"Ugh... pagi yang cerah, sebaiknya segera bersiap-siap ke sekolah. oh iya, selamat pagi Rikimaru." kata Ayame sambil menarik selimut di tempat tidurku.
Tetapi pada saat itu aku tak berada di situ, Ayame merasa heran sampai ia mendengar suara seseorang sedang masak. Ayame pu turun dan melihat aku sedang memasak makan pagi. Aku melihat Ayame dan memberi salam.
"selamat pagi" kataku dengan ceria.
"Ah, ya, selamat pagi juga. Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Ayame padaku.
"memasak." kataku dengan simpel.
Ayame terlihat sedikit kesal, "aku tahu kalau kau sedang memasak, tetapi mengapa kau yang memasak? Dimana Saki?" lanjut Ayame, saat itu Saki muncul dari pintu masuk.
"Rikimaru cuma membantuku, soalnya aku kerepotan kalau sendirian. Aku mau meminta bantuan kalian pasti pada akhirnya akan hancur." kata Saki dengan kesal.
Aku cuma tertawa kecil saat itu. Saat itu para penghuni asrama telah bangun semua.
"kenapa? mengapa kau yang memasak?" tanya Fuyu.
"masakan cowok? ini akan buruk." sambung minata.
"Kudengar ada orang yang mati setelah makan masakan laki-laki." kata Yoshida dengan polos.
Aku langsung down mendengar semua itu tetapi Saki langsung berbicara.
"sudahlah, masakan kalian juga sama saja hancurnya. Minata, kalau kau yang memasak semua makanan lansung menjadi beku. Kalau kau Fuyu, setiap kau memasak pasti ada sesuatu yang aneh di dalam masakanmu seperti sesuatu yang kenyal dan bewarna hitam. kalau Yoshida selalu roti dengan sayuran atau mie instan, bahkan aku ragu kalau kau itu manusia serigala. Dan, kalau kau Ayame. Setiap kau masak mengapa hasilnya selalu gagal?" Bentak Saki dengan keras, aku tertawa kecil lagi saat itu.
Aku meyiapkan makanan di atas meja, makanannya tergolong sederhana, spaghettii, salad, dan telur goreng dengan saus. Itu termasuk biasa tetapi mengapa mereka semua bilang.
"ini makanan kelas atas untuk bangsawan." kata mereka dengan mata yang bersinar.
saat itu aku berpikir kalau masakan mereka semua buruk kecuali Saki. Yoshida memakan makanan yang kumasak sesuap.
"hm.. ini enak." katanya, yang lain pun berkata begitu..
Aku tersenyum malu dan berkata, "terima kasih."
"tetapi ini sangat enak untuk ukuran seorang cowok. Darimana kamu belajar?" Tanya Saki.
"aku belajar sendiri, aku cuma sering memasak di rumah untuk keluargaku sejak aku masih kelas satu SMP." kataku sambil membereskan bekas aku memasak.
"Memasak untuk keluarga? mengapa begitu, apa ibumu tidak pernah memasak?" tanya Ayame.
Aku menggeleng, "kalau begitu, ibumu tidak bisa memasak?" tanya Yoshida, aku menggeleng lagi.
"Kalau begitu mengapa?" Tanya Fuyu dan Minata.
Aku berbalik menghadap mereka, "kalau aku makan masakan ibuku aku akan mati." kataku dengan simpel.
Mereka semua kebinggungan dengan jawabanku, "mengapa?" tanya mereka semua secara serentak.
"Masakan ibuku itu aneh, dia memasukan hati babi liar lalu cicak yang dipanggang lalu kepala ayam yang setengah matang untuk bahan supnya. Ibuku bilang itu adalah ramuan untuk menambah semangat. Saat itu ayahku langsung kabur dengan alasan tugas, kakak pura-pura sakit, karena itu semua aku harus memasak untuk mereka semua." kataku sambil marah karena mengingat hal itu.
Mereka semua terdiam suram.
"tetapi keluargamu kaya kan? mengapa kau tidak membeli saja makanan dari luar." Tanya Fuyu.
"Keluargaku memang kaya, tetapi aku hidup dengan uangku sendiri. Dengan alasan generasi terbaru sebagai ninja pemburu hantu aku harus mencari uang sendiri sejak satu smp sampai akhir." Jawabku dengan sedih.
"kamu punya keluarga yang aneh." kata Minata dengan dingin.
Makan pagi telah selesai, aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Ditengah jalan Minata berkata, "apa kau yakin melewati jalan ini?" katanya.
"tentu saja, kenapa?" tanyaku.
"Tidak apa-apa, cuma akan ada keramaian saja." Jawab Minata.
Aku tertawa saat itu, "keramaian apa yang membuatku tidak bisa lewat?" kataku.
Minata menunjuk ke gerbang sekolah.
"seperti itu."
Aku langsung terkejut karena melihat segerombolan murid wanita menungguku.
"Kaguya-sama..... jadikan aku partnermu..." teriak mereka sambil berlari ke arahku.
"Gya,,,, aku tidak mau dimakan." Teriaku sambil lari dari kejaran mereka.
"menjadi populer dengan satu duel saja?" kata Minata pada Ayame.
"semenjak awal dia memang sudah populer sih." jawab Ayame sambil tertawa geli dan memasuki sekolah.
Aku terus berlari kencang dari kejaran mereka, aku sudah berusaha untuk sembunyi di beberapa tempat tetapi tetap ketahuan. Pada akhirnya aku sampai di halaman belakan sekolah, halaman belakan sekolah itu sepi sekali. Seperti sebuah kebun yang luas, karena murid tadi tak mengejarku sampai sini aku bersandar di sebuah pohon untuk istirahat. Saat itu aku mendengar suara.
"hei kau, menyingkir dari situ. aku mau melompat turun." suara itu berasal dari atas pohon dimana aku berada.
Aku bangkit dan melihat ke atas, ada murid wanita di atas pohon itu. Aku berdiam diri di tempat itu selama lima menit.
"mengapa kau belum turun?" tanyaku dengan heran.
Murid wanita tersebut terkejut, "itu, karena,, itu,," katanya terputus-putus dengan muka yang memerah karena malu.
Aku diam sejenak, "jangan-jangan kamu takut ketinggian ya?" tanyaku pada murid itu.
Dia terkejut dan langsung marah-marah padaku, "Tepat sasaran" pikirku.
"Aku tak takut ketinggian, cuma takut jatuh." katanya dengan malu.
"apa bedanya?" kataku dalam hati.
"ya sudahlah, aku mau turun. Tolong tangkap aku ya." katanya sambil melompat turun.
"hah?" kataku sambil mendongkak ke atas.
BUGH... kaki murid tersebut mendarat di atas mukaku.
"ah, apa kau tak apa-apa?" tanyanya padaku yang terjatuh.
"apanya yang tak apa-apa!? kalau ingin turun bilang saja! aku akan membantumu turun!" teriakku dengan marah.
"maaf." kata murid tersebut dengan tertawa.
"hah~ kalau kau takut ketinggian, mengapa kau naik ke situ?" tanyaku padanya.
"itu,, itu karena ini." dia mengangkat sebuah anak kucing.
"kucing ini naik ke pohon tersebut tetapi tak bisa turun, jadi aku naik kesana untuk membantunya." lanjut murid tersebut.
mendengar itu aku tertawa, "Mengapa? Kau pasti berpikir aku bodoh ya?" tanya murid itu dengan marah.
"tidak, aku cuma mentertawakan kebaikanmu. Siapa namamu?" tanyaku padanya.
Dia terdiam sebentar, "Hina, Hinata Matsumi" katanya,
"nama yang bagus, aku adalah.." belum sempat aku berbicara murid tersebut berkata.
"Rikimaru Kaguya kan? senang berkenalan denganmu."
Aku terkejut, "mengapa kau tahu namaku?" tanyaku pada Hinata.
"itu karena aku adalah,," belum selesai dia berbicara terdengar suara teriakan murid lain yang mencariku.
"Ah, ketua.. Selamat pagi, maaf jika kami membuat keributan" kata mereka kepada Hinata.
"selamat pagi juga." kata Hinata pada mereka.
Hinata melirik ke belakang, "sudah aman" aku langsung turun dari atas pohon.
"haha, menjadi populer itu sulit ya?" katanya padaku.
Aku ikut tertawa juga, tetapi mengapa murid-murid itu memanggilnya ketua? Aku pun bertanya kepadanya.
"mengapa kau dipanggil ketua?" Hinata tersenyum.
"itu karena aku adalah ketua murid di sini." katanya dengan tersenyum.
Itu menjelaskan mengapa dia mengetahui namaku.
