Halaman

TRANSLATE

Rabu, 16 Desember 2009

Death Island chp 1

1. Tugas Selama Liburan

“Beratus tahun yang lalu di sebuah pulau terpencil di tengah laut, hiduplah seorang gadis kecil bersama dengan neneknya yang sudah tua renta dan sering sakit-sakitan. Gadis kecil itu sangat sedih melihat kondisi neneknya yang sangat memprihatinkan. Suatu hari, gadis kecil itu di panggil oleh neneknya. Nenek itu berpesan kepada cucunya, setelah ia wafat, ia ingin agar gadis kecil itu membuka sebuah kotak rahasia yang di sembunyikannya di bawah pohon keramat tempat alamarhum kakeknya di kubur. Setelah menyampaikan pesan itu, tiba- tiba nenek gadis kecil itu langsung meregang nyawa. Gadis kecil itu sangat sedih. Setelah menguburkan jasad neneknya di pekarangan rumah, gadis kecil itu mencoba untuk menjalankan pesan neneknya. Digalinya tanah di dekat kuburan almarhum kakeknya, dan seketika ia melihat sebuah kotak menyembul dari bawah tanah yang di galinya. Dengan susah payah gadis kecil itu berusaha mengeluarkan kotak itu dari dalam tanah. Setelah berhasil mengeluarkan kotak itu, gadis kecil itu tanpa membuang-buang waktu langsung membuka kotak itu. Dan tahukah kau apa yang terjadi? Dari dalam kotak itu muncul seberkas cahaya yang memancar hingga ke langit di susul oleh ratusan, bahkan ribuan mahluk halus. Gadis kecil itu diam tak berkutik dari tempatnya berada, ia hanya tersenyum kecil saat beberapa mahluk halus mendekatinya bahkan sampai merabanya. Sejak saat itu, pulau tempat gadis kecil itu tinggal di sebut dengan nama Pulau Kematian.”
Vicky mengakhiri ceritanya di sambut dengan tepuk tangan oleh teman-teman sekelasnya. Mr. Hatrick, guru pelajaran Bahasa Inggris, memegang-megang janggutnya sambil berkata,” Yak, cerita sudah bagus dan cara membacanya juga sudah bagus, kau boleh kembali ke bangkumu.” Sekali lagi teman-teman sekelas nya memberi selamat dengan tepuk tangan yang lebih meriah.
KRIING……..!!!! Tidak terasa jam pelajaran Bahasa Inggris sudah berakhir, dan anak- anak kelas 10-2 berhamburan keluar dari kelas untuk menikmati jam istirahat mereka yang tidak banyak.

Dikafeteria Kotogakkoen Senior High School.
“Eh, bentar lagikan anak- anak kelas 12 mau pada UAS, jadi kita pasti bakal liburan panjang,” Kata Angelyna,” Nah, selama itu kamu mau ngapain aja?”
“Kalo aku sih, pengennya shopping aja deh, mumpung sekarang lagi banyak money,” Jawab Iverla.
“Aku mau nambah wilayah kekuasaanku tentunya!!” Katheleen menjawab dengan gaya khas premannya.
“Kalo aku, mau nge-date sama cowokku ajalah! Lagian kalau pas sekolah jarang banget tau gak, aku mojok bareng cowokku,” Kali ini Angelyna yang jawab.
“Eh, nanti dulu Angelyna, kamu udah baca pengunguman singkat di papan bulletin enggak?” Sela Michihiko.
“Enggak, aku males lagi. Isinya bosenin,” Jawab Angelyna.
“Ngaco’! Heh, asal tau aja ya, kemaren aku baca nih, selama liburan itