Halaman

TRANSLATE

Kamis, 05 November 2009

Ninja's Demon Hunter(?) In Kuro Gakuen chp 22. True Face Behind The Mask

"APA ITU......?????????" Jerit Ayame dengan keras, "Rikimaru,,, Cepat musnahkan itu!!!!!!!" Teriak Hinata yang bersembunyi di belakangku. Saat itu ruangan itu gelap jadi benda tersebut tidak kelihatan jelas, aku berjalan mendekati benda itu. Saat itu cahaya bulan sedang memasuki ruangan itu sehingga wujud asli benda itu terlihat. "I,,, Ini......" kata Ren dengan terkejut. Aku melihat dengan jelas wujud benda tersebut, "Jadi ini hantunya....??? Balon monster berisi air? Konyol sekali." kataku dengan kesal pada Hinata. "Ta,,, tapi apa tak aneh kalau benda ini berada di sini?" balas Hinata menyangkalku, "Mungkin cuma kerjaan iseng,, Sudahlah kita kembali!" kataku sambil berbalik ke arah pintu. Saat aku memegang gagang pintu tersebut tiba-tiba terdapat air yang menggumpal di belakangku dan menyerangku. "Rikimaru-sama!!!!!!" Teriak Yue dengan kaget. Aku berbalik dan melihat gumpalan air tersebut mengubah wujudnya menjadi sebuah tali air yang besar. Karena aku terlambat menanggapinya aku tak sempat mengambil senjataku, saat itu juga air tersebut menyerangku. Saat jarak air tersebut berada dekat dengan wajahku, kira-kira tinggal 2 cm lagi. Air tersebut langsung membeku sehingga berhenti, aku melihat ke belakang dan melihat kalau Minata yang mengubah air tersebut. "Apa kau tidak apa-apa Rikimaru?" Tanyanya, "Ya, terima kasih" kataku. "Jadi kali ini apa?" kata Ren sambil mendekati air yang membeku itu, "Entahlah, tetapi aku rasa ada sesuatu yang tak beres di sini. Lebih baik kita selidiki lagi." kataku, "Eh...?? tetapi bagaimana jika itu hantu????" kata Hinata, "Saat itu ya lawan saja atau kabur." kataku dengan cuek. Saat aku keluar dari toilet tersebut Hinata masih mengomel-ngomel padaku tetapi aku tidak memperhatikannya, saat itu juga aku langsung menengok ke arah tangga tingkat dua, "Kenapa?" tanya Ayame, "Tidak, sepertinya ada seseorang." kataku padanya.