____________________________________________________________________
by : Yahaya De Courtville
Tetapi pada saat itu aku tak berada di situ, Ayame merasa heran sampai ia mendengar suara seseorang sedang masak. Ayame pu turun dan melihat aku sedang memasak makan pagi. Aku melihat Ayame dan memberi salam.
"selamat pagi" kataku dengan ceria.
"Ah, ya, selamat pagi juga. Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Ayame padaku.
"memasak." kataku dengan simpel.
Ayame terlihat sedikit kesal, "aku tahu kalau kau sedang memasak, tetapi mengapa kau yang memasak? Dimana Saki?" lanjut Ayame, saat itu Saki muncul dari pintu masuk.
"Rikimaru cuma membantuku, soalnya aku kerepotan kalau sendirian. Aku mau meminta bantuan kalian pasti pada akhirnya akan hancur." kata Saki dengan kesal.
Aku cuma tertawa kecil saat itu. Saat itu para penghuni asrama telah bangun semua.
"kenapa? mengapa kau yang memasak?" tanya Fuyu.
"masakan cowok? ini akan buruk." sambung minata.
"Kudengar ada orang yang mati setelah makan masakan laki-laki." kata Yoshida dengan polos.
Aku langsung down mendengar semua itu tetapi Saki langsung berbicara.
"sudahlah, masakan kalian juga sama saja hancurnya. Minata, kalau kau yang memasak semua makanan lansung menjadi beku. Kalau kau Fuyu, setiap kau memasak pasti ada sesuatu yang aneh di dalam masakanmu seperti sesuatu yang kenyal dan bewarna hitam. kalau Yoshida selalu roti dengan sayuran atau mie instan, bahkan aku ragu kalau kau itu manusia serigala. Dan, kalau kau Ayame. Setiap kau masak mengapa hasilnya selalu gagal?" Bentak Saki dengan keras, aku tertawa kecil lagi saat itu.
Aku meyiapkan makanan di atas meja, makanannya tergolong sederhana, spaghettii, salad, dan telur goreng dengan saus. Itu termasuk biasa tetapi mengapa mereka semua bilang.
"ini makanan kelas atas untuk bangsawan." kata mereka dengan mata yang bersinar.
saat itu aku berpikir kalau masakan mereka semua buruk kecuali Saki. Yoshida memakan makanan yang kumasak sesuap.
"hm.. ini enak." katanya, yang lain pun berkata begitu..
Aku tersenyum malu dan berkata, "terima kasih."
"tetapi ini sangat enak untuk ukuran seorang cowok. Darimana kamu belajar?" Tanya Saki.
"aku belajar sendiri, aku cuma sering memasak di rumah untuk keluargaku sejak aku masih kelas satu SMP." kataku sambil membereskan bekas aku memasak.
"Memasak untuk keluarga? mengapa begitu, apa ibumu tidak pernah memasak?" tanya Ayame.
Aku menggeleng, "kalau begitu, ibumu tidak bisa memasak?" tanya Yoshida, aku menggeleng lagi.
"Kalau begitu mengapa?" Tanya Fuyu dan Minata.
Aku berbalik menghadap mereka, "kalau aku makan masakan ibuku aku akan mati." kataku dengan simpel.
Mereka semua kebinggungan dengan jawabanku, "mengapa?" tanya mereka semua secara serentak.
"Masakan ibuku itu aneh, dia memasukan hati babi liar lalu cicak yang dipanggang lalu kepala ayam yang setengah matang untuk bahan supnya. Ibuku bilang itu adalah ramuan untuk menambah semangat. Saat itu ayahku langsung kabur dengan alasan tugas, kakak pura-pura sakit, karena itu semua aku harus memasak untuk mereka semua." kataku sambil marah karena mengingat hal itu.
Mereka semua terdiam suram.
"tetapi keluargamu kaya kan? mengapa kau tidak membeli saja makanan dari luar." Tanya Fuyu.
"Keluargaku memang kaya, tetapi aku hidup dengan uangku sendiri. Dengan alasan generasi terbaru sebagai ninja pemburu hantu aku harus mencari uang sendiri sejak satu smp sampai akhir." Jawabku dengan sedih.
"kamu punya keluarga yang aneh." kata Minata dengan dingin.
Makan pagi telah selesai, aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Ditengah jalan Minata berkata, "apa kau yakin melewati jalan ini?" katanya.
"tentu saja, kenapa?" tanyaku.
"Tidak apa-apa, cuma akan ada keramaian saja." Jawab Minata.
Aku tertawa saat itu, "keramaian apa yang membuatku tidak bisa lewat?" kataku.
Minata menunjuk ke gerbang sekolah.
"seperti itu."
Aku langsung terkejut karena melihat segerombolan murid wanita menungguku.
"Kaguya-sama..... jadikan aku partnermu..." teriak mereka sambil berlari ke arahku.
"Gya,,,, aku tidak mau dimakan." Teriaku sambil lari dari kejaran mereka.
"menjadi populer dengan satu duel saja?" kata Minata pada Ayame.
"semenjak awal dia memang sudah populer sih." jawab Ayame sambil tertawa geli dan memasuki sekolah.
Aku terus berlari kencang dari kejaran mereka, aku sudah berusaha untuk sembunyi di beberapa tempat tetapi tetap ketahuan. Pada akhirnya aku sampai di halaman belakan sekolah, halaman belakan sekolah itu sepi sekali. Seperti sebuah kebun yang luas, karena murid tadi tak mengejarku sampai sini aku bersandar di sebuah pohon untuk istirahat. Saat itu aku mendengar suara.
"hei kau, menyingkir dari situ. aku mau melompat turun." suara itu berasal dari atas pohon dimana aku berada.
Aku bangkit dan melihat ke atas, ada murid wanita di atas pohon itu. Aku berdiam diri di tempat itu selama lima menit.
"mengapa kau belum turun?" tanyaku dengan heran.
Murid wanita tersebut terkejut, "itu, karena,, itu,," katanya terputus-putus dengan muka yang memerah karena malu.
Aku diam sejenak, "jangan-jangan kamu takut ketinggian ya?" tanyaku pada murid itu.
Dia terkejut dan langsung marah-marah padaku, "Tepat sasaran" pikirku.
"Aku tak takut ketinggian, cuma takut jatuh." katanya dengan malu.
"apa bedanya?" kataku dalam hati.
"ya sudahlah, aku mau turun. Tolong tangkap aku ya." katanya sambil melompat turun.
"hah?" kataku sambil mendongkak ke atas.
BUGH... kaki murid tersebut mendarat di atas mukaku.
"ah, apa kau tak apa-apa?" tanyanya padaku yang terjatuh.
"apanya yang tak apa-apa!? kalau ingin turun bilang saja! aku akan membantumu turun!" teriakku dengan marah.
"maaf." kata murid tersebut dengan tertawa.
"hah~ kalau kau takut ketinggian, mengapa kau naik ke situ?" tanyaku padanya.
"itu,, itu karena ini." dia mengangkat sebuah anak kucing.
"kucing ini naik ke pohon tersebut tetapi tak bisa turun, jadi aku naik kesana untuk membantunya." lanjut murid tersebut.
mendengar itu aku tertawa, "Mengapa? Kau pasti berpikir aku bodoh ya?" tanya murid itu dengan marah.
"tidak, aku cuma mentertawakan kebaikanmu. Siapa namamu?" tanyaku padanya.
Dia terdiam sebentar, "Hina, Hinata Matsumi" katanya,
"nama yang bagus, aku adalah.." belum sempat aku berbicara murid tersebut berkata.
"Rikimaru Kaguya kan? senang berkenalan denganmu."
Aku terkejut, "mengapa kau tahu namaku?" tanyaku pada Hinata.
"itu karena aku adalah,," belum selesai dia berbicara terdengar suara teriakan murid lain yang mencariku.
"Ah, ketua.. Selamat pagi, maaf jika kami membuat keributan" kata mereka kepada Hinata.
"selamat pagi juga." kata Hinata pada mereka.
Hinata melirik ke belakang, "sudah aman" aku langsung turun dari atas pohon.
"haha, menjadi populer itu sulit ya?" katanya padaku.
Aku ikut tertawa juga, tetapi mengapa murid-murid itu memanggilnya ketua? Aku pun bertanya kepadanya.
"mengapa kau dipanggil ketua?" Hinata tersenyum.
"itu karena aku adalah ketua murid di sini." katanya dengan tersenyum.
Itu menjelaskan mengapa dia mengetahui namaku.
____________________________________________________________________
by : Yahaya De Courtville
Tidak ada komentar:
Posting Komentar