Hari semakin sore, sudah saatnya aku dan Ren pergi ke kuil yang ditunjukan oleh kepala sekolah. Aku mendekati Ren yang sedang mengambil lembaran kertas mantera dari dalam tasnya, "Barang bawaanmu cuma segitu?" kataku pada Ren, "Ya, kita cuma akan mengusir roh saja kan? ini sudah cukup." kata Ren yang terus membongkar tasnya, "Lagipula jika, sesuatu terjadi aku ada itu kok." Lanjut Ren. Ayame dkk turun ke bawah, "Kapan kita pergi?" Tanya Ayame, Ren menoleh dan merasa heran, "Kita?" tanyanya kepada Ayame. "Ah, benar juga. Aku belum memberitahukannya padamu, semua orang di asrama ini adalah partnerku kecuali Saki." kataku, Ren nampak terkejut, "Semuanya? Kau populer juga ya?" kata Ren dengan nada tidak percaya, "Yah,, tapi semua ini karena kecelakaan. Sudahlah, daripada itu ayo pergi sekarang, peta yang diberikan oleh kepala sekolah ada padamu kan Ren?" tanyaku, Ren mengangguk. "Kalau begitu, ayo pergi."
Sudah 4 jam kami masuk ke dalam hutan tetapi tidak melihat adanya kuil, "Hei,, berapa lama lagi kita harus berjalan?" keluh Ayame yang kelelahan, aku merasa heran katanya kepala sekolah jaraknnya dekat saja dengan sekolahan tetapi mengapa kita beklum sampai-sampai juga? Aku mendekat ke arah Ren dan melihat petanya,
PLETAKK!!!!
"Bodoh!!!! bagaimana kita mau sampai jika kau memegang petanya secara terbalik! Apa penyakit buta arahmu itu masih belum sembuh juga?" Bentakku kepada Ren yang telah kupukul, "memangnya bagaimana caramu sampai ke sekolah?" tanyaku dengan nada kasar, Ren diam sejenak sambil mengelus kepalanya yang telah kupukul, "Aku ke sekolah diantar oleh shikigami milik ibumu" katanya sambil bangkit dari tanah. Aku menghela nafas, "sudahlah, gunakan saja sihir penunjuk jalan." perintahku pada Ren, Ren mengambil selembar daun di tanah. "The spirit who was connecting people and earth, show me the to that temple with this leaf." kata Ren dengan serius. Daun yang dipegang oleh Ren sekarang melayang dan bergerak menuju kuil, "Ikuti daun itu dan kita akan sampai" kataku pada semua orang. Saat aku mau berjalan Ren menarik lengan bajuku, "Hei, apa ini cuma perasaanku, kau tidak memilih Ayame sebagai parner karena dia mirip dengan orang itu kan?" tanya Ren dengan muka serius, aku diam saja, "Tidak!" kataku sambil berjalan menuju kuil.
Kami melihat kuil tersebut, sangat tak terawat. Sepertinya kuil ini dibangun sudah lama sekali. Tetapi, aku tidak melihat kehadiran roh sedikit pun, "Hei, apa yang diucapkat Ren saat dia sedang menggunakan sihir tadi?" tanya Ayame padaku, "itu adalah mantera, aku tidak menggunakannya karena sihir yang kugunakan itu adalah sihir rendah. Saat aku menggunakan sihir tingkat menengah aku harus mengucapkannya." jelasku pada Ayame, Ayame kelihatannya mengerti. Saat itu muncul bola api bewarna biru dari semak-semak, Ren terlihat waspada. Bola api itu menggumpal dan membentu tubuh, "Itu dia, target kita. Roh jahat." kataku pada Ren, Ren mengambil kertas manteranya sedangkan aku duduk di tangga kuil, "Hei, apa kau tak mau membantuku?" kata Ren dengan nada kesal, "Kau bisa melakukannya sendiri kan? kalau begitu tidak masalah, aku sedang ngantuk." kataku sambil menguap, "Sial!" kata Ren yang mulai menyerang Roh tersebut dengan kertas manteranya, Roh tersebut tidak cuma satu. Mereka banyak, tetapi aku heran mengapa bisa sebanyak ini, "Apa kau tidak mau membantunya?" tanya Ayame, aku tersenyum, "Tenang saja, dia sudah pernah menghadapi hal yang lebih parah dari ini." Ayame diam sejenak, "Ngomong-ngomong, apa senjata milik Ren?" tanya Ayame lagi, "Senjata? oh, dia tidak manyukai senjata. Dia hanya menggunakan kertas mantera dan tubuhnya sendiri untuk melawan musuh." kataku, "Tubuhnya sendiri?" kata Ayame dengan nada penasaran, "Ren menguasai kempo china yang diajarkan oleh ayahnya, jika dia menggabungkan dengan teknik onmyoji maka hal itu bisa dilakukan". "Begitu..." kata Ayame yang mengerti, aku tersenyum, "Tetapi bukan berarti dia tidak memakai senjata. Dia biasanya menyimpan barang bawaannya di kertas mantera tersebut, dan juga dia dapat menambahkan elemen alam ke senjatanya salah satunya Pisau" Saat aku mengatakan itu ada roh yang muncul dari belakangku dan ingin menyerangku, Ren melirik ke arahku dan mengambil selembar kertas mantera. Aku menggeser kepalaku ke arah kiri dan Ren melemparkan kertas mantera yang ia pegang ke arah monster itu. Saat Ren melempar kertas tersebut, kertas tersebut berubah menjadi sebilah pisau yang menancap pada roh yang ada di-belakangku. Ayame nempak terkejut, "Seperti itu." kataku pada Ayame.
Tetapi tak disangka, roh tersebut bangkir lag. Aku melompat ke arah Ren dan melihat roh tersebut mulai berbah lagi. Aku terkejut, "Ren" panggilku, "aku sedang sibuk!" katanya, "lihat ini." kataku lagi, "Apa sih?" kata Ren dengan kesal sambil menengok ke belakang. Roh yang tadi telah berubah menjadi makhluk yang diselimuti api dan berukuran lumayan besar, "Makhluk apa itu!" teriak Ayame yang berada disampingku, saat itu roh-roh yang tersia juga telah berubah menjadi makhluk tersebut. "Tidak salah lagi, ini adalah LORE" Kataku dengan nada serius, "LORE? apa itu?" tanya Minata, "LORE adalah roh yang sudah lama hidup dan berubah menjadi lebih ganas dengan menggunakan kekuatan alam seperti air, api, tanah, udara, dll" Kata Ren yang menarik kertas manteranya, "Dan LORE yang kita lihat ini adalah, IGNIS. LORE yang berelemen api, Ren berikan aku pisau air." Ren mengubah dua kertas menteranya menjadi dua pisau air. "Apa kau bisa memakai pisau?" tanya Ayame, "syarat ninja keluarga Shiruya, bisa menggunakan semua senjata dalam keadaan apa-pun. Tenanglah, aku bisa membereskan ini semua. " Kataku kepada Ayame dkk, "Nah, ayo mulai Ren." kataku yang telah menggenggam pisau air itu erat-erat. Dalam waktu 10 menit semua IGNIS telah hancur, "Kalian hebat" puji Minata, "IGNIS yang ini tergolong IGNIS rendahan, jadi mudah saja membereskannya. Tapi, IGNIS dengan jumlah sebanyak ini tidak lumrah, sepertinya ada sesuatu dibalik semua ini. Nanti aku tanyakan pada kepala sekolah sekarang kita kembali saja dulu ke asrama." kataku yang masih berpikir akibat kejadian ini.
_____________________________________________________________________
by : Yahya De Courtville
Sudah 4 jam kami masuk ke dalam hutan tetapi tidak melihat adanya kuil, "Hei,, berapa lama lagi kita harus berjalan?" keluh Ayame yang kelelahan, aku merasa heran katanya kepala sekolah jaraknnya dekat saja dengan sekolahan tetapi mengapa kita beklum sampai-sampai juga? Aku mendekat ke arah Ren dan melihat petanya,
PLETAKK!!!!
"Bodoh!!!! bagaimana kita mau sampai jika kau memegang petanya secara terbalik! Apa penyakit buta arahmu itu masih belum sembuh juga?" Bentakku kepada Ren yang telah kupukul, "memangnya bagaimana caramu sampai ke sekolah?" tanyaku dengan nada kasar, Ren diam sejenak sambil mengelus kepalanya yang telah kupukul, "Aku ke sekolah diantar oleh shikigami milik ibumu" katanya sambil bangkit dari tanah. Aku menghela nafas, "sudahlah, gunakan saja sihir penunjuk jalan." perintahku pada Ren, Ren mengambil selembar daun di tanah. "The spirit who was connecting people and earth, show me the to that temple with this leaf." kata Ren dengan serius. Daun yang dipegang oleh Ren sekarang melayang dan bergerak menuju kuil, "Ikuti daun itu dan kita akan sampai" kataku pada semua orang. Saat aku mau berjalan Ren menarik lengan bajuku, "Hei, apa ini cuma perasaanku, kau tidak memilih Ayame sebagai parner karena dia mirip dengan orang itu kan?" tanya Ren dengan muka serius, aku diam saja, "Tidak!" kataku sambil berjalan menuju kuil.
Kami melihat kuil tersebut, sangat tak terawat. Sepertinya kuil ini dibangun sudah lama sekali. Tetapi, aku tidak melihat kehadiran roh sedikit pun, "Hei, apa yang diucapkat Ren saat dia sedang menggunakan sihir tadi?" tanya Ayame padaku, "itu adalah mantera, aku tidak menggunakannya karena sihir yang kugunakan itu adalah sihir rendah. Saat aku menggunakan sihir tingkat menengah aku harus mengucapkannya." jelasku pada Ayame, Ayame kelihatannya mengerti. Saat itu muncul bola api bewarna biru dari semak-semak, Ren terlihat waspada. Bola api itu menggumpal dan membentu tubuh, "Itu dia, target kita. Roh jahat." kataku pada Ren, Ren mengambil kertas manteranya sedangkan aku duduk di tangga kuil, "Hei, apa kau tak mau membantuku?" kata Ren dengan nada kesal, "Kau bisa melakukannya sendiri kan? kalau begitu tidak masalah, aku sedang ngantuk." kataku sambil menguap, "Sial!" kata Ren yang mulai menyerang Roh tersebut dengan kertas manteranya, Roh tersebut tidak cuma satu. Mereka banyak, tetapi aku heran mengapa bisa sebanyak ini, "Apa kau tidak mau membantunya?" tanya Ayame, aku tersenyum, "Tenang saja, dia sudah pernah menghadapi hal yang lebih parah dari ini." Ayame diam sejenak, "Ngomong-ngomong, apa senjata milik Ren?" tanya Ayame lagi, "Senjata? oh, dia tidak manyukai senjata. Dia hanya menggunakan kertas mantera dan tubuhnya sendiri untuk melawan musuh." kataku, "Tubuhnya sendiri?" kata Ayame dengan nada penasaran, "Ren menguasai kempo china yang diajarkan oleh ayahnya, jika dia menggabungkan dengan teknik onmyoji maka hal itu bisa dilakukan". "Begitu..." kata Ayame yang mengerti, aku tersenyum, "Tetapi bukan berarti dia tidak memakai senjata. Dia biasanya menyimpan barang bawaannya di kertas mantera tersebut, dan juga dia dapat menambahkan elemen alam ke senjatanya salah satunya Pisau" Saat aku mengatakan itu ada roh yang muncul dari belakangku dan ingin menyerangku, Ren melirik ke arahku dan mengambil selembar kertas mantera. Aku menggeser kepalaku ke arah kiri dan Ren melemparkan kertas mantera yang ia pegang ke arah monster itu. Saat Ren melempar kertas tersebut, kertas tersebut berubah menjadi sebilah pisau yang menancap pada roh yang ada di-belakangku. Ayame nempak terkejut, "Seperti itu." kataku pada Ayame.
Tetapi tak disangka, roh tersebut bangkir lag. Aku melompat ke arah Ren dan melihat roh tersebut mulai berbah lagi. Aku terkejut, "Ren" panggilku, "aku sedang sibuk!" katanya, "lihat ini." kataku lagi, "Apa sih?" kata Ren dengan kesal sambil menengok ke belakang. Roh yang tadi telah berubah menjadi makhluk yang diselimuti api dan berukuran lumayan besar, "Makhluk apa itu!" teriak Ayame yang berada disampingku, saat itu roh-roh yang tersia juga telah berubah menjadi makhluk tersebut. "Tidak salah lagi, ini adalah LORE" Kataku dengan nada serius, "LORE? apa itu?" tanya Minata, "LORE adalah roh yang sudah lama hidup dan berubah menjadi lebih ganas dengan menggunakan kekuatan alam seperti air, api, tanah, udara, dll" Kata Ren yang menarik kertas manteranya, "Dan LORE yang kita lihat ini adalah, IGNIS. LORE yang berelemen api, Ren berikan aku pisau air." Ren mengubah dua kertas menteranya menjadi dua pisau air. "Apa kau bisa memakai pisau?" tanya Ayame, "syarat ninja keluarga Shiruya, bisa menggunakan semua senjata dalam keadaan apa-pun. Tenanglah, aku bisa membereskan ini semua. " Kataku kepada Ayame dkk, "Nah, ayo mulai Ren." kataku yang telah menggenggam pisau air itu erat-erat. Dalam waktu 10 menit semua IGNIS telah hancur, "Kalian hebat" puji Minata, "IGNIS yang ini tergolong IGNIS rendahan, jadi mudah saja membereskannya. Tapi, IGNIS dengan jumlah sebanyak ini tidak lumrah, sepertinya ada sesuatu dibalik semua ini. Nanti aku tanyakan pada kepala sekolah sekarang kita kembali saja dulu ke asrama." kataku yang masih berpikir akibat kejadian ini.
_____________________________________________________________________
by : Yahya De Courtville
Tidak ada komentar:
Posting Komentar