Kami berjalan ke lantai dua yang dimana terdapat ruang musik seperti yang diceritakan oleh Hinata. Terdapat piano yang digosipkan di depanku, "Ini pianonya?" tanyaku. "Ya, orang yang memainkannya akan mendengar suara neraka dan akan rohnya akan diseret ke neraka." jelas Hinata. Aku pun duduk di bangku untuk bermain piano tersebut, "apa yang mau kau lakukan?" tanya Yoshida, "Aku ingin mendegar suara neraka tersebut." kataku dengan tersenyum dan menekan tuts piano tersebut. KHHIIII..............
Bunyi piano tersebut, "Itu suara neraka!!!!" jerit Hinata lagi. Aku membuka bagian bawah piano tersebut dan melihat bahwa terdapat kertas-kertas yang masuk sehingga suaranya menjadi seperti itu. "Tenanglah, itu semua karena ini." kataku sambil memperlihatkan kertas tersebut. "Dengan ini misteri bunyi neraka selesai, tetapi mengapa bisa ada gosip penyeretan roh ke neraka?" tanyaku, "kata orang, mereka yang diseret ke neraka akan pingsan dan tidak akan bangun selama tiga hari lalu terdapat bekas luka bewarna ungu di tubuhnya." jawab Hinata. "Warna ungu??? jangan-jangan....!!" saat itu juga terdapat sebuah anak panah kecil melesat ke arahku. TAPP!!!!! Ren menangkap anak panah tersebut, "Hati-hati dong!" katanya padaku, aku melihat anak panah tersebut, "Panah ini dilumuri racun, tidak membahayakan jiwa tetapi membuatmu tidak akan bangun sekitar 3-4 hari." kataku sambil memegang anak panah tersebut, "kalau begitu memang ada seseorang yang segaja berbuat begini ya?" kata Minata, "Tetapi, yang pertama tadi kau yang diincar. Dan sekarang kau lagi, apa mamang kau yang diincar?" tanya Hinata, aku menoleh kearahnya, "Mungkin..." kataku sambil berjalan ke lantai tiga. Seperti yang diperkirakan, aku menjadi incaran kali ini. Patung kerajinan tangan yang berada di ruang seni menyerangku, untungnya Ayame mengancurkannya dengan api rubahnya, "Benar-benar, kali ini kau yang diincar." kata Hinata, "yah, berarti bagus kan?" kataku, "Apanya yang bagus??? Kau itu hampir mati!!" tanya Ayame dengan marah, "Karena dengan ini semua orang selamat kan?" kataku, "hmm...?? tangganya lenyap." kata dengan santai. "Ah! Ya,, tangganya akan lenyap, begitu menurut cerita." kata Hinata. Aku mendekati dinding yang seharusnya menjad tangga itu dan menyentuhkan tanganku ke dinding tersebut. " Ini hanya kain yang bewarna sama dengan dinding tersebut, cuma kamuflase." kataku sambil menraik kain tersebut. Misteri di lantai lima ternyata tak ada, tak ada kaca yang pecah, atau apa-pun. Kami pun menaiki atap dimana puncak kejadian tersebut, "Kosong...." kata Ren yang melihat atap. "Benar, kosong, mungkin misteri di atap juga tak ada." kataku, "Bagaimana jika kita cek dulu?" ajak Hinata, aku menyenderekan tubuhku pada tembok dan berkata, "Malas." "Aku sudah capek, kalian saja yang cari." kataku, "Hei, yang diincarkan kamu." sahut Ren, "Nggak peduli, jika dia memang mengincarku maka dia sudah muncul di sini." saat itu juga Ren melihat ke atas atap dimana aku bersandar, "Rikimaru!!!! Atasmu!!!!" teriaknya, aku menoleh ke atas dan melihat seseorang menyerangku dengan sangat cepat dengan senjata Qatarnya. Aku sempat menghindar sehingga sasaran orang tersebut luput dan menghantam tanah. Aku segera melompat ke tempat Ren dkk berada, situasi berasap debu yang tebal akibat serangan orang tersebut membuat kami sulit melihat. Saat kabut mulai menipis terlihat terdapat seseorang yang ciri-cirinya sesuai dengan cerita, saat itu aku melihat wajahnya, itu adalah topeng setan yang ketemukan di dalam kelas.

"jadi cerita tentang setan itu benar?" tanya Yoshida, "Itu bukan setan, lihat wajahnya! Itu adalah topeng yang kugunakan sewaktu di kelas." kataku. "Lalu, mengapa kau diincar?" tanya Ayame, "Entahlah, mungkin kita bisa bertanya padanya." jawabku, aku berjalan mendekatinya, "Rikimaru-sama!" kata Yue yang khawatir, aku memberikannya isyarat untuk diam dengan tanganku dan Yue pun menurutinya meski masih khawatir. "Kau! Apa maumu? Mengapa kau mengincarku? Bahkan sampai memakan korban murid-murid yang lain, kenapa?" tanyaku pada orang tersebut tetapi dia tetap diam, "Hei, kenapa kau tak menjawab?" kataku penasaran sambil mendekatinya lagi. Saat aku berada dekat dengannya, dia langsung mengayunkan senjatanya ke arah leherku, "RIKIMARU-SAMA!!!!!!" Jerit Yue, "Hei, paling tidak jawab pertanyaanku dulu." kataku yang berhasil menghindar ke bawah. Aku menarik pedangku dan menebasnya tetapi saat itu dia menghilang. Aku terkejut karena itu dan melihat ke atas, orang tersebut meloncat ke atas dengan cepat dan menyerangku lagi dengan cara menusukan kedua senjatanya dari atas ke bawah. "Ugh..!!" kataku sambil menghindar dengan maju ke depan, aku berbalik ke belakang dan ternyata dia sudah berada sangat dekat denganku, dia menyerangku dengan cepat sampai aku kewalahan menahan serangannya. "Tidak salah lagi, aku mengenali pola serangan ini, serangan yang menitik-beratkan kepada kecepatan dan ketajaman, lalu tusukan vertikal dengan kedua senjatanya, ini mirip..." kataku dalam hati. "Ahh... sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang panjang..." kata Ren dengan satainya, "Kalau begitu mangapa kau tidak menolongnya?" Bentak Ayame, Ren menggeleng, "Aku tak bisa masuk. Ruangan mereka bertarung sekarang dilapisi kekkai yang rumit. Tetapi yang menarik pehatianku adalah pola serangan yang digunakan oleh orang itu, Yue" kata Ren. "Itu,,,,, adalah salah satu teknik milik keluarga Shiruya kan? Mantis Scythe (Sabit Mantis). Serangan dengan dua senjata yang menitik-beratkan pada kecepatan dan ketajaman serangan. Tetapi,,, mengapa bisa???" kata Yue dengan heran. "Sudah kuduga! Ini memang teknik Mantis Scythe, tetapi mengapa dia bisa memakainya. Kemampuannya ini bukan rendahan, dia kuat." kataku sambil terus mengangkis serangannya. SEETTH........ leherku teriris tipis oleh senjatanya, aku langsung melompat mundur dan memegang luka tersebut. "Ini gawat, aku bisa mati jika begini." kataku dalam hati, orang tersebut berjalan mendekatiku secara perlahan, "Menyedihkan....." katanya sambil menusukkan senjatanya itu kearahku. Aku menghindari serangan tersebut dengan sempurna, aku merasa terkejut karena sepertinya aku pernah mendengar suara tersebut tetapi, siapa? "Hei Rikimaru!!!! Apa-apaan kau? cepat kalahkan dia!!!!" kata Ayame dengan egois, aku melihat ke arah Ayame berada dan tertawa kecil, "Benar juga, bukan waktunya memikirkan itu." kataku, aku menggenggam pedangku dengan kedua tangan dan memasang osisi bertahan dengan ujung pedang menghadap ke bawah. "Teknik itu,,,," kata Yue, Ren tersenyum, "Akhirnya dia sadar juga, yang paling cocok untuk melawan teknik Mantis Scythe adalah itu,,,," kata Ren, "Itu..??" tanya Ayame. "Teknik ninja keluarga Shiruya, Dragon Tail's." kataku sambil bersiap-siap. Orang tersebut terus menyerangku dengan cepat dan aku menahan serangan itu dengan tidak melepaskan genggaman kedua tanganku dari pedangku. "Mengapa Rikimaru tak menyerang?" tanya Yoshida, "Dia menunggu, teknik tersebut adalah teknik dimana kamu akan melancarkan serangan saat musuh mengistirahatkan sejenak serangannya dan,,," kata Ren bertele-tele. Saat itu orang tersebut menarik tanggannya yang merupakan tanda bahwa ia sedang mengistirahatkan serangannya sejenak, saat itu juga aku langsung memutar tubuhku dari kiri ke kanan dengan menebaskan pedangku sekuat tenaga. Orang tersebut menangkis seranganku dari arah kanan, aku memanfaatkan tenaga dorong tersebut untuk menyerang lagi dari kiri dan terus menyerang. "Dragon Tail's adalah serangan dengan memanfaatkan tenaga dorong dari lawan saat serangan kita ditangkis sebagai serangan berikutnya dari sisi yang lain. Tenaga yang digunakan itu tenaga penuh sehingga lama-kelamaan senjata musuh akan hancur karena tidak dapat menahan serangan kita lagi." Kata Yue. PRAK!!!! bunyi kedua senjata musuh yang patah karena seranganku, Ren Tersenyum, "Dan saat senjata musuh patah maka akan menimbulkan percikan api yang berguna sebagai serangan penghabisan." katanya sambil tersenyum. Aku merendahkan kepalaku setinggi dimana percikan api tersebut berada, "Teknik ninja keluarga Shiruya, Raungan Naga Api!" kataku sambil mengeluarkan jurus elemen api, yaitu bola api raksasa yang muncul dari percikan api yang tadi. "Hahahaha,,,, serangan yang bagus Rikimaru." kata orang tersebut sambil tertawa. Karena api tersebut topeng karet yang dia pakai meleleh, dia melepasnya sehingga seluruh wajahnya kelihatan dengan jelas. Rambut merah kecoklatan seperti rambutku, lalu mata coklat yang sama denganku, aku menghela nafas, "Lain kali jangan pakai cara seperti ini Akira Kaguya atau lebih baik kupanggil, KAKAK!" kataku padanya yang sedang tersenyum.






_____________________________________________________________________
by : Yahya De Courtville

Tidak ada komentar: