Sepanjang perjalan Myuta terus mengomel. Dia tidak setuju dengan tabib Yu Chin.
"Untuk menyelamatkan kakak Mai dengan anak perawan yang di persembahkan katanya!? Aku tidak percaya.!" Kata Myuta.
Omelan Myuta membuat Akito terus memejamkan matanya dan menutup telinganya.
Mai tidak dapat memikirkan apa pun. Di otaknya hanya ada pikiran bagaimana menemukan anak prawan untuk dipersembahkan pada sang iblis. Memang sedkit egois, tapi dia benar-benar ingin bertemu kakaknya lagi, walaupun itu akan mengorbankan orang lain.
JRUUGG . . . .
"Aww . . !" Mai tersandung.
tersandung apa itu? Ma . . Ma . . Manusia??
Mai terkejut melihat sosok itu. Masih hidup ato tidakkah dia?
Mai tak berani mendekatinya.
Mereka bertiga tertegun saat melihat seorang manusia, lebih tepatnya seorang gadis, tergeletak di tengah jalan.
"Apakah ia masih hidup?!" tanya Akito sedikit meninggikan suaranya.
Myuta memegang urat nadinya berusaha untuk memastikan keadaanya.
"Ia masih hidup" ujar Myuta.
Tiba-tiba gadis itu berkata dengan lirih.
"Ah... La.."
Sayangnya ucapan gadis itu tak terlalu jelas sehingga mereka hanya melongo mendengarnya. Lalu Mai merogoh tasnya dan mengambil makanan. Mai memberikan makanan ke gadis itu.
"Makanlah.." ujar Mai.
"Terima kasih telah menolongku. Maafkan saya karena mengganggu perjalanan kalian," kata gadis itu sopan.
"Aah.. Tak apa-apa!! Kau tak mengganggu kok.!!" balas Akito antusias.
"Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Mai.
"Hanrui . . Hanrui Ziya!!" katanya cepat.
Mai melihat penampilannya, terlihat masih muda. Mai ingin memastikannya, apa dia masih perawan?.
"Berapa umurmu?!"
"16 ! " katanya lagi dengan terus melahap makanannya.
16, sama dengan umur Mai. Mai memastikan dia perawan.
"Kau sebatang kara?!" tanya Mai sekali lagi.
"Ya . . Aku tak punya keluarga . . !"
Bagus! ku pilih dia sebagai persembahan iblis. Jika dia tidak bias kembali tidak akan ada orang juga yang akan mencarinya. Kau menjawab doa ku ya Tuhan! Kata Mai dalam hati.
"Mau ikut berpetualang bersama kami?!" ajak Mai.
"Apa kau akan selalu memberi ku makanan?!" Tanya gadis sebatang kara itu pada Mai.
Mai mengangguk cepat. Polos sekali Hanrui ini.
Dia melihat anggukan Mai. Dia tersenyum lebar.
Akito memanggil Mai, di suruh mendekatinya.
"Hei, apa yang kau lakukan?!"
"Membawanya bersama kita!"
"Kau gila? Ini bahaya . . ! Kasihan dia?!" keluh Akito.
"Lebih kasihan lagi bila dia mati tragis seperti tadi . . !" Mai beralasan, kata-katanya agak menekan, membuat Akito terhenyak.
Mai mendatangi anak itu lagi.
"Hanrui, aku Mai Suzumi! Itu Akito Kenzaki! Dan yang mengobatimu itu Myuta Yukimura. . !" senyum Mai ramah, tapi itu senyuman palsu. Mai menolong Hanrui karena ingin mengorbankan Hanrui untuk menyelamatkan kakak Mai, Yuya.
Di saat yang seperti itu, tiba-tiba, Mily datang.
"Gyahahaha . . Ingin ke tempat sang iblis? Jangan harap . . Langkahi dulu mayat q . . !" kata Mily tiba-tiba.
Akito, Myuta, dan Mai terkejut melihatnya datang lagi.
"Kita bertemu lagi , anak manis!" kata Mily pada Myuta.
Hanrui ketakutan. Dia memelukku erat sekali.
Tiba-tiba Kumi berbisik pada Mily.
"oh . . Sepertinya kalian membawa persembahan . . ! Selamat , kami undang kalian ke kerajaan iblis!" kata Mily tiba-tiba menyambut mereka.
Mily membawa mereka ke kerajaan iblis.
Dalam sekejap, Myuta dan Akito sudah berdiri di sebuah ruangan luas dan sepertinya ini di dalam istana. Myuta melihat Mai dan Hanrui dikurung di dalam kurungan di sudut ruangan.
"Hha.. Kalian berdua akan menjadi tumbal yang akan diserahkan ke sang Iblis...!! Haha.." ujar Kumi.
Myuta tak tega melihat ekspresi wajah Mai yang sedih. Myuta ingin menyelamatkan Mai. Tunggu saja!, ucap Myuta berjanji dalam hati.
"Hei, penyihir reot! Lawan kami jika bisa" kata Myuta mengundang perhatiannya.
"Aku tak punya urusan dengan bocah ingusan seperti kalian" tukas Mily.
Myuta kesal, diarahkannya panahnya ke dada penyihir itu, dan tepat sasaran!
"Siapa yang kau bilang bocah ingusan?! Akito..!"
Akito mengangguk dan ia segera mengluarkan katananya. Akito dan Myuta menggabungkan kekuatan dan segera melwan penyihir itu.
"Kumi!!"
Asisten penyhir itu segera tiba dan membantu tuannya.
Beberapa waktu berselang, kekuatan mereka seimbang, dan pertarungan berlangsung sengit. Darah mengucur di beberapa bagian tubuh mereka. Sampai mereka sudah kelelahan, Myuta juga semakin kehabisan panahnya. Bagaimana ini?
Mai tiba-tiba terkurung dalam kurungan beserta Hanrui. Hanrui sangat kencang memeluk Mai karena ketakutan. Sial! Ternyata jebakan.
Seseorang tibatiba tertawa penuh kelicikan. Dia melihat ke arah Mai dan Hanrui dari singgasananya. Dia kemudian beranjak mendekati Mai dan Hanrui.
"Hai . . Gadis, terimakasih telah datang kemari dengan suka cita!" katanya sambil memegang dagu Mai.
"kakak . . . Jangan lakukan itu . . !"
Mai berusaha menghindari sentuhan kakak yang sedang dalam pengaruh iblis itu. Mai mulai meneteskan air mata.
"Percuma, tanpa sihir kalian tak akan menang" kata Mily tanpa menoleh.
Akito pun teringat sesuatu dan tersenyum.
"Apa yang lucu?" tanya Kumi.
"Kalau begitu, dengan sihir bisa kan?"
Mily pun kaget dan menoleh ke belakang. Saat itu juga, Kumi sudah terlempar karena dorongan angin yang kencang.
"Tidak mungkin" kata Mily kaget.
"Barusan. . ." kata Hanrui.
"Sihir. . . " sambung Mai.
"Tapi bagaimana bisa?" kata Mily.
Akito menunjukan buku sihir yang diberikan oleh tabib Yu Chin.
"Aku tipe orang yang cepat belajar" kata Akito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar