuh: Oh kau mengerti..?



Akira: Bagus untuk penjahat kelas rendah



"Aku segera melempar pisauku dan menusuk dada 3 orang. Mereka menembakiku secara spontan, aku maju dan berlindung dibalik pohon. Dengan memanfaatkan pohon-pohon tersebut aku mulai mengahabisi mereka secara tersembunyi. Satu per satu para pembunuh tadi telah habis, mereka semua mati terbunuh"



Pembunuh: Kau!! Siapa kau!!



Akira: Akira Kaguya, kematianmu. Jangan macam-macam dengan ninja jika kau masih ingin hidup



"Aku membunuh orang terakhir dengan mematahkan lehernya. Ai terduduk karena masih kaget. Aku membantunya berdiri dan mengantarnya pulang. Nampaknya ia hanya kaget karena semuanya terjadi secara tiba-tiba. Sepanjang perjalanan Ai hanya diam tak bicara, pada akhirnyakami telah sampai. Sebuah rumah ukuran sedang, agak aneh kalau mengingat bahwa ia ilmuwan penting, rumah dua tingkat bewarna putih"



Ai: Kenapa kau melakukan itu?



"Itu adalah perkataan yang memulai segalanya, bagiku, ataupun baginya"



Ai: Kenapa kau membunuhnya?



Akira: Hah..? Tentu saja kalau tidak aku yang akan mati



Ai: Bukankah kau tidak perlu membunuhnya?



Akira:.... Hei, di dunia ini berbeda dengan apa yang kau pikirkan. Ini bukan tempat yang bersahabat.



Ai: Lalu kenapa? Kehidupan manusia itu penuh arti, dan kematian berarti mengakhiri semuanya



Akira: Bukan urusanku, jika ia hidup maka ia hidup, dan jika ia mati maka ia mati, dibunuh atau membunuh, itulah ninja



"Ai pun menghela nafas panjang. Ia mengambil ponselnya dan nampaknya mengirim e'mail ke seseorang. Setelah beberapa menit ia menyimpan kembali ponselnya dan berjalan mendekatiku, aku pun mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak tetapi ia tetap mendekat"



Akira: Apa....??



"Ia menarik nafasnya sekali lagi"



Ai: Akira Kaguya... Mulai sekarang kau kularang dari membunuh



Akira: ...... Hah?



Ai: Ya, mulai sekarang kau tidak boleh membunuh lagi..



Akira: Jangan bercanda, kenapa aku harus menurutimu? Aku hanya pengawal, bukan pelayanmu



Ai: Soal itu, aku sudah mengontak ayahmu dan mengaturnya



Akira: Apa..??



"Ia telah mengubah kontrakku, lebih tepatnya menambah. Karena itu adalah perintah ayah aku tak bisa menantangnya, dan tindakan gadis ini sama sekali tak diprediksi."



Akira: Kau.....



"Saat itu ia tersenyum dan memberikan tangannya untuk bersalaman sekali lagi. Aku diam dan hanya menatap tangannya, tak lama ia langsung menarik tanganku untuk menjabat tanganya."



Ai: Mulai sekarang, mohon bantuannya ya...



"Aku pun masih terdiam, kenapa ia masih bersikap biasa pada orang yang menyerang pengawalnya dan membunuh di depannya?"



Akira: Kenapa...?



Ai: Ng?



Akira: Kenapa kau bersikap biasa padaku?



"Saat itu Ai mengangkat dan menggenggam tanganku"



Ai: Karena kau tidak seperti yang terlihat, aku tahu karena tanganmu terasa hangat



"Ai melepaskan tanganku dan berjalan menuju pintu masuk rumah"



Ai: Seperti dirimu, kalau kau bilang telingamu berbeda, maka mataku juga berbeda. Sudah kubilang bukan? Masuk ke dalam pikiran orang itu mudah



"Aku terdiam sambil menoleh ke arahnya. Perkataan itu berhasil membuatku terdiam"



Ai: Sekali lagi, mohon bantuanmu untuk kedepan ya, Akira-kun


By: Yahya Scorellia Courtville
READ MORE Ninja's Demon Hunter In Kuro Gakuen chp 50. Bodyguard=Servant--->Butler(?)

Ninja's Demon Hunter In Kuro Gakuen chp 49. Story of Wolf

Malam yang dingin membuatku sedikit mengigil. Sekali lagi aku melihat sekeliling, dan hampir tak ada hawa kehidupan. Di jalanan hanya ada kami berdua. Kakak mengambil rute memutar yang jauh,



-Sepertinya cerita ini akan panjang



"Mengagumkan bukan.." kata kakak secara tiba-tiba. Aku menegakkan kepalaku, "Apa maksudmu?" balasku. Kakak terlihat tersenyum kecil, ia terus berjalan maju, "Suasana seperti ini, saat-saat dimana kau bisa melihat dunia dalam keadaan kosong, bukankah itu mengagumkan?" Jawab kakak dengan senyumnya yang tipis. Aku tak menjawab, untuk kali ini, kakak menunjukan sikapnya yang benar-benar berbeda dari kemarin, atau harus kukatakan, sikap aslinya. Cahaya bulan yang menembus pepohonan taman membuat pantulan cahaya di tanah terlihat berbeda, "Ini salah satu pemandangan kesukaannya.." kata Kakak.



Aku tersadar dari lamunanku, "Dia?" tanyaku. Kakak berhenti sejenak dan berbalik, "Ai.." jawab kakak secara pelan. Aku terdiam sejenak dan teringat akan dokumen yang kubaca di ruang data tadi, "Hiyoshi... Ai..?" Balasku, "Ya, benar.." kata kakak sambil kembali berjalan.



-Ai..? Hubungan mereka dalam ya.. sampai kakak memanggil nama kecilnya..



"Siapa sebenarnya Hiyoshi Ai itu...?" tanyaku dengan memberanikan diri



"Hpmh... Dia Ilmuwan..." jawab kakak enteng



"Ilmuwan yang membuatku berubah..." Sambung kakak



Kakak pun mulai berjalan lagi sambil menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.



"Saat itu ku hanya hanya orang bodoh yang hanya berpikiran tentang misi, sampai aku ditugaskan untuk mengawalnya" Kata kakak



----------------Akira ketika berumur 15-----------------



"Aku berjalan pulang pada malam hari dengan banyak darah menempel pada tubuhku. Aku memasuki gerbang dan bertemu ayah yang sedang ada diluar" Sambung kakak



Ayah: wah, wah, kau kembali dalam penampilan yang hebat..



"Aku diam tak bicara dan hanya pergi ke lorong dan berniat kembali ke kamarku"



Ayah: ckckck... dingin sekali.. Ya sudahlah, terima kasih atas kerja kerasmu. Ini cuma saran sih tapi, ada baiknya jika kau berhenti menjalankan misi pembunuhan..



"Aku pada saat itu pun berhenti melangkah, aku berbalik dan mendekati ayah"



Akira: Kalau begitu, cepat berikan aku 'Pisau merah taring serigala' itu!



Ayah: ...... itu mustahil....



Akira: Apa!? Apa Maksudmu!!



Ayah: Kau belum pantas untuk memegangnya..



Akira: Aku telah melakukan segala kegiatan ninja, dengan sempurna. Aku berhasil membunuh target-targetku, secara tersembunyi, tak terlihat, dan pasti! Aku sudah melakukan segalanya!!



Ayah: Karena itu.... kau belum pantas memegangnya, kau melupakan satu hal..



"Ketika mendengar itu aku naik darah. Aku berjalan maju dan ingin mencengkram kerah baju ayah, tetapi tanpa diduga, dia sudah ada disampingku. Dia memukulkan kipas besinya ke kepalaku secara pelan"



Ayah: Tanpa hal itu kau hanya orang buta yang tak berdaya



"Aku pun melihat ayah berjalan ke arah kamarnya. Dengan kesal aku menuju ke kamarku, tepat saat itu aku melihatmu"



Rikimaru: Kakak? Apa yang kau lakukan malam-malam begini?



"Sebenarnya, beberapa kali aku berpikir untuk melumpuhkanmu. Dengan begitu, hanya akulah yang dapat menjadi pewaris. Tetapi, aku pada akhirnya aku tak melakukannya. Saat itu aku hanya pergi tanpa menjawab, sewaktu di kamar aku merebahkan diri dan beristirahat sambil memikirkan perkataan ayah"



"Saat aku membersihkan senjataku di pagi hari, ayah memanggilku. Paling ia hanya memberikan misi seperti biasa lagi, itulah yang kupikirkan, tetapi.."



Akira: Ada apa? memanggilku di pagi hari seperti ini? Misi lagi?



Ayah: ya.. kau benar..



Akira: Huh... apa kali ini? mata-mata? Penghancuran? atau pembunuhan?



Ayah: ....... bukan hal yang semacam itu, hanya menjadi bodyguard saja..



"Saat itu aku terkejut, tak biasanya pekerjaan semacam itu diserahkan padaku"



Akira: Jangan bercanda, kenapa Misi untuk tingkat rendah semacam itu diserahkan padaku?



Ayah: Ini bukan tingkat rendah kok, ini misi tingkat atas. Tugasmu hanyalah menjaga orang ini..



"Ayah memberikanku sebuah dokumen, dokumen yang simpel, hanya berisi foto dan detail perintah"



Ayah: Namanya Hiyoshi Ai, umurnya sama denganmu. Dia adalah ilmuwan, dirinya banyak diincar oleh banyak orang. Yang mengincarnya bukan hanya orang tetapi negara juga.



Akira: Memangnya apa yang dia lakukan...



Ayah: Itulah seorang jenius. Karena hal itu, sulit baginya untuk percaya kepada orang-orang lain. Terlebihnya, banyak bodyguard yang mati ketika menjaganya, itulah sebabnya kita turun tangan



Akira: Sebelum itu... siapa yang mengajukan permohonan? Dia tidak percaya terhadap orang bukan? lalu kenapa ia meminta kita?



Ayah: Karena aku yang mengajukannya..



"Perkataan ayah saat itu membuatku terdiam sekaligus bingung. Sebenarnya, apa yang dipikirkannya"



Ayah: Kau akan lebih mengerti jika bertemu dengan orangnya. Sekarang pergilah ke tempatnya.



Akira: Sekarang...??



Ayah: Tentu saja, pekerjaanmu sudah dimulai semenjak hari ini, sekarang cepat pergi, atau ibumu yang akan membawamu kesana



"Aku langsung bersiap-siap untuk pergi. Dengan membawa semua peralatanku. Aku juga berpikir, apa tujuan ayah dibalik semua ini, dia bertingkah tidak seperti biasanya"



Ayah: Kau terlalu memikirkannya...



"Ayah yang duduk di kursi kamarku membuatku terkejut. Terlebihnya, ia membaca pikiranku. Tepat pada saat itu ia memberikan sebuah benda terbungkus dengan berantakan."



Ayah: Bila saatnya tiba bukalah ini..



Akira: Apa... ini?



Ayah: Kau akan tahu nanti, jangan mencoba membukanya sebelum saatnya.



"Ayah meninggalkan ruangan begitu saja, ketika di pintu ia berbalik"



Ayah: Jawaban untuk pertanyaanmu juga kurasa akan terjawab jika kau pergi kesana. Hiyoshi Ai... dia orang yang menarik, belajarlah dari dia..



"Kata ayah sambil pergi. Aku penasaran dengan isi dari bungkusan itu, tetapi tak ada waktu lagi, aku pun melempar bendaa itu masuk dalam tas perlengkapanku dan pergi. Aku harus menaiki kereta untuk sampai pada tempat itu. Rumah Ai terletak lumayan jauh dari rumah dan berada pada kota yang lain. Aku sesekali melihat surat kabar yang dibaca orang, tertulis namanya disitu. Kau dapat menggambarkannya sebagai seseorang yang sangat jenius dan berkepribadian yang kompleks saat itu. Seorang yang seumuran denganku memiliki kemampuan sebesar itu. Koran tersebut berpindah halaman, terdapat berita tentang pembunuhan dimana pelakunya tidak diketahui, saat itu aku tertawa kecil"



Akira: Tak seharusnya aku berkata begitu...



"Pelaku dari pembunuhan itu adalah diriku, saat mengingatnya aku merasa lucu. Tepat pada saat itu kereta yang kunaiki telah sampai. Aku pun turun dan segera mencari alamat sesuai peta yang berada di tanganku, sampai aku menemukannya. Sebuah gedung tinggi yang bertingkat bewarna putih, seperti bangunan dari perusahaan. Saat aku memasukinya terlihat jelas keamanan tempat itu tinggi, banyak penjaga bahkan polisi yang berkeliaran. Aku terus berjalan tanpa memperdulikannya, dengan mengikuti peta aku sampai pada ruangan besar di lantai teratas. Saat itu aku heran, (kenapa memilih tempat seperti ini? Saat terjadi apa-apa maka akan sulit untuk kabur, sebaliknya malah terperangkap), Begitulah pikirku. Ketika aku ingin membuka pintu bahuku telah ditahan oleh dua orang berbadan besar dengan berpakaian seperti bodyguard.



Penjaga 1: Siapa kau? Ini daerah terlarang, kau tak seharusnya masuk kesini.



Akira: Aku kemari atas perintah, aku ditugaskan untuk menjadi bodyguard Hiyoshi Ai selama beberapa hari di depan, bisa aku bertemu dengannya?



"Mereka berdua terdiam sejenak dan kemudian tertawa terbahak-bahak, mereka tidak percaya dengan yang kukatakan, bahkan mereka mengejekku."



Penjaga 1: HAHAHA.... Hei bocah, jangan main-main. Lebih baik kau kembali, apa yang bisa dilakukan oleh anak-anak sepertimu? Berapa Umurmu?



Akira: ....... 15 tahun....



Penjaga 2: HAHAHA!!!! apa-apaan itu? Dengan begitu kau bilang kau bodyguard? Apa yang bisa kau lakukan?



"Salah seorang mereka mencengkram kerah bajuku, dan itu membuatku mulai marah"



Penjaga 2: Pulanglah nak, sebelum kau menjadi makanan ikan..



Akira: ..... Bisa tolong kau lepaskan tanganmu? Atau tanganmu akan hilang?



Penjaga 2: Hahaha..... apa yang ingin kau laku.. UGGH!!!!!



"Aku memukul lengannya dari bawah dan segera memutarnya. Terdengar suara lengannya yang terlepas dari bahunya."



Penjaga 2: GAAGGHH.... GGYYYYAA!!!!!!!



"Dengan cepat aku memukul ulu hatinya dengan sikutku sehingga dia terjatuh kesakitan, aku segera mencengkram tenggorokannya dengan kedua jari tangan kananku, sedangkan tangan kiriku memegang tanganya yang terlepas."



Akira: Hei, apa kau ingin tahu bagaimana rasanya tenggorokanmu dilubangi dengan dua jari? Kau akan punya lubang bernafas tambahan..



Penjaga 1: He..Hentikan! Turunkan dia!!



Akira: Hmm..? Ah.. Pistol ya...?? pilihan senjata yang bagus tapi.. apa kau sempat menembakkannya?



"Aku yang tertawa pada saat itu membuat para penjaga itu takut, ketika aku berniat melemparkan pisau untuk membunuhnya terdengar suara nyaring."



?????: HENTIKAN!!!!!!!



"Aku segera menoleh, pintu yang tertutup tadi terbuka, dan ada sesosok seorang wanita muda. Dia berambut perak dengan mata hijau yang dilapisi oleh sebuah kacamata, dia, Hiyoshi Ai

------------------By: Yahya Scorellia Courtville
READ MORE Ninja's Demon Hunter In Kuro Gakuen chp 49. Story of Wolf

Rabu, 29 Juni 2011

Poli Gamerz chapter 3: Making Decision

Malam itu setelah kami semua membuat keputusan kami pun datang kembali ketempat orang bertopeng itu, dan setelah sampai di depan kamar hotel orang bertopeng itu aku pun mengetuk pintu. Tidak lama setelah itu ada seorang pelayan yang membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk. Ternyata di sana orang bertopeng itu juga sudah menuggu “bagaimana keputusan kalian?” tanya orang bertopeng itu. “sudah kami putuskan akan mengikuti game bodohmu itu” kata Satrio mewakili kami semua. “Sudah kuduga kalian akan menerimanya, walaupun tidak kusangka akan secepat ini, kalau begitu duduklah akan kujelaskan detilnya” kata orang bertopeng itu. “Jadi waktu itu kau memang belum mengatakan semuanya ya?” tanya Satrio dengan sedikit marah. “sama seperti kalian, aku juga tidak bisa langsung percaya pada orang yang baru pertama kutemui” kata orang bertopeng itu. Lalu kami pun duduk “ah benar juga ngomong-ngomong kami belum tahu nama paman” kataku. “Karena beberapa alasan aku tidak bisa memberitahu nama asliku, tapi kalian bisa memanggilku Zero dan tolong jangan memanggilku paman” kata Zero. “kalau begitu aku lanjutkan dimulai dari penyebab permainan ini yaitu peperangan antara Palestina dengan Israel, agar tidak menjadi masalah yang berkepanjangan aku melakukan pertemuan dengan para petinggi dunia untuk membicarakan masalah ini, hasilnya banyak yang mendukung Palestina tapi juga banyak yang mendukung Israel. Sebagai penengah akhirnya aku memutuskan untuk mengadakan permainan ini” jelas Zero. “Apa mereka setuju begitu saja?” tanya Tio. “Tentu saja aku menggunakan sedikit paksaan, tapi kalian tidak perlu mengkhawatirkannya” jawab Zero.


“Lalu bagaimana dengan cara bermain dan peraturannya” tanya Satrio. “Permainan ditentukan oleh sebuah CD, dalam 1 permainan terdapat 2 tim, satu sebagai catcher yang bertugas mengambil CD dari pemain lawan dan yang kedua sebagai defender yang bertugas mempertahankan CD, tim yang memegang CD sampai waktu yang ditentukan habis akan menjadi pemenang, peraturannya selain membawa senjata api dan membunuh dalam permainan semua diperbolehkan” jelas Zero. “Kalau begitu kapan kami mulai?” tanyaku. “1 minggu lagi datanglah kembali ke hotel ini, kita akan langsung berangkat ke tempat pertandingan, jadi persiapkanlah semua yang kalian butuhkan dalam waktu 1 minggu itu karena kita akan bepergian jauh”. “Apa cuma begitu saja peraturannya? Kalau begitu permainan ini aman kan!” kataku tenang. “Benarkah?! hemh... aku rasa tidak akan seaman itu, tidak ada peraturan kalau kita tidak boleh melukai lawan kan?! kau juga harus siap terluka bocah” kata Satrio. “Bukan itu saja tadi kau bilang tidak boleh membunuh dalam permainan, tapi jika lawan mati setelah permainan maka itu tidak dihitung kan?!” kata Tio sambil menatap sinis si orang bertopeng. “Eeeeeeeeh.... apa benar?!” kataku kaget. “Begitulah, lalu apa kau mau mundur sekarang?” tanya Zero. “Kalau sudah sejauh ini aku juga tidak bisa mundur lagi kan?!” kataku dengan sedikit tegang.


“Kalau begitu sudah diputuskan, jadi apa nama tim kalian?” tanya Zero. “Aku tidak peduli hal seperti itu” kata Satrio yang kemudian segera pergi meninggalkan ruangan. “Kalau cuma nama kau saja yang memutuskan, aku tidak keberatan nama apapun yang kau berikan” kata Tio yang kemudian ikut pergi. “Heiii.... tunggu” kataku yang lagi-lagi tertinggal. “Apa tidak apa-apa menggunakan orang-orang yang tidak terkoordinasi bahkan sampai tidak bisa menentukn nama tim seperti mereka?” tanya Klaus khawatir. “Itu memang masalah, tapi mereka punya satu kesamaan” jawab Zero. “Kesamaan?” tanya Klaus lagi. “Dari 100 kartu jawaban yang masuk, cuma mereka bertiga yang tidak mengisi bagian alasan kenapa mereka memerlukan uang, ada banyak yang menulis untuk kebutuhan hidup, atau membayar hutang, atau hanya membuat alasan acak, tapi mereka bertiga tidak melakukannya. Mereka tidak akan berbohong. Tapi mereka juga tidak ingin alasan mereka diketahui orang asing. Satrio Rahardi, Tio Marwoto, dan Putra Hermanto. Semua orang-orang muda ini dalam keadaan yang memerlukan uang dalam jumlah besar. Itu kesamaan yang sangat bagus kan?” jawab Zero.


Lalu satu minggu pun berlalu dan mereka bertiga berkumpul kembali ke hotel itu dan kali ini mereka semua datang di saat yang bersamaan. “Sekarang kami semua sudah berkumpul, lalu apa yang harus kami lakukan?!” tanya Satrio. “Sekarang kita akan segera berangkat ke Vietnam di sanalah tempat petandingannya” jawab Zero. “Tunggu dulu!! Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau kita akan ke tempat sejauh itu! Aku cuma membawa beberapa pakaian dan sedikit uang, aku bahkan belum membayar sewa kos bulan ini. Satrio dan Tio juga kelihatannya malah tidak membawa apa-apa. Benarkan?!” tanyaku sambil mengeluh. “Kau tidak perlu repot-repot mengkhawatirkanku” jawab Satrio santai. “Kalau untukku pakaian yang kupakai ini sudah cukup” jawab Tio juga dengan santai. “Aaaaah kenapa pendapat kalian selalu berbeda dariku!” kataku kesal “Kau tidak perlu khawatir Putra, masalah sewa kos mu biar aku yang membayarnya dan biaya kalian di luar negri juga sepenuhnya tanggung jawabku, oh ya setelah kita sampai di Vietnam aku harap kalian tidak menggunakan nama asli kalian karena ada kemungkinan musuh akan mendapat informasi kalian jika kalian menggunakan nama asli. Sebagai gantinya aku sudah menyiapkan codename untuk masing-masing dari kalian. Satrio codename mu adalah Adam, lalu untuk Tio codename mu adalah Ace, dan terakhir (aku sudah menunggu dengan senyum) Putra codename mu adalah Alice!” “Apaaaa?! Kenapa cuma codename ku saja yang kedengaran seperti nama perempuan sedangkan Satrio dan Tio mendapat codename yang keren?!” bantahku kesal. “Nama tim kalian adalah No Name dengan kata lain AAA, karena itu menurutku lebih baik membuat codename yang cocok dengan nama tim kalian” “Karena itu kenapa aku harus mendapat nama Alice” kataku lagi menyela pembicaraan Zero. “Aku memang membuat kedua nama sebelumnya keren, tapi setelah itu aku jadi kehabisan ide dan cuma nama Alice yang terpikirkan olehku” “Makanya sudah kubilang kenapa harus aku yang mendapat codename Alice?!” kataku sambil menyela kata-kata Zero. “Tapi menurutku codename Alice itu cocok untukmu, lagipula apa kau pikir salah satu dari mereka berdua ada yang pantas dipanggil Alice?” tanya Zero. “Ughh, itu benar juga” kataku merasa kalah. “Sudahlah aku rasa Alice itu nama yang cocok denganmu” kata Satrio sambil menepuk pundakku. “Menurutku juga begitu Alice” kata Tio setuju. “Ahhhh... bahkan Tio juga, baiklah! kalau memang itu mau kalian akan kuterima nama itu dengan bangga” kataku sambil mengepalkan tangan dan menginjakkkan satu kakiku ke meja dengan bersemangat. “Tidak kusangka dia mau menerima nama itu” kata Zero dengan suara pelan dan menghadap belakang. “Hmph.. apa kau mengatakan sesuatu paman?” tanyaku. “Tidak bukan apa-apa, daripada itu sudah kubilang berkali-kali jangan memanggilku paman! Kalau begitu aku lanjutkan lawan pertama kita adalah Vietnam kemungkinan mereka akan menggunakan” “veteran perang kan?” kataku memotong pembicaraan. “Itu benar, tapi bagaimana kau bisa tau?” tanya Zero. “Itu sangat terkenal kan? seperti saat Conflict: Vietnam atau Battlefield 2: Vietnam” kataku dengan bersemangat. “Ha..ha.. begitu ya -_-’ tapi tolong jangan menyamakan kenyataan dengan game, tapi memang dulu Vietnam pernah berperang melawan Amerika selama 18 tahun dari 1957-1975”. “Hei..hei jangan bilang perkiraan mu itu alasannya sama dengan Putra?!” tanya Satrio dengan sedikit khawatir. “Tetu saja tidak, aku sudah menyelidikinya sendiri jadi kalian tidak perlu khawatir. Sekarang kalian ikutlah denganku” jawab Zero. Kemudian kami berlima pergi menuju atap hotel.


“Lalu mau apa kita di sini?” tanyaku. “Coba kalian lihat ke atas” jawab Zero. Kemudian terdengar suara bising dan saat kami melihat ke atas tanpa kami sadari sudah ada helikopter yang menunggu di atas kami, Satrio sampai bersiul tanda kagum melihatnya. “Hebaaaat, apa kita akan naik helikopter ini sampai ke Vietnam?” tanyaku terkagum-kagum. “Tentu saja tidak bodoh, kau pikir sejauh apa jarak Indonesia ke Vietnam?!” “Tidak sampai 10 meter” jawabku sambil menunjuk peta yang aku bawa. “Itu kan jarak pada peta, lagipula darimana kau dapat peta itu?, yang penting sekarang kita naik helikopter ini dulu sampai ke bandara dan setelah sampai di pesawat kita harus mulai memanggil satu sama lain dengan codename, ini juga berlaku untukmu, narator yang menulis cerita ini, mulai chapter berikutnya kau harus mulai memanggil mereka dengan codename agar tidak ada yang mengetahui nama asli mereka!.


~ To Be Continued ~


Huu.... hu.... >_< tidak kusangka karakter buatanku sendiri akan mengancamku, tapi biarpun mulai chapter berikutnya aku menyebut codename mereka bukannya orang yang membaca cerita ini dari awal juga sudah tau nama asli mereka??. Tapi daripada itu, maaf sudah menunggu lama chapter ketiga ini. Pada chapter keempat nanti akan dimulai adegan pertarungan antara tim No Name dengan tim Vietnam yang masih dirahasiakan namanya. Sampai ketemu lagi pada chapter berikutnya :)






by : Irfan Albion
READ MORE Poli Gamerz chapter 3: Making Decision

Selasa, 28 Juni 2011

Anima no Seihen-Chapter 4 “The Living Dead”

***
Nac keluar dari ruang UKS.Nac kemudian mengambil jalan ke arah kiri,ia tersenyum seraya sedikit menggerakkan tangannya seperti menari.

“Let’s dance now!” seru Nac seraya mengacungkan jari telunjuk tangan kanannya ke atas.Misa yang datang dari belakang terkejut melihat Nac yang keluar dari UKS.Misa yang melihat hal tersebut segera berlari dan mendekati Nac.

“Nac!!” seru Misa.Nac terdiam lalu melirik Misa yang lari di belakangnya dengan tatapan sinis.

“Cih,perempuan ini lagi..sial” gumam Nac pelan.Mata ungu milik Nac kembali menjadi biru,tatapan mata Nac berubah.Nac menyadari kehadiran Misa kemudian menghela nafas.

“Ada apa,Misa?” tanya Nac dingin pada Misa yang sudah ada di hadapannya.Misa memasang wajah cemberut.

“Kau ini kenapa?! Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu.Kau mau kemana?”  tanya balik Misa.

“Jelas akan kembali ke kelas” jawab Nac singkat.Misa menghela nafasnya.

“Tapi kelas kan ada di sebelah sana.Kenapa kau pergi ke arah yang berlawanan?” ucap Misa seraya menunjuk kelas mereka yang ada di belakang.

“Ah,iya..apa yang aku pikirkan tadi ya.Baiklah,ayo kita pergi ke kelas” ajak Nac yang kemudian berbalik berjalan menuju ke kelas.Misa mengikutinya dari belakang.Sementara tidak jauh dari sana terdapat perempuan berambut pirang dikepang dua,bermata ungu cerah,memakai pakaian seragam sekolah Yurika Gakkuen melihat Nac dan Misa dari tadi.Perempuan berambut pirang tersebut terus menatap Nac hingga ia masuk ke dalam kelas.Ekpresi perempuan tersebut terlihat datar.

“Dia…sudah tercorrupt oleh Blackout pada dirinya” ucap perempuan berambut pirang tersebut kemudian ia berjalan mendekati pintu ruang UKS lalu menoleh ke dalam ruangan tersebut.

“Disini juga…ada hawa kegelapan Blackout…bukan hawanya sedikit aneh.Apa masih belum sempurna?” ucap perempuan berambut pirang tersebut pelan seraya masuk ke dalam ruangan tersebut.Perempuan berambut pirang tersebut kemudian menatap Sota yang terbaring.Ia perlahan mendekati Sota dan kembali menatapnya dengan tatapan yang sayu.Perlahan tangan kanan perempuan tersebut terangkat dan memegang dada Sota.Tiba-tiba sesuatu muncul dan menolak tangan perempuan tersebut,membuat tangan perempuan tersebut terhempas.

“Shimatta…laki-laki ini dilindungi oleh sesuatu yang kuat,mungkinkah….” Ucap perempuan berambut pirang itu pelan.

“Vienna-chan,ternyata kau disini…” ucap seorang perempuan berambut hitam pendek sebahu yang muncul di belakang perempuan berambut pirang yang bernama Vienna.Vienna berbalik menatap perempuan berambut hitam tersebut tanpa ekspresi.

“Ah,ternyata kau,Hirai-san” ucap Vienna pelan.

“Aku sudah menyelesaikan lampiran tentang kepindahanmu kemari.Ohya,apa yang kau lakukan disini,Vienna-chan?” tanya Hirai yang kemudian menatap ke arah Sota yang terbaring.Kemudian ia tersenyum.

“Jangan-jangan kau suka pada laki-laki ini ya?” tanya Hirai dengan nada menggoda.Vienna tidak memperlihatkan reaksi apapun namun terlihat sedikit rona memerah pada wajahnya.

“Tidak…aku hanya-“

“Tidak apa-apa kok,wajar seorang perempuan suka pada laki-laki…ayo,cepat pergi ke kelas” potong Hirai seraya menarik tangan Vienna.Vienna hanya diam membiarkan tangannya ditarik oleh Hirai tanpa memperlihatkan ekspresi apa pun.

***
Beberapa jam kemudian,bel pertanda berakhirnya pelajaran untuk hari ini berbunyi.Sebelum keluar dari kelas,semua siswa berdiri dan memberi hormat pada guru yang mengajar.Setelah itu,Yui membereskan semua bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.Yui kemudian menatap ke arah bangku Sota yang kosong.

“Sota…kelihatannya dia belum sadar,mungkin aku juga harus membawa tasnya” Yui mengucap dalam hati.Yui kemudian melangkah perlahan ke bangku Sota dimana terdapat Karen yang duduk di sebelah bangku tersebut,sedang membereskan bukunya.Karen menyadari Yui yang berada di sampingnya,Karen segera menoleh.

“Ada apa? Yui-chan?” tanya Karen seraya tersenyum.

“Aku ingin mengambil tas Sota,aku ingin menjenguknya ke UKS sekalian membawakan tasnya” ucap Yui pelan seraya menunduk.

“Oh,tas milik Takajima-kun ya” ucap Karen seraya mengambil tas milik Sota yang ada di kolong bangku lalu menyerahkannya pada Yui.Yui mengambil tas tersebut kemudian Karen berdiri.

“Aku juga akan menjenguk Takajima-kun.Sebenarnya aku yang menyebabkan semua ini.Ayo,Yui-chan” ajak Karen.

“Arigatou,Karen-chan” ucap Yui senang.Tiba-tiba pintu ruang pintu kelas terbanting keras.Karen dan Yui yang terkejut segera menoleh ke arah pintu.Mereka terkejut melihat sekelompok siswa laki-laki yang semuanya membawa pedang kayu.

“Kalian bukannya anak buah Fujima yang kemarin!? Apa yang kalian inginkan?” tanya Yui yang terlihat kesal.

  “Heheh,jangan memasang wajah cemberut seperti itu Yui-chan.Boss Fujima hanya ingin bertemu denganmu.Lebih baik kau tidak melawan atau kami memaksa dengan cara kekerasan” ucap seorang siswa kelompotan tersebut.

“Aku tidak mau bertemu dengan Fujima itu lagi! Bukankah yang kemarin apa tidak cukup?!” geram Yui.Tiba-tiba kelompok siswa tersebut mengepung Yui dan Karen.

“Jangan melawan! Ikut saja!” ucap lagi siswa laki-laki tersebut yang langsung menarik tangan Yui.Yui segera meronta namun mulutnya segera dibungkam oleh siswa yang di belakangnya.

“Yui-chan!” seru Karen.

“Kau jangan ikut melawan! Atau temanmu ini terluka!” ancam laki-laki tersebut.

“Cih…” Karen langsung berhenti.

“Ohya kau,ucapkan pada Sota bahwa boss kami sudah membawa Yui.Jika ingin menyelamatkan Yui,pergilah ke gudang sekolah yang ada dibawah.Kami akan menunggunya disana” ucap laki-laki tersebut.Akhirnya kelompok siswa tersebut membawa Yui keluar kelas.Karen terdiam,dia merasakan sesuatu keluar dari laki-laki tersebut.

“Perasaan ini…jangan-jangan Blackout” gumam Karen yang menggigit bibir.Karen melihat tas Sota yang terjatuh saat Yui dikerumuni oleh siswa tadi.Karen mengambil tas tersebut lalu berlari ke luar kelas menuju ruang UKS.

“Aku…harus cepat” gumam Karen.

***
Karen tiba di ruang UKS,ia segera menghampiri Sota yang masih tebaring.

“Takajima-kun,bangun..hey” ucap Karen pelan seraya mengguncang pundak Sota.Sota perlahan membuka matanya,kemudian ia menatap Karen yang ada di sampingnya.

“Karen,aku ada dimana?” tanya Sota pelan.

“Kau ada di ruang UKS,sekarang tadi kepalamu terluka” ucap Karen pelan seraya tersenyum.

“Oh,jadi seperti itu ya” ucap Sota yang bangun.

“Tapi ada masalah gawat,sekelompok siswa tadi membawa paksa Yui-chan.Dan dia menyuruhku untuk mengatakan padamu,jika ingin Yui…kau harus datang ke gudang sekolah yang ada di bawah” ucap Karen menghela nafas.

“Apa?!...pasti mereka yang kemarin,aku harus cepat!” ucap Sota yang bergegas turun dari ranjang seraya memakai sepatunya.Sota langsung berlari keluar meninggalkan ruang UKS.

“Hey,Takajima-kun! Kau lupa tasmu!” seru Karen seraya menunjukkan tas Sota yang digendongnya.

“Tolong bawa dulu ya! Aku buru-buru!” seru Sota yang sudah meninggalkan UKS.Karen terdiam seraya menghela nafas.

“Tadi itu rasanya,hawa yang keluar dari tubuh mereka adalah Blackout….semoga itu hanya perasaanku saja” gumam Karen pelan.Kemudian Karen berjalan pelan meninggalkan ruang UKS.Beberapa menit kemudian setelah Karen meninggalkan ruang UKS,muncul seorang perempuan berambut pirang yang dikepang dua keluar dari salah satu tirai yang ada disana.

“Blackout…” ucap Vienna pelan.

***
Sota akhirnya sampai di sebuah bangunan besar yang tua yang letaknya di belakang gedung sekolah Yurika Gakkuen yang merupakan gudang sekolah.Bangunan tersebut besar terlihat tidak ter-urus.Sota berjalan perlahan mendekati pintu gudang sekolah.Keringat dingin mengucur di wajahnya,terlihat sedikit rasa takut tersirat di wajahnya.

“Tidak,aku tidak boleh takut.Aku akan menyelamatkan Yui walaupun itu akan membuatku sakit” gumam Sota pelan.Sota perlahan membuka pintu gudang tersebut,ia berjalan memasuki gudang.Di dalam gudang tersebut sangat luas,terlihat beberapa atribut-atribut sekolah terpajang disana.Keadaan pada gudang tersebut terlihat sepi,tidak ada siapapun kecuali Sota.

“Aneh,bukannya tadi kata Karen pada gudang yang ada dibawah.Bukannya gudang ini saja yang ada di bawah,tapi kenapa tidak ada orang sama sekali disini” ucap Sota pelan.Sota kemudian terkejut melihat Yui yang diikat oleh sebuah tali pada tiang besi tua di depannya.Yui terlihat tidak sadarkan diri.

“YUI!!” teriak Sota yang langsung berlari menghampiri Yui.Sota kemudian berhenti ketika muncul gerombolan siswa yang muncul tidak jauh di tiang tempat Yui diikat.

“Heheheh,kami sudah menunggumu,Takajima-kun” ucap salah satu siswa di gerombolah tersebut.

“Kalian?! Apa yang kalian lakukan?! Cepat lepaskan Yui!” seru Sota seraya mengepalkan tangannya.

“Wowowowo,sabar-sabar Takajima,boss Fujima ingin bertemu denganmu” ucap siswa itu lagi.Kemudian seluruh germbolan di dekat Yui segera menjauh.Fujima kemudian muncul dari belakang Yui.

“Halo,Takajima” ucap Fujima tersenyum.Namun Sota melihat keganjilan dari penampilan Fujima.Wajahnya terlihat tenang,dan matanya yang kemarin hitam sekarang berubah menjadi abu-abu.

“Kau apa tidak cukup pada hari kemarin?!” geram Sota.

“Jangan marah seperti itu,Takajima.Aku tidak akan berbuat sesuatu yang buruk pada Yui-chan” ucap Fujima pelan seraya mengelus pipi Yui pelan.

“K-kau! Jangan sentuh dia!”

“Memang apa urusanmu? Bukankah dia ini bukan pacarmu kan?” tanya Fujima seraya memegang dagu Yui.”Dia itu memang manis saat tidur,memang aku tidak salah memilihnya” lanjut Fujima tersenyum kemudian ia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari sakunya.

“Tapi kecantikannya itu belum terlihat jika masih ada yang menghalanginya” ucap Fujima pelan mengarahkan pisau tersebut pada seragam Yui.Perlahan Fujima menyobek seragam Yui menggunakan pisau tersebut.Semua gerombolan siswa yang ada disana langsung tertawa melihat tersebut.

“He-hentikan!!” teriak Sota,hawa hitam yang besar meledak keluar dari tubuh Sota.Perlahan rambut Sota berubah menjadi putih dan mata birunya berubah merah darah.Hawa hitam tersebut terus berputar mengelilingi Sota menimbulkan angin yang bertiup keras meniup segala sesuatu yang ada disana.Fujima segera berhenti kemudian berbalik menatap Sota,Fujima tersenyum.Sota kemudian menatap Fujima dengan tatapan bagaikan iblis.

“Hei,kau…bukannya kau kemarin sudah terkena Darkness Phantasm.Harusnya kesadaran dirimu tidak bisa sembuh hanya dalam waktu satu hari…kecuali kau bukanlah Fujima yang aku hadapi kemarin” ucap Sota yang suaranya berubah dingin seraya menunjuk Fujima.Fujima kemudian tertawa.

“Hahahaha,benar sekali.Aku bukan Fujima,aku adalah Blackout yang tercipta pada saat Fujima yang depresi karena tidak bisa mendapatkan cinta Yui” ucap Fujima pelan.

“Heh,cinta,kau menjijikkan.Semua orang gampang sekali putus asa hanya karena cinta,pitiful” ucap Sota dingin.

“Heheheh,tapi berkat kau…aku akhirnya bisa juga mengambil alih tubuh Fujima,kali ini akan kubalaskan dendamnya” ucap Fujima pelan.”ruuuagh” Tiba-tiba tubuh Fujima yang tegap berubah menjadi bungkuk,rambut hitamnya berubah menjadi putih.Kulitnya yang coklat berubah menjadi putih pucat,cahaya pada matanya menghilang.Ribuan tangan tengkorak bermunculan keluar dari punggung Fujima.Semua gerombolan Fujima ikut berubah,tubuh mereka putih pucat,dan gerakan tubuh mereka menjadi lemas.

“Heh,aku memang bilang kau itu menjijikkan.Tapi aku tidak menyangka ternyata wujudmu itu memang menjijikkan ditambah Blackout dalam dirimu,cih” ucap Sota seraya membuang ludah.

“Jangan banyak bicara,kau juga adalah Blackout.Tutup saja mulutmu itu.Di tempat ini juga,aku akan menghabisimu!!” seru Fujima yang suaranya berubah lemas

TO BE CONTINUED     

READ MORE Anima no Seihen-Chapter 4 “The Living Dead”

Anima no Seihen-Chapter 10 : “A Phantom Appear”

***
“Lambat kalian! Execreation…Thousand Fireworks!” seru Nac yang kemudian memutar tubuhnya dengan cepat di udara seraya melepaskan beberapa tembakan saat berputar.Sehingga ribuan tembakan terlihat berpencar melesat ke segala arah.

“Awas,Sota!” seru Yui melompat ke arah Sota,Sota terkejut.Yui memeluk dan mendorong Sota menjauhi tempat tersebut.Sota memejamkan matanya karena terkejut.

“Sial” ucap Karen singkat melihat Nac yang berputar di atas dan ribuan tembakan yang melesat ke seluruh penjuru arah.Karen memaksa tubuhnya untuk bergerak,ia melempar tubuhnya ke samping menjauhi Nac.Beberapa saat kemudian Sota yang terjatuh mendengar suara tembakan terdengar yang begitu keras.Dinding bangunan sekolah dan tanah di bawah Nac yang terkena tembakan retak dan perlahan hancur.Nac berhenti berputar dan melepaskan tembakan kemudian ia memutar posisi tubuhnya kemudian mendarat di tanah dengan posisi jongkok.Setelah tidak mendengar suara tembakan,Sota membuka matanya memandang langit senja yang tidak lama lagi akan berubah menjadi malam.Sota kemudian menatap Yui yang memendamkan kepala pada dadanya.

“Yu-Yui…” ucap Sota pelan memandang Yui,tangan Yui memegang erat seragam Sota dan terlihat bergetar.Yui meringis terlihat menahan rasa sakit.”Yui?” ucap Sota heran kemudian ia bangkit seraya memegang punggung Yui membantunya berdiri,Yui merintih kesakitan.”Yui,kau kenap-“ ucap Sota merasakan sesuatu yang hangat di punggung Yui,Sota melepaskan pelukannya dan melihat darah segar yang membekas di kedua  tangannya.”I..ini…da-darah” ucap Sota pelan,matanya terbelalak menatap darah yang membekas di tangannya dengan jumlah yang banyak.Sota kemudian melihat kawah luas yang tidak terlalu dalam terbentuk karena tembakan tadi.

“Ka-kau ti-tidak apa-apa kan?....So..ta” ucap Yui pelan menatap Sota dengan keseimbangan tubuhnya yang mulai goyah.Sota terkejut.

“A-aku tidak apa-apa,ta-tapi kau…Yui…da-darah” ucap Sota terbata melihat Yui dan darah yang menetes dari punggungnya.Yui tersenyum.

“Syukurlah ka-kalau Sota tidak apa-apa,aku-aku bisa tenang” ucap Yui kemudian memejamkan matanya,Yui kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh ke depan.Telinga kucing yang ada di kepalanya menghilang.

“Yu-yui!” ucap Sota yang langsung menangkap Yui sebelum terjatuh,air matanya perlahan menetes dari wajahnya.”Yui!..Yui!” teriak Sota mengguncang tubuh Yui,namun Yui tidak mengeluarkan reaksi apa pun.”Yui!..Yui! Bertahanlah! Yui!” teriak Sota yang masih mengguncang tubuh Yui,air matanya mengalir deras.Karen yang berhasil menghindar akhirnya ia bangkit seraya merapikan seragamnya.Karen kemudian menatap Yui dan Sota yang tidak jauh ada di sampingnya.

“Takajima-kun…” ucap Karen pelan dengan tatapan sayu.

“Hehe,gadis yang bodoh.Harusnya dengan menggunakan reflek dan kecepatan yang ia miliki,maka dia bisa menghindar dari serangan tadi namun dia memilih untuk menyelamatkanmu dengan menjauhkanmu dari jangkauan serangan tembakanku.Jika ia memilih menghindar dan menjauh,mungkin ia tidak akan seperti itu.Heh,benar-benar pilihan yang bodoh” ucap Nac sinis seraya bangkit dan menatap Sota.Sota berhenti,air matanya masih mengalir.

“Coba katakan sekali lagi,yang tadi kau ucapkan soal Yui…” ucap Sota pelan seraya menggertakkan giginya.

“Huh? Kau tidak mendengarnya ya?..aku bilang tadi gadis itu bodoh,karena memilih menyelamatkanmu daripada dirinya sendiri” jawab Nac menatap tajam Sota.

“Memangnya kenapa?...apakah menolong teman itu tindakan yang bodoh?!” ucap Sota sedikit membentak.

“Ya tentu saja,untuk apa memikirkan orang lain.Mereka juga tidak pernah memikirkanku atau bahkan menghiraukanku.Yang kuat membantai yang lemah,itulah yang aku dapat dari mereka.Siapa yang kuat dia yang akan berkuasa,siapa yang lemah dia akan tertindas.Lebih baik memikirkan diri sendiri oleh karena itu aku mengatakan bahwa apa yang dilakukan gadis itu adalah hal yang bodoh.Apa yang akan kau lakukan? Membalaskan dendam karena aku melukai teman perempuanmu itu?” ucap Nac dingin.Sota kemudian tertawa sinis seraya merebahkan Yui di tanah dengan posisi terlentang.Sota perlahan bangkit,pandangannya terlihat kosong.

“Yui….kau terlalu sering menjadi korban karena kesalahanku dan aku hanya bisa diam tanpa berbuat apa-apa,aku-aku” ucap Sota pelan mengangkat tangannya yang berlumuran darah,Sota menatap tangannya yang mulai bergetar.Air matanya berhenti mengalir.

“Huh? Kenapa? Apa kau takut,kalau takut lebih baik kau lari dan selamatkan dirimu.Aku akan membiarkanmu pergi karena kau tidak ada ururan denganku” ucap Nac tersenyum sinis.

“Bodoh…aku tidak akan memaafkan-”

“Huh?”

“Tidak akan memaafkan siapapun YANG MENGHINA TEMANKU!!” teriak Sota menatap tajam Nac,aura hitam muncul dan berputar di sekeliling Sota.Tanah tempat Sota berpijak,mulai retak dan serpihannya terangkat ke atas.

“Apa ini,kekuatan gelapnya terasa kuat” ucap Nac yang tubuhnya tertekan oleh aura hitam yang dikeluarkan oleh Sota.”Artinya laki-laki ini mempunyai Blackout….ini akan menarik” gumam Nac tersenyum.

“Takajima-kun…bukan Reima-kun tapi kekuatan gelap Blackoutnya lebih besar dari saat aku memasuki hatinya…” ucap Karen pelan seraya menatap Sota yang rambutnya perlahan berubah menjadi perak,dan matanya yang berubah merah darah.Sota tersenyum seraya mengangkat tangan kanannya,aura hitam di sekitarnya berkumpul pada tangan kanannya.Pedang merah tua dengan gagang berwarna hitam dan tali hitam di ujung gagang tersebut muncul dari aura hitam yang mulai menghilang dari tangan Sota.

“Release…Dakkufeiza!” seru Sota.

“Hooh,ternyata kau juga mempunyai Blackout dan juga bisa melakukan Release.Menarik,now we’ll see who have more Dark power and the Strongest!!” seru Nac melepaskan tembakan ke arah Sota,Sota mengayunkan pedangnya dengan pelan.Peluru yang dilepaskan Nac tiba-tiba terhenti dan berbalik terpental.Nac bersiul ketika melihat salah satu peluru yang dilesatkannya tertancap di dinding bangunan sekolah.

“Hooh,kebencian yang besar…tapi jangan kau kira hanya kau saja yang memiliki penderitaan dan rasa kebencian yang besar…” ucap Nac melepaskan aura hitam dari tubuhnya,Sota terdiam kemudian melakukan hal yang sama.Aura hitam yang keluar dari tubuh Nac dan Sota saling menekan dan saling menghantam,bergesekan satu sama lain.Karen tiba-tiba jatuh terduduk terlihat menahan tekanan yang dikeluarkan oleh dua aura hitam yang saling bertabrakan di depannya.

“Aku memang selama ini bisa menahan aura Blackout yang muncul dari orang-orang tapi yang sekarang berada di hadapanku,aura mereka berdua terlalu besar….” Ucap Karen yang berusaha menopang tubuhnya menggunakan kedua tangannya seraya menatap Nac dan Sota.Sota mengarahkan mata pedang Dakkufeiza pada Nac,Nac mengangkat dan mengarahkan kedua revolvernya pada Sota.Tanah tempat mereka berpijak mulai retak dan terangkat ke atas,aura hitam yang mereka lepaskan semakin membesar terus bergesekan dan saling menghantam di hadapan mereka masing-masing.

“Aku…akan membunuhmu!!” seru mereka berdua secara bersamaan,aura hitam yang bergesekan di depan mereka tiba-tiba berubah menjadi labil dan menciptakan ledakan yang besar,menghempaskan semua yang ada di dekat mereka.Sota tiba-tiba muncul di depan Nac,Sota mengayunkan pedangnya ke leher Nac.

“Mati kau!!” seru Sota.

“Baka!!” seru Nac melompat ke belakang,kemudian melepaskan beberapa tembakan ke arah Sota.Sota menerjang seraya menangkis semua tembakan yang dilesatkan oleh Nac menggunakan pedangnya.

“Hehe,apa itu saja yang bisa kau lakukan?!” ejek Sota.

“Cih…merepotkan saja,Execreation…Hyper Bass” ucap Nac seraya menembakkan tekanan udara hitam dari moncong kedua revolvernya.Sota menahan menggunakan Dakkufeizanya,namun tekanan udara itu meledak dan membuat Sota bergeser beberapa meter dari tempatnya berdiri tadi.Sota kemudian tersenyum.

“Hehe,menarik juga.Bagaimana kalau yang ini!!” seru Sota mengayunkan Dakkufeizanya,melepaskan tebasan hitam melesat ke arah Nac.Nac mengangkat revolvernya dan menembakkan tekanan udara,tebasan hitam dan tekanan udara tersebut bertabrakan menciptakan ledakan kecil.Sota menghilang kemudian tiba-tiba muncul di depan Nac seraya menyabetkan Dakkufeizanya ke perut Nac,Nac yang terkejut tidak sempat menghindar.Akhirnya Nac terkena tebasan tersebut dan terguling ke belakang.

“Apa cuma segitu saja kekuatan penderitaan yang kau miliki?” ucap Sota dengan nada mengintimidasi seraya berjalan perlahan mendekati Nac.Sota terhenti tiba-tiba ia merasakan jantungnya berhenti berdetak beberapa menit kemudian Sota memuntahkan darah dari mulutnya,Sota jatuh terduduk seraya memegang perutnya.

“Heh,sepertinya kau sudah terkena effect dari Hyper Bass…tekanan udara yang meledak telah membuat saraf pendengaranmu menjadi kacau.Walaupun suara ledakan tersebut tidak terdengar,namun bisa memperlambat atau bahkan menghentikan detak jantungmu” ucap Nac tersenyum seraya bangkit sambil memegang perutnya yang mengeluarkan darah.

“Cih,jadi seperti itu cara kerjanya…benar-benar memuakkan” ucap Sota pelan berusaha bangkit lalu memasang kuda-kuda.Tubuh Sota sedikit bergetar.

“AHAHAHA! Akan kutunjukkan apa itu yang benar-benar memuakkan setelah aku membunuhmu!!” seru Nac mengarahkan kedua revolvernya pada Sota,Sota menggertakkan giginya.”Goodbye…” ucap Nac bersiap menarik pelatuk di kedua revolvernya,namun seseorang memakai jubah hitam muncul di depan Nac,menghalanginya melakukan tembakan.Karen menggigit bibirnya ketika melihat orang tersebut.

“Cih,kau…” desis Karen menatap laki-laki berjubah tersebut dengan tatapan penuh kebencian.

“Phantom…apa yang kau lakukan?! Jangan halangi jalanku! Aku akan membunuhnya!” bentak Nac yang masih mengarahkan revolvenya pada Sota.

“Sayangnya,kau tidak melakukan yang ada di perjanjian kita.Nac Merfield” ucap Phantom melirik Nac di belakangnya,Nac terkejut kemudian dia menatap tajam Phantom.

“Kau…DIE YOU!!” seru Nac geram melepaskan tembakan ke kepala Phantom,namun peluru itu menembus kepala Phantom seolah terlihat menembus asap hitam.Nac terkejut kemudian menatap tajam Phantom.”Kau….” ucap Nac sinis.Asap hitam tersebut kembali membentuk kepala Phantom dengan utuh.Phantom mengangkat tangannya dan menghantam wajah Nac ke samping,Nac tidak sempat menghindar karena gerakannya terlalu cepat.Nac terpental,menghantam keras dinding bangunan sekolah hingga retak.

“Kau,istirahat saja…Merfield-kun.Karena kau tidak aku butuhkan lagi” ucap Phantom melirik Nac kemudian kembali melirik Sota yang berusaha berdiri menggunakan pedangnya.

“K-kau siapa?” tanya Sota menatap tajam Phantom.Phantom kemudian tersenyum.

“Aku tidak bisa memberitahu namaku padamu,tapi kau bisa memanggilku Phantom” ucap Phantom kemudian berjalan perlahan mendekati Sota.”Kau..sepertinya kau memiliki sesuatu yang menarik perhatianku.Mau kah kau bergabung dengan kami?” ucap Phantom pelan.

“Cih,melihat tampangmu saja membuat aku kesal!” seru Sota berlari seraya mengangkat Dakkufeizanya,Phantom tersenyum kemudian menghentikan langkahnya.Sota menyabetkan Dakkufeizanya pada Phantom,Phantom mengangkat tangannya kemudian menggenggam erat mata pedang Dakkufeiza dengan mudahnya.Sota terkejut kemudian menekan pedangnya.

“Jadi bagaimana apa kau tertarik? Kau tidak akan menjadi kuat jika terus berada dalam lingkungan seperti ini” ucap Phantom.

“Heh,bagaimana ya.Aku tidak tertarik sama sekali,aku lebih suka sendiri daripada kelompok” ucap Sota sinis.Sota kemudian menarik pedangnya dan kembali menyabetkannya pada Phantom.Phantom menarik tangannya kemudian menahan tersebut menggunakan lengannya seperti sebuah tameng.

“Maaf,tapi itu bukanlah pilihan” ucap Phantom mengangkat tangannya lagi satu yang dibungkus oleh asap hitam yang di dalamnya terlihat sebuah ornament garis hitam.Tiba-tiba sebuah pisau melayang dan menghantam tangan Phantom.Phantom terkejut kemudian berhenti dan mengalihkan pandangannya pada Karen yang berlari menerjang ke arahnya seraya memegang dua pisau belati di kedua tangannya.

“Phantom!! Tidak akan kubiarkan kau melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya pada temanku!!” seru Karen.

“Ohya,aku hampir melupakan Alexandrite yang ada disini” ucap Phantom yang kembali mengalihkan pandangannya pada Sota.”Heh,sepertinya aku tidak bisa melakukannya untuk hari ini..tapi” ucap Phantom mendorong tangannya membuat Sota tergeser beberapa meter.

“Cih..dia” ucap Sota pelan seraya menatap Phantom yang kemudian melompat dan melayang di udara.

“Jika aku tidak bisa merekrutmu sebagai anggota maka yang lain pun tidak bisa! Sebagai hadiahnya akan kutunjukkan kekuatan tertinggi yang dimiliki oleh seorang Blackout.Vanity Drive…” ucap Phantom pelan kemudian muncul sebuah lingkaran sihir hitam di depan Phantom.

“Itu..Dark Ectoplasmer!” seru Karen yang sudah berada di samping Sota.

“Apa kau bilang tadi?” tanya Sota melirik Karen.

”Yang dia ucapkan adalah…..Dark Ectoplasmer!” seru Phantom mengayunkan tangannya,kemudian dari lingkaran sihir tersebut muncul ribuan siluet hitam berbentuk wajah-wajah mengerikan yang jumlahnya bisa menutupi seluruh sekolah tersebut.Siluet hitam tersebut menerjang ke arah Sota dan Karen.

“Tidak bisa menghindar,jumlahnya terlalu banyak” ucap Karen menggertakkan giginya.

“Apa?”

“Matilah kalian…” ucap Phantom pelan.Tiba-tiba muncul siluet laki-laki yang melompat ke arah ribuan siluet hitam di depannya dari belakang Sota.

“Execreation…Dark Flare Burst!” seru laki-laki tersebut seraya mengayunkan twin daggernya,melepaskan bola api hitam ke arah siluet hitam di depannya.Bola api tersebut kemudian meledak dan melenyapkan semua siluet hitam di depannya.Sota dan Karen berdecak kagum.

“Yo,semuanya apa kalian tidak apa-apa?” ucap seorang laki-laki berambut hitam yang muncul di belakang mereka.Sota dan Karen berbalik menatap laki-laki berambut hitam tersebut.Laki-laki berambut perak yang membawa twin dagger tadi kemudian berbalik dan menatap laki-laki berambut hitam tersebut.

“Kau..dengan mudahnya mengatakan tidak apa-apa..tapi yang sebenarnya menolong mereka bukankah aku?” tanya Ciel dingin.

“Tidak apa-apa kan? Biasanya kau juga tidak peduli kan? Lagipula aku selalu menjaga imageku” ucap Skull santai.

“Cih,image apanya…terserah kau saja” ucap Ciel acuh.

“Kalian berdua siapa?” tanya Sota menatap Skull dan Ciel secara bergantian.

“Kalian lagi..Ciel Ashigawa dan Skull Whiteback” ucap Phantom pelan.

TO BE CONTINUED

READ MORE Anima no Seihen-Chapter 10 : “A Phantom Appear”

Anima no Seihen-Chapter 9 “Dancing in the Darkness”

***
“Hah? Maksudmu apa Takajima-kun?” tanya Karen tak habis pikir.Sota terdiam kemudian memalingkan wajahnya dari Karen untuk beberapa saat.Lalu Sota kembali menatap Karen dengan tajam.

“Maksudku apakah kau pernah mengenali perempuan dengan penampilan yang aku sebutkan tadi? Atau melihatnya,apakah semua Shaman sama menusukkan tangannya ke dada manusia untuk memasuki jiwa orang tersebut?” Sota terus melontarkan pertanyaan.

“Kenapa kau menanyakan hal tersebut,Takajima-kun?” tanya Karen yang masih terlihat kebingungan.

“Dalam mimpiku,aku selalu bertemu dengan perempuan berambut ungu gelap yang memakai jubah hitam.Entah kenapa perempuan itu selalu di mimpiku,dalam di mimpiku dia selalu bertanya apakah aku bahagia atau menderita” jelas Sota pelan,tangannya memainkan sendok yang digenggamnya.

“Lalu apa yang terjadi?” tanya Karen penasaran.

“Aku tidak sempat menjawabnya karena aku dalam ketakutan di mimpi itu,tiba-tiba perempuan itu mendekatiku dan langsung menusukkan tangannya ke dadaku hingga tertembus.Aku langsung  jatuh tidak sadarkan diri,hingga itu saja yang aku ingat.” jelas Sota lagi.

“Oh,begitu.Tapi sayang Takajima-kun,aku tidak pernah mengenal perempuan dengan penampilan yang kau katakan tadi.Mungkin itu hanya sebuah mimpi saja,jangan terlalu dipikirkan Takajima-kun” ucap Karen tersenyum seraya kembali memakan nasi karenya.

“Ah,mungkin benar juga.Mungkin aku tidak usah terlalu memikirkannya” ucap Sota seraya menyendok nasi karenya.”Tapi kenapa rasanya aku pernah mengalami kejadian itu…jangan-jangan itu bukan mimpi tapi-“ ucap Sota dalam hati yang langsung memasukkan nasi kare tersebut ke mulutnya.Saat makanan itu masuk ke mulut Sota,tiba-tiba wajah Sota berubah merah padam,keringat mengucur di seluruh wajahnya.

“Bagaimana enak kan? Aku tidak tahu kenapa tidak ada siswa yang membeli makanan ini,padahal makanan ini serasa membuatku hidup kembali” ucap Karen tersenyum seraya kembali melahap nasi karenya.

“PEDAAAAAAAAAS!!”

***
Yui sedang terlihat berjalan di lorong kelas sendirian,mata kuning tajamnya memandang seluruh pemandangan yang ada di lorong tersebut perlahan-lahan.Wajahnya terlihat senang dan ia pun tersenyum.

“Wah,sekolah itu ternyata menyenangkan juga.Aku kira membosankan,selama ini aku salah” ucap Yui melirik sekitar.Kemudian pandangannya jatuh pada perempuan berambut hitam panjang yang mendekatinya.

“Yui-chan,apa kau melihat Nac?” tanya perempuan berambut hitam itu yang ternyata adalah Misa.Yui terlihat kebingungan dan gugup.Misa memperhatikan tingkah Yui yang agak aneh.

“Maaf,Misa-chan.Aku tidak melihat Nac dari tadi” jawab Yui pelan.Misa menghela nafas.

“Ini aneh,sepertinya Nac ingin menjauh dariku.Biasanya tiap pagi,kami pergi berangkat ke sekolah bersama-sama namun pagi ini dia tidak menjemputku seperti biasanya.Apa ini cuma perasaanku saja ya?” ucap Misa menundukkan wajah sedihnya.Yui terlihat semakin kebingungan.

“Eem..em..mungkin itu cuma perasaanmu,Misa-chan.Em..baiklah,aku ada urusan.Ma-maaf tidak bisa menemanimu lama,da!” ucap Yui yang langsung berlari meninggalkan Misa.Misa bingung melihat Yui dari kejauhan.

“Yui-chan…” ucap Misa pelan.

***
Bel berbunyi pertanda bahwa pelajaran di kelas hari ini telah usai,semua siswa terlihat senang kecuali Sota.Ia teringat dengan janjinya yang ia katakan pada Yui.Karen melirik Sota yang termenung.

“Masih memikirkan hal itu,Takajima-kun?” tanya Karen.Sota terkejut kemudian ia menatap Karen.

“Tidak,aku tidak apa-apa” ucap Sota mengambil tas di bangkunya lalu memikulnya.

“Sotaaaaaa!” teriak Yui yang berlari ke arah bangku Sota.Karen melirik Yui yang matanya berubah menjadi kuning tajam serta telinga kucing di kepala dan ekor berbulu di belakang Yui.”Kau tidak lupa kan dengan janji kita tadi pagi?” tanya Yui.Sota menghela nafas.

“Aku tidak lupa,ayo” ucap Sota berjalan mendekati Yui.

“Kalau begitu ayo!” seru Yui seraya menarik tangan Sota.Sota merogoh sesuatu dari tasnya kemudian ia mengambil sebuah topi putih polos.

“Tapi sebelum itu,kau pakai topi ini.Aku tidak ingin melihat orang-orang yang kebingungan dengan penampilanmu yang aneh itu dan kalau bisa tolong sembunyikan ekor berbulu itu selama kita pergi” ucap Sota seraya memberikan topi tersebut pada Yui.Yui mengambilnya lalu memakainya.

“Baiklah,terserah Sota saja” ucap Yui seraya menghilangkan ekor pada tubuhnya.”Ayo,Sota!” ucap Yui yang kembali menarik tangan Sota.Sota hanya membiarkan tangannya ditarik tanpa melawan.

“Eh,tapi kita sekarang kemana Yui?” tanya Sota.

“Ayo,tidak usah banyak bertanya yang penting ikut saja” jawab Yui menarik Sota hingga keluar dari ruangan kelas.Karen menatap mereka berdua yang telah keluar dari kelas.

“Heh,couple” ucap Karen pelan seraya tersenyum,kemudian ia mengemas semua barangnya ke dalam tas.Setelah mengecek tidak ada yang tertinggal,Karen berdiri dan berjalan hendak keluar meninggalkan kelas yang sudah sepi.Tiba-tiba seseorang datang dan mencegatnya di pintu kelas.

“Kau…” ucap Karen pelan menatap tajam laki-laki di depannya.Laki-laki itu tersenyum.

“Hei,apa kau yang bernama Karen Alexandrite?”

***
Yui terus menarik Sota hingga keluar dari gedung sekolah,dimana terdapat lapangan yang luas yang berada di depan gedung sekolah tersebut.Matahari sore menyinari tempat tersebut.Sota berhenti dan melepaskan tangannya dari cengkraman Yui.Yui terkejut lalu ia berbalik dan menatap Sota.

“Tunggu dulu,sebenarnya kita mau kemana,Yui?” tanya Sota yang terengah-engah.Yui tersenyum dan rona wajahnya agak memerah.

“Kencan” ucap Yui singkat.

“Hah? Kencan?” tanya Sota bingung.

“Iya,sebenarnya aku selalu melihat orang-orang yang kencan yang tidak sengaja dilihat oleh Yui.Aku ingin juga merasakan bagaimana rasanya kencan,jadi boleh kan?” ucap Yui memainkan kedua ibu jarinya.Sota terkejut kemudian ia terdiam.

“Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak pernah berkencan selama ini,apa aku harus menolaknya atau menerimanyaa,tapi jika aku menolak” Sota mengucap dalam hati,kemudian ia membayangkan sesuatu yang menyeramkan yang mungkin Yui lakukan jika ia menolak ajakan tersebut.Keringat dingin menetes di wajahnya.

“Sota,kau tidak apa-apa?” tanya Yui memperhatikan wajah Sota yang berubah pucat.Sota terkejut dan keluar dari lamunannya.

“Aku tidak apa-apa.Baiklah terserah kau saja” ucap Sota menghela nafas.

“Benarkah? Yeay! Ayo,kalau begitu pertama kita pergi ke-“ tiba-tiba terdengar suara kaca pecah dari bangunan gedung sekolah.Sota dan Yui yang terkejut langsung memandang jendela yang ada di lantai dua yang merupakan kelas mereka.Mereka lebih terkejut ketika melihat perempuan berambut coklat yang terhempas keluar dari jendela tersebut.

“Karen?!” ucap Sota melihat perempuan berambut coklat tersebut yang melayang di udara.

“Cih,sial.Tekanannya terlalu besar” ucap Karen yang memutar tubuhnya kemudian ia mendarat dengan mulus pada lapangan yang ada di bawahnya.

“Karen! apa yang terjadi?!” teriak Sota yang berlari mendekati Karen,namun Sota terhenti ketika melihat seorang laki-laki memakai topi dan headset di telinganya yang jatuh dari atas dan mendarat tidak jauh dari Karen.Karen menggigit bibirnya.

“Dia…bukannya?” ucap Sota pelan.

“C’mon lets dance! I’ll kill you” ucap Nac pelan seraya menunjuk Karen.”Execreation…Tune Up!” ucap Nac seraya mengayunkan tangannya,melepaskan angin hitam yang mengeluarkan suara music.Karen menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya untuk menahan angin tersebut.Namun Karen terhempas beberapa meter dari tempatnya berdiri.

“Tidak buruk juga,untuk seorang Cursed Blackout” ucap Karen tersenyum pada Nac.Nac menatap tajam Karen.

“Terima kasih atas pujianmu itu” ucap Nac pelan.Karen langsung berlari menerjang Nac,kemudian Karen mengangkat tangannya hendak menusuk Nac menggunakan tangannya.Nac mengangkat topinya seraya memiringkan tubuhnya,kemudian Nac melepaskan tendangan ke perut Karen hingga Karen terpental dan membentur dinding bangunan sekolah.

“Heh,aku tahu apa yang akan kau coba lakukan.Kau pasti akan menusuk dadaku lalu pergi ke hati Nac kemudian mengubahku menjadi Illumination tapi itu percuma,Shaman” ucap Nac memandang Karen yang mulai bangkit.

“Kau darimana kau tahu,padahal aku siswa baru di sekolah ini harusnya kau masih belum tahu siapa aku sebenarnya” ucap Karen seraya memegang perutnya yang kesakitan.

“Hooh,aku diberitahu seseorang tentang dirimu dan juga kelemahanmu”

“Cih,Phantom” ucap Karen kesal.

“Aku dengar kau tidak memiliki kekuatan khusus saat kau tidak memasuki hati orang lain karena sebagai Shaman kau tidak memiliki Blackout ataupun Illumination,apa itu benar?” tanya Nac menatap tajam Karen.

“Cih,kau tahu terlalu banyak!” ucap Karen berlari ke arah Nac.

“Karen..jadi..kau” gumam Sota yang hanya bisa melihat mereka berdua.Yui terlihat kesal,kemudian ia berlari ke arah Nac.

“BAKA!! Gara-gara kau janjiku dengan Sota jadi gagal!” seru Yui,dari jari-jari tangannya muncul cahaya berwarna merah yang membentuk sebuah kuku panjang.Yui langsung mengayunkan cakar di tangannya ke punggung Nac.Nac yang menyadari itu segera berputar ke samping,kemudian Nac melompat menjauh ke belakang.Karen berhenti kemudian ia menatap Yui.

“Yui-chan” ucap Karen pelan.

“Heh,ternyata ada pengganggu” ucap Nac seraya menjentikkan jarinya,tiba-tiba suara music terdengar di tempat itu.Beberapa siswa yang merupakan anggota Devil Nest keluar dan mengepung tempat tersebut,mereka menari mengikuti alunan music.”Kemampuanku dapat menghipnotis lawanku yang kehilangan kesadarannya menggunakan alunan music,Execreation…Hypno Tune” ucap Nac tersenyum.

“Itu bukannya sama seperti Fujimaki” gumam Sota.

“Kemampuanku adalah mengubah makhluk hidup di sekitarku menjadi mayat hidup,dan mereka tidak akan bisa kembali menjadi makhluk hidup kembali.Ini hanya bisa berlaku pada orang biasa atau orang yang tidak memiliki Blackout dan Illumination yang kuat pada diri mereka”

“Jangan membuatku tertawa! Akan kutunjukkan kekuatan Illumination padamu! Votus!...Velocity Claw!” teriak Yui seraya mengayunkan tangannya ke arah semua kelompotan Devil Nest,melepaskan aura yang tidak terlihat yang melesat dengan cepat.Semua komplotan Devil Nest tiba-tiba jatuh satu per satu dengan luka bekas seperti cakaran di dada mereka.

“Cih,Execreation!..Tune Up!” seru Nac melepaskan aura berwarna hitam ke arah Yui,Yui dengan cepat melompat menghindar ke samping.”Cih,dia…” gumam Nac.

“Cuma itu saja kemampuanmu? Ternyata Blackout sepertimu cuma omong besar saja” ledek Yui.

”Aku tidak punya waktu lagi untuk meladeni kalian,lebih baik aku gunakan level berikutnya….Release,Harmony and Metalic” ucap Nac pelan.Aura hitam muncul dan berkumpul di kedua tangan Nac,membentuk sebuah pistol hitam dan pistol putih dengan motif garis emas.

“Itu…?” tanya Sota bingung.

“Release merupakan proses yang dimiliki oleh Blackout atau Illumination untuk menciptakan sesuatu seperti senjata dari kekuatan hati yang mereka miliki,biasanya digunakan untuk mempertahankan diri tapi….bisa juga digunakan untuk membunuh” ucap Karen menatap tajam Nac.

“Jika kau sudah tahu maka aku tidak usah menjelaskannya pada kalian,baiklah ada dua manusia biasa dan satu Illumination kacangan.Kalian akan kuhabisis semuanya!” seru Nac melompat ke atas,di atas Nac merubah posisi tubuhnya sehingga kepalanya menghadap ke bawah dan kakinya menghadap ke atas.

“Bahaya,jangan-jangan dia akan…Sota!” seru Yui yang berlari ke arah Sota,Sota terlihat terkejut.

“Lambat kalian!! Execreation…Thousand Fireworks!”

TO BE CONTINUED 


READ MORE Anima no Seihen-Chapter 9 “Dancing in the Darkness”

Anima no Seihen-Chapter 8 “A Problem”

***
“Ayo,Sotaaa…” rengek Yui seraya menarik-narik tangan Sota.

“Hey-hey,kau siapa? Apa kau Blackoutnya Yui?” tanya Sota berusaha melepaskan tangannya.

“Huh? Blackout? Aku bukan makhluk yang tercipta dari kebencian dan kegelapan seperti Blackout itu…Aku adalah Illumination!” jawab Yui riang seraya menarik tangan Sota lebih kencang.”Dan namaku adalah Shizuna Neko” ucap Yui seraya mengedipkan matanya.

“Neko?...” ucap Sota pelan,tiba-tiba Sota memalingkan wajahnya lalu bersin beberapa kali.Yui langsung mendekat begitu melihat keanehan pada Sota.Sota kembali bersin dan lebih parah begitu Yui mendekatinya.

“Sota…kau kenapa?” tanya Yui khawatir dengan nada memelas.

“Ma-maaf! *sniff* a-aku agak alergi pada bu-bulu kucing! *sniff” ucap Sota seraya menutup mulutnya.Wajah Yui berubah masam,kemudian ia kembali menarik tangan Sota.

“Aku tidak mau tahu! Pokoknya Sota harus ikut denganku!” seru Yui dengan keras.

“Hei,Karen..tolong aku” bisik Sota melirik Karen.Karen hanya tersenyum melihat wajah Sota yang bingung,Karen kembali membaca bukunya dan tidak menghiraukan Sota.Sota terlihat agak kesal.”Hei..Karen,tolong aku.Kau shaman,bukan? Pasti kau bisa memerintah Illumination milik Yui seperti Blackout milikku kan?” bisik Sota lagi.

“Maaf,Takajima-kun..aku memang bisa memerintah atau menekan Blackout untuk tidak muncul tapi kalau Illumination aku tidak bisa melakukannya kecuali dia adalah Cursed Illumination.Maaf Takajima-kun sepertinya kau yang harus mengatakannya sendiri padanya,bukankah kalian teman?” ucap Karen menoleh Sota dengan senyuman khasnya lalu kembali mengalihkan pandangannya pada buku yang dipegangnya.Sota menggigit bibirnya kemudian ia kembali menatap Yui yang berusaha menarik tangannya.

“Hm…baiklah,aku akan berusaha membujuknya” Sota mengucap dalam hati seraya menghela nafasnya.”Err,baiklah..jadi pertama aku harus memanggilmu apa? Yui atau Shizuna?” tanya Sota pelan.Yui kemudian melepaskan tangan Sota lalu mengangkat tangannya.

“Yoosh! Kau boleh memanggilku Yui karena kami berdua adalah satu jiwa tapi kau juga bisa memanggilku Neko…jika kau mau” ucap Yui seraya mengelus pipinya seperti layaknya kucing.Sota menelan ludah ketika melihat tingkah Yui.

“Ugh..betul-betul mirip kucing,tapi…” ucap Sota dalam hati.Kemudian ia terdiam sejenak seraya menatap Yui.”Baiklah,Yui…aku akan menuruti semua keinginanmu”

“Hah! Benarkah!? Ye-“

“Tapi tidak sekarang,setelah pulang sekolah dan tolong biarkan Yui yang sebenarnya kembali selama ada di sekolah.Aku tidak mau jika semua orang melihat penampilanmu yang abnormal seperti ini” ucap Sota pelan kemudian ia sedikit tersenyum untuk meyakinkan Yui.Yui tertegun kemudian ia pun ikut tersenyum lalu mengangkat kelingkingnya ke arah Sota.

“Oke! Aku terima tapi janji ya?” ucap Yui.Sota mengangguk seraya mengangkat kelingkingnya tanda sepakat.”Baiklah,aku akan menunggu” ucap Yui tersenyum seraya melepaskan kelingkingnya,tiba-tiba telinga kucing dan ekor berbulu menghilang dari Yui.Yui tiba-tiba kehilangan keseimbangan,perlahan tubuhnya jatuh.Sota segera menahan tubuh Yui.

“Sota…apa yang baru saja terjadi?” tanya Yui seraya menoleh Sota dengan tatapan yang lemas.”Aku tiba-tiba berada di sebuah taman bunga dan tiba-tiba seseorang yang mirip kucing yang bernama Roselia Neko datang dan memelukku dengan erat,lalu aku tidak bisa mengendalikan diriku” ucap Yui yang berusaha berdiri.Karen menatap Yui lalu menutup bukunya.

“Baiklah,Yui-chan mungkin aku yang akan menjelaskan lebih lanjut soal masalahmu” ucap Karen tiba-tiba.Sota dan Yui menoleh ke arah Karen.

***
“K-kau tidak mungkin…kau bisa mengalahkan Takeshi hanya dengan sekali pukul?!” kaget seorang siswa genk Devil Nest.Nac tersenyum kemudian ia berputar di tempat lalu menunjuk pria tadi.

“Yah,apa kalian semua ingin juga merasakannya? Aku masih memberi kalian ampunan tapi kalian harus mau menerimaku menjadi ketua genk Devil Nest…” ucap Nac pelan.Pria tersebut menggigit bibir kemudian ia berlari ke arah Nac.

“Baka!! Kau tidak bisa menjadi ketua kami dengan seenaknya!!” seru Pria tersebut,semua orang di belakangnya mengikuti.Nac tersenyum kemudian ia mengangkat tangan kanannya.

“Kalian tidak mengerti juga…kalau begitu aku akan membungkam dan membuat kalian mengerti siapa yang kalian hadapi sekarang..Execreation…Tune Up!” seru Nac seraya menjentikkan jarinya,semua yang mendekati Nac tiba-tiba terpental ke samping dan menghantam tembok dengan keras.Mereka langsung terkapar tak berdaya.

“C’mon…Lets Dance!!” seru Nac seraya berputar lalu menjentikkan jarinya ke atas.Nac terdiam ketika mendengar suara tepukkan tangan yang pelan.Nac berbalik,ia melihat seorang laki-laki yang agak tua darinya mengenakan jubah hitam dengan motif garis ungu,di belakangnya.Wajah laki-laki tersebut tidak terlihat karena tertutupi oleh kerudung jubahnya.

“Kau siapa?” tanya Nac pelan menatap tajam laki-laki tersebut.Laki-laki itu kemudian tersenyum,ia berjalan perlahan mendekati Nac.

“Wah-wah,gimana ya..aku sendiri tidak ingin mengatakan namaku,tapi jika kau mau kau boleh memanggilku Phantom…” ucap laki-laki tersebut dengan rendah.

“Phantom,huh? Dari penampilanmu sepertinya kau bukan orang sini dan kelihatannya kau orang yang kuat dari orang-orang ini” ucap Nac seraya menatap gerombolan yang terkapar di sekitarnya kemudian kembali menatap Phantom.”Aku ingin meregangkan otot-otot setelah sekian lama terkurung dalam kota yang sepi,mungkin kau bisa jadi lawanku” ucap Nac manatap tajam Phantom.Namun Phantom hanya tersenyum.

“Wowowo,sabar dulu.Aku kesini bukan untuk mencari masalah,aku kesini untuk memberikanmu sebuah tawaran yang kau pasti akan suka”

“Tawaran?”

“Betul,aku ingin kau menghabisi orang-orang ini” ucap Phantom seraya menunjukkan dua buah foto.Foto pertama menunjukkan gambar laki-laki berambut hitam mengenakan seragam sekolah bersama laki-laki berambut putih,sedangkan foto kedua menunjukkan gambar perempuan berambut coklat.

“Kenapa harus aku yang melakukannya? Bukankah kau bisa melakukannya sendiri” tanya Nac.

“Hehehe,karena aku tidak terlalu senang mengotori tanganku hanya untuk menghabisi ketiga orang ini.Lagipula kau kulihat cukup kuat melakukan tugas ini”

“Jika aku sudah menghabisi ketiga orang itu lalu apa yang aku dapatkan?” ucap Nac sinis.Phantom kemudian tersenyum.

“Mungkin kau bisa bergabung dengan kami menjadi salah satu anggota-” jawab Phantom pelan.

“Cih,lupakan saja.Aku tidak tertarik! Execreation! Tune Up!” ucap Nac mengayunkan tangannya,melepaskan tekanan udara yang mengeluarkan suara seperti music ke arah Phantom.Phantom mengangkat tangan kanannya ke depan,tekanan angin tersebut langsung menghilang ketika menyentuh tangan Phantom.

“Heh,menarik juga kau!” Nac menerjang ke arah Phantom.Kemudian Nac melesatkan sebuah pukulan ke wajah Phantom,Phantom tersenyum kemudian Ia memiringkan kepalanya menghindari serangan tersebut.Nac kemudian berputar seraya melepaskan tendangan ke perut Phantom.

“Kena kau…” ucap Nac.

“Betulkah?” Phantom melompat tinggi ke atas menghindari tendangan Nac.

”Kalau di udara,kau tidak akan bisa menghindar..Execreation…Tune Up” ucap Nac melepaskan tekanan udara ke Phantom yang masih melayang di udara.Tekanan udara tersebut berhasil mengenai Phantom,namun tiba-tiba tubuh Phantom berubah menjadi asap hitam.

“Apa?!” kaget Nac.Tiba-tiba Phantom muncul di belakang Nac.

“Apa kau sudah selesai bermainnya? Atau kita masih akan bertarung lagi?” tanya Phantom pelan.Nac kemudian tersenyum lalu berbalik seraya menunjuk Phantom.

“Baiklah,aku akan melakukannya.Aku tidak akan mengambil imbalannya,anggap saja itu hadiah dariku karena telah menghiburku” ucap Nac.  

***
“Haah!,apa?! jadi Sota telah membuat janji dengan Neko itu untuk berpergian pada saat selesai jam sekolah?!” tanya Yui kaget dan agak membentak.Sota hanya bisa menghela nafas sementara Karen hanya tersenyum dan tetap tenang.

“Ya,seperti yang kau kukatakan tadi.Sota melakukan itu untuk mengembalikanmu…” ucap Karen yang suaranya tidak kedengaran jelas,karena suara siswa-siswa yang sudah berdatangan ke dalam kelas.Yui mengerutkan dahinya seakan tidak percaya.

“Sota! Kenapa kau tidak adil? Dari dulu aku selalu berusaha mengajakmu jalan-jalan tapi kau selalu menolak,tapi sekarang…kau mau begitu saja pada perempuan yang ada di dalam tubuhku!” bentak Yui di depan wajah Sota.Sota menghela nafasnya.

“Itu terpaksa aku lakukan Yui,aku tidak bisa membayangkan kalau dia terus ada tadi.Lagipula bukannya kalian berdua itu adalah satu seperti yang Karen jelaskan tadi” ucap Sota.Yui terdiam merenungkan hal tersebut.Ia berbalik memunggungi Sota kemudian memikirkan sesuatu.Setelah beberapa menit kemudian,Yui berbalik menghadap Sota.Ekspresinya kembali seperti pada biasanya.

“Baiklah,aku terima saja..yang penting aku nanti bisa jalan-jalan bersama Sota!” ucap Yui seraya mengedipkan matanya.

“Kenapa hidupku selalu begini…” Sota mengucap dalam hati dengan lemas.

“Muncul lagi satu Illumination yang membuatku tertarik setelah Blackout aneh milik Takajima-kun.Sepertinya aku akan betah tinggal disini untuk beberapa bulan ini” pikir Karen yang tersenyum sendiri.Sementara di dekat pintu kelas,terlihat Vienna yang mengintip mereka bertiga.

“Sota…Takajima…” ucap Vienna pelan.Beberapa menit kemudian,bel pertanda jam pelajaran akan dimulai berbunyi.Semua siswa bergegas masuk ke dalam kelasnya masing-masing,pelajaran pun dimulai seperti biasa.

***
Pada saat jam istirahat pertama,Sota duduk di bangkunya bersama Karen di sampingnya.Sota terdiam dan melamun sedang memikirkan sesuatu.Pandangannya terlihat kosong dan terus menatap lurus ke depan.Beberapa saat kemudian lamunan Sota buyar setelah tangan putih mulus milik seseorang yang menyentuh pundaknya.Sota memalingkan wajahnya dan melihat pemilik tangan tersebut yang ternyata adalah Karen yang sedang tersenyum padanya.

“Jangan dipikirkan terlalu keras,Takajima-kun.Nanti kau bisa sakit” ucap Karen lembut.

“A-ah,i-iya,terima kasih telah mencemaskanku” jawab Sota gugup.Karen kemudian bangun dari tempat duduknya seraya meluruskan seragamnya lalu menoleh Sota.

“Bagaimana kalau pergi ke kantin sekolah? Mungkin bebanmu bisa berkurang jika makan,aku juga sering seperti itu.Tenang saja,aku yang traktir hari ini” ucap Karen mengedipkan matanya.Sota terdiam memikirkan ajakan Karen,setelah beberapa saat kemudian ia pun bangkit dari tempat duduknya.

“Err,baiklah.Mungkin kau benar,Karen….aku memang sedang banyak pikiran soal masalah ini” ucap Sota.

“Ok,aku akan mentraktirmu nasi kare kantin ini,aku kemarin mencobanya dan aku suka.Semoga kau juga suka nasi kare” ucap Karen berbalik lalu berjalan keluar kelas,Sota mengikutinya dari belakang.Mereka berjalan melewati pintu kelas kemudian melewati lorong-lorong kelas yang menuju ke kantin.Karen dan Sota berjalan dalam keheningan,tidak ada satupun yang berbicara.Sota terlihat masih melamun dan memikirkan sesuatu sementara Karen hanya meliriknya di depan.

Akhirnya mereka sampai di kantin,Sota langsung berjalan dan duduk di meja makan yang disediakan di kantin sementara Karen pergi memesan makanan.Sota kembali melamun,ia melihat siswa-siswa yang lalu lalang di kantin tersebut.Beberapa menit kemudian,Karen datang dengan membawa dua piring nasi karen di kedua tangannya,Karen duduk di depan Sota seraya memberikan nasi kare bagian Sota.Sota diam tidak merespon.Karen kemudian memakan nasi kare tersebut perlahan sementara Sota hanya diam tidak menyentuh nasi kare hangat di depannya.Karen kemudian menatap Sota.

“Ada apa Takajima-kun? Kenapa kau tidak menyentuh makananmu? Nanti nasi karenya dingin” ucap Karen.

“Err,sebenarnya Karen…aku ingin bertanya sesuatu padamu.Apakah bisa?” tanya Sota pelan seraya menatap Karen.

“Iya tentu saja.Jika itu membuatmu lebih baik” ucap Karen seraya tersenyum manis.

“Tadi pada saat dalam tubuhku,kau mengatakan bahwa kau bisa masuk ke dalam tubuh atau hati orang tersebut dengan menusukkan tanganmu ke dada orang tersebut,benarkan?” tanya Sota memandang nasi kare di depannya.

“Iya,bukannya aku juga sudah mengatakannya pada Yui-chan.Memangnya kenapa dengan hal itu?” tanya Karen penasaran.

“Mungkin pertanyaan ini agak bodoh tapi…..Apa kau kenal dengan seorang perempuan dengan penampilan berambut ungu gelap,memiliki mata kuning tajam dan memakai jubah hitam yang tebal?”

TO BE CONTINUED

“Perempuan itu siapa….”

“Kenapa kau menanyakan hal itu,Takajima-kun?”

“Heh,laki-laki itu menarik juga….”

“Entah kenapa perempuan itu selalu dalam mimpiku”

“Apa kau yang bernama Karen Alexandrite?”

“Yui,aku tidak mengerti.Sepertinya ada yang aneh dengan kelakuan Nac dari kemarin”

“C’mon let’s dance! i'll kill you”

JIKAI! DANCING IN THE DARKNESS!



READ MORE Anima no Seihen-Chapter 8 “A Problem”