Halaman

TRANSLATE

Kamis, 05 November 2009

BLACK-WHITE FEATHERS "THE LAST ANGELICA PART 1" (The Begin)

Angin berembus dengan lembut dan membawa hawa kesejukan. Seorang pemuda sedang duduk bersandar dibawah pohon yang rindang. Tangannya ia lipat dan diletakan dibelakang kepalanya. Matanya pelan-pelan mulai terpejam. Sebuah kedamaian terlukis jelas diwajahnya yang tampan.Damai.
SETH!
Sebuah anak panah meluncur dan menancap pada batang pohon dimana pemuda itu duduk. Anak panah itu hampir mengenai lehernya. Pemuda itu tak merasa kaget, ekspresi wajahnya tak berubah sama sekali. Tetap tenang. Ia pun mencabut anak panah itu dan menancapkannya dipunggung tangannya. Darah mulai mengalir dari tangannya.
Ia kemudian menjilati darahnya sendiri dan ia menuliskan sesuatu dibatang pohon dengan darahnya sebagai ganti tinta. Tulisan itu berbunyi, Kalau kau masih menginginkan sayapku, coba saja untuk mengambilnya dariku. Kemudian, dari belakang punggunya keluar sepasang sayap yang keduanya mempunyai warna yang berbeda, hitam dan putih. Perlahan, luka ditangannya menutup dan akhirnya luka itu menghilang tak berbekas.
Seorang wanita berambut panjang hitam sepinggang muncul dari balik pohon yang lain. Kulitnya putih bersih dan wajahnya sangat cantik. Sepasang sayap putih keluar dari balik punggungnya. “Lama tak jumpa, Ryuken,” kata wanita itu dengan busur ditangan. Sebuah senyum tipis ia tunjukan pada wanita itu.
“Kau masih berusaha membunuhku, Minami?”
“Hmf! Ryuken, aku takkan pernah melepaskanmu.” Minami mengarahkan anak panahnya pada Ryuken. “Selamanya kau adalah milikku!!”
Anak panah itu meluncur dengan kencang. Ryuken tak bergeming dari tempatnya, diam-diam ia membuka sarung katana-nya dan menangkis anak panah gadis itu. “Seorang ‘Angelica’ sepertimu takkan bisa membunuhku,” gumamnya.
Pertarungan berakhir dengan cepat. Kekalahan ada pada Minami, sekujur tubuhnya penuh luka sabetan katana Ryuken namun kesadarannya belum hilang. Wajahnya berada dibawah kaki pemuda itu. Minami meringis. Ryuken tersenyum licik dan ia menyabetkan kembali katananya pada sayap Minami. “Kyaa~,” jeritnya. Sepasang sayap terpisah dari punggungnya. Darahnya membasahi padang rumput itu. Bulu-bulu dari sayapnya beterbangan dan ini artinya kematian sudah didepan mata. Jika, seorang Angelica kehilangan beberapa helai bulunya, maka umurnya akan berkurang. Dan jika, sayapnya terlepas dari tubuhnya, maka ajal untuknya.
“Fu fu fu. Seharusnya kau tak sendirian memburuku, sekarang kematianmu sudah dekat. Selamat tinggal, Minami.” Ryuken menatap gadis itu dengan dingin dan pergi meninggalkannya. Minami menyatukan kedua tangannya dan membaca sebuah mantra. Tubuhnya perlahan-lahan mulai menghilang dan berubah menjadai helaian bulu-bulu yang beterbangan. Akhirnya, ia benar-benar menghilang, yang tertinggal hanya bulu-bulu berwarna putih.
Tokyo, Jepang.
Lalu lalang orang dijalanan kota Tokyo begitu padat. Orang-orang berjalan dengan langkah besar dan cepat, mereka dikejar kesibukan dan keperluan mereka masing-masing. Waktu adalah uang, jadi, tak boleh disia-siakan. Setiap detiknya begitu berharga dan merupakan sambungan nyawa mereka. Pemandangan seperti ini sudah tak mengherankan lagi.
Seorang pelayan yang mengenakan pakaian maid, hilir mudik melayani para pelanggan. Siang itu udara terasa sangat panas karena sudah memasuki musim panas, sekitar bulan Juni. Tak heran jika kafe itu dipadati pengunjung yang datang untuk menikmati minuman dingin. Seorang pemuda tampan datang ke kafe itu dengan setelan perlente. “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu,” ujar Ryuuka sambil tersenyum.
“Uhm! Kopi panas,” katanya dengan datar. Ryuuka mengangkat sebelah alisnya, “Maaf?”
“Ya, aku ingin secangkir kopi panas.”
“Ah, baiklah.”
Entah kenapa Ryuuka merasa tertarik padanya dan merasa pernah mengenalnya. Hikaru menepuk pundaknya, ia tersentak kaget. “Kenapa malah melamun?” tanya Hikaru.
“Ah, maaf sepertinya aku agak kelelahan.”
“Kalau begitu beristirahatlah sebentar, biar aku yang menggantikanmu.” Hikaru tersenyum lembut. Ryuuka mengangguk pelan. Waktu menunjukan pukul 19.00, shift Ryuuka berakhir dan ia sedang bersiap untuk segera pulang. Hikaru menghampiri gadis itu dan mengajaknya untuk pulang bersamanya.
Kelap-kelip bintang sangat indah. Ryuuka mengusap-usap kedua tangannya dan matanya menatap sekeliling. Orang-orang masih lalu lalang dan beberapa diantaranya ada yang sedang bercengkrama dengan temannya ataupun kekasihnya.
“Bagaimana kalau kita mampir dulu ke toko kue sebentar,” kata Hikaru dengan tangan diatas pundak Ryuuka.
“Umm, boleh saja”
DEG!!
S I I I N G ! !
Suasana berubah menjadi sepi. Padahal tadi sangat ramai dan orang-orang memenuhi jalanan. Angin berembus pelan namun hawa yang menyesakan begitu terasa. Kedua kaki mereka seperti dipaku kuat dan tidak bisa digerakan. “Apa yang sebenarnya terjadi,” tanya Ryuuka. Hikaru mengangkat kedua bahunya. Dari belakang terdengar suara langkah kaki seseorang. Mereka menoleh bersamaan kebelakang. Seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan berpakaian serba hitam berjalan kearah mereka.
Dari balik punggungnya keluar sepasang sayap yang warnanya berbeda, hitam dan putih. Tangan kanannya memegang sebuah katana dan sorot matanya sangat tajam. Hawa membunuh yang ia keluarkan membuat mereka jadi sesak.
“Lama tak jumpa, Amatsuki Ryuuka?” katanya dingin.
Ryuuka tersentak kaget, lelaki itu tahu dirinya. “Si, siapa kau?!”
“Fu fu fu, kau tak perlu setakut itu ‘kan.” Lelaki itu membuka sarung katananya, “Kau ingat dengan katana ini?”
“Aku tanya siapa kau?!!,” Ryuuka jadi sedikit kesal karena lelaki itu berbicara tak tentu arah. “Cih! Brengsek,” gumamnya.
“Amatsuki, kau mengenalnya?” bisik Hikaru.
“Aku tak mungkin mengenal orang aneh seperti dia.”
BUGH!
Hikaru jatuh tersungkur kejalan. Tubuhnya seperti dihantam benda yang sangat besar. Mulutnya mengeluarkan darah. “Hikaru!” teriak Ryuuka.
“Kau tahu, tak seharusnya Angelica sepertimu masih berada dibumi ini,” lelaki itu berjalan kearah Ryuuka.
“Apa yang kau lakukan pada Hikaru dan apa yang sebenarnya kau bicarakan? Aku tak mengerti maksudmu!”
Mata katana lelaki itu diarahkan keleher gadis itu. “Damn Black Father, demi bulu hitam, hapuskan Angelica ini dari muka bumi.”
TRANG!
“Jauhkan katanamu darinya, Ryuken!”
“Anda…,”
Seorang pria berpakaian perlente dengan sayap putih berdiri membelakangi Ryuuka. Dia lelaki yang tadi siang mampir di kafe tempat Ryuuka bekerja. Dia menangkis katana Ryuken dengan katana miliknya. “Kau menyingkirlah, biar aku yang menhadapinya,” katanya.
“Ba, baik.” Ryuuka berlari kearah Hikaru. Dengan saputangannya ia membersihkan darah Hikaru.
“Kaoru, tak kusangka kau masih hidup,” ujar Ryuken licik.
“Hmf! Kau ingin menghabisiku? Coba saja kalau bisa. Heyaa~!!”




Ellysium.
Seorang Angelicus berjalan sempoyongan dengan buku yang bertumpuk dibawanya. Langkahnya terhenti ketika ia tiba didepan pintu gerbang yang besar dan tinggi. Tidak sembarang orang bisa masuk kedalam dan pintu itu dijaga dengan ketat oleh para Angelic Guardian. “Aku Angelicus dari bagian Penelitian Ellysium Holy White Mother. Namaku Vanhelthrob, aku datang memenuhi panggilan Christoper-sama,” katanya sambil membungkukan badan. Serangkaian pemeriksaan ia jalani guna meyakinkan para Angelic Guardian.
Pemeriksaan dilakukan dengan cepat dan ia bisa melanjutkan misinya mengantarkan informasi untuk Christoper-sama. Wewangian lembut begitu terasa begitu kakinya menginjak altar Ellysium. Ia menghadap Christoper-sama dengan tenang dan menyampaikan laporannya.
”Begitu. Jadi, para Angelordies yang melarikan diri dari Asphodel itu akan menyerang umat manusia?,” ujar Christoper-sama.
“Ya, Demonicart ternyata ada dibalik semua ini. Mereka menggunakan Angelordies sebagai tameng dan sepertinya mereka mengincar Angelica terakhir.”
“Angelica terakhir? Bukankah semua Angelica sudah tewas dalam perang lima ratus tahun yang lalu?”
“Tidak, kami berhasil mendapatkan satu sinyal dari seorang Angelica. Walau sinyal itu lemah tetapi kami masih bisa menerimanya.”
“Lalu, sekarang dimana dia berada?”
“Bumi. Dia berada dibumi dan kami sudah mengirim beberapa Angelicus untuk mencarinya.”
“Kalau begitu…,”

Ryuken bertarung imbang dengan lelaki bernama Kaoru itu. Ryuuka dan Hikaru yang sedari tadi hanya menonton saja karena tidak bisa banyak membantu. “Kalian asik sekali hanya menonton saja.” Terdengar suara seorang lelaki ternyata sedari tadi berdiri disamping mereka. Sontak mereka pun langsung kaget. Lelaki itu memakai pakaian serba putih dan wajahnya sangat tampan namun, pandangannya sangat tajam dan dingin.
WUSH!
Sepasang sayap hitam keluar dari balik punggungnya. Ah~, kenapa muncul para pria bersayap lagi? Mereka itu sebenarnya siapa? Malaikat atau apa?, batin Ryuuka. “Siapa kau sebenarnya?” tanya Hikaru dengan wajah serius. Sepertinya dia tampak kesal.
“Angelordies,” jawabnya singkat.
Hikaru semakin geram, “Angelordies? Apa maksudmu?”
“Kau manusia biasa takkan bisa mengerti tentang kami.”
“Apa yang kau bicarakan?!”
Ryuuka memegang pundak Hikaru dan menggeleng pelan. “Jangan mecari masalah, Hikaru,” kata Ryuuka pelan.
SETH!
“Namamu Ryuuka, yah?” ujar lelaki Angelordies itu. Wajahnya begitu dekat dengan wajah Ryuuka. Jarinya ia letakan didagu Ryuuka hingga dagu gadis itu sedikit terangkat. “Seorang Angelica dari Holy White Mother. Menarik.” Sambil membungkuk hormat ia memperkenalkan dirinya. “Namaku Vittomio.”
Hikaru menyanggah jari lelaki itu dari dagu Ryuuka. “Menjauh darinya.”
“Hmf! Kau jangan campuri urusanku.” Sayapnya mengembang dan mengibaskan Hikaru sampai ia terpental ke jalan. “Dasar bodoh.”
“Hikaru!” Ryuuka berlari kearah Hikaru dan ia sudah tak sadarkan diri. Lengannya patah mungkin karena serangan yang cukup keras tadi. Titik airmata Ryuuka mulai berjatuhan. Ia tak mengerti kenapa pria-pria bersayap itu datang dan berbicara tentang Angelica, Angelordies dan lainnya. Kenapa?
“Euh,” Kaoru merasakan ada energi yang kuat didekatnya, “Energi yang besar? Milik siapa?”
“Ini? Fu fu fu, akhirnya keluar juga.” Ryuken menghentikan serangannya dan berlari kearah Ryuuka dan yang lainnya berada. Perasaan Kaoru menjadi tak enak. Apa benar energi yang besar ini miliknya?, batin Kaoru.
Ryuuka mendekap Hikaru yang penuh luka dan ia mengeluarkan aura berwarna hitam. Api hitam pun mengelilinginya dan punggungnya mengeluarkan darah. Perlahan-lahan sesuatu keluar dari punggungnya dan ia terlihat tenang saja.
BATS!
Sepasang sayap putih merebah dipunggungnnya. Sayap itu berlumuran darah. “White Feather Mother, kurung para Angelordies dalam kekalnya Asphodel. Terbakarlah!” Api hitam yang tadi mengelilinginya langsung menyebar. Vittomio langsung terbang keatas guna menghindari api hitam itu. Kaoru sangat terkejut ketika ia melihat api hitam mulai membakar pertokoan. Sedang Ryuuka sendiri tak bergeming dari tempatnya berdiri.
“Sudah keluar, yah. Ini sangat menarik.” Ryuken menatap tajam kearah Ryuuka. “Mau bertaruh, Kaoru?”
“Tidak dan jangan coba untuk mendekatinya sejengkalpun atau kau akan terbunuh olehnya.”
BWOOSH!
Api semakin menyebar luas dan sepertinya kemarahan Ryuuka semakin memuncak. “Mati kau.” Api hitam itu berubah menjadi naga api yang sangat besar. Naga api itu terbang kelangit dan mulutnya mengeluarkan api dan menyerang Vittomio. Sayapnya yang hitam langsung terbakar habis dan ia berubah menjadi helaian-helaian bulu hitam. Ia menghilang.
Dia sungguh-sungguh, kalau dibiarkan terus seperti ini jiwanya juga akan terancam. Aku harus menghentikan kemarahannya. Tapi, bagaimana? Bagaimana?, batin Kaoru.

Mata Ryuuka perlahan mulai terbuka. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Matanya menatap sekeliling. “Dimana ini?”
“Kau sudah siuman rupanya,” Kaoru duduk disamping ranjang Ryuuka, “Kau berada di rumah sakit”
“Kenapa aku bisa…,”
“Sssshh, lebih baik sekarang kau beristirahat dulu. Lukamu masih belum pulih benar.”
“Luka?,” ia mengerutkan dahinya, “Berarti semalam bukan mimpi, yah?”
“Uhm! Kau mengingatnya?”
“Pertarunganmu dengan lelaki yang bernama Ryuuken dan lainnya aku ingat. Tapi, setelahnya aku tak ingat.”
Kaoru terdiam sejenak. “Begitu, yah? Untung saja kau tak mengingatnya.”
“Euh? Kenapa?”
“Tidak. Nanti saja kuceritakan. Nah, sekarang beristirahatlah.” Kaoru mengelus kepala Ryuuka. “Nanti sore aku akan kembali menjengukmu. Aku harus pergi, sampai nanti.”
“Ah, tunggu. Aku belum tahu namamu?”
“Namaku Kaoru. Kaoru Shirokusa,” katanya sambil melayangkan senyum mautnya. ”Oh, ya! Temanmu yang bernama Hikaru, ia dirawat diruang sebelah.”
Wajah Ryuuka langsung memerah, “Ah, euh, itu, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih banyak, Sirokusa-san.”
“Hmf! Sama-sama.”
Kaoru pun pergi. Sebenarnya apa yang sudah terjadi, yah? Aku jadi bingung, batinnya. Seberapa keraspun ia memikirkannya tetap saja buntu. “Lebih baik aku tidur saja daripada bingung sendiri,” gumamnya.




Asphodel.
“Angelica terakhir itu ternyata masih hidup. Bagaimana keadannya sekarang?” kata Ankoku-sama.
“Ya, dia masih hidup. Dan, dia memiliki Eikyuu no Hi. Bagaimana menurut Ankoku-sama ?”
Ankoku-sama meletakan tangan didagunya. “Biarkan saja dahulu. Kita akan sedikit bermain-main dengannya. Lalu, Angelicus bernama Kaoru itu habisi saja dia.”
“Baik.”
“Ah, ya! Buka semua gerbang penjara dan bebaskan semua Demonicart. Ini sangat menarik. Nah, Christoper-sama, apa yang akan kau lakukan?” Ankoku–sama tersenyum licik. “Ryuken, silakan kau laksankan tugasmu.”
“Baik!” Sayapnya pun merebah dan seolah tertelan oleh angin, ia menghilang dan beberapa helaian bulu hitam dan putih beterbaran.
Ankoku-sama menjetikan jarinya dan muncul beberapa Angelordies dan satu Demonicart. Perawakan mereka hampir sama dengan manusia, hanya saja Demonicart memiliki sayap hitam dikepalanya. Mereka menunduk dalam untuk menghormati Ankoku-sama. Ia memberikan sebuah perintah pada mereka dan mereka hanya mengangguk kemudian mereka menghilang tanpa bekas. Damn Black Father bersiap merebahkan sayap hitam mereka.




____________________________________________________________________
by: Amakusa Ryuu

Tidak ada komentar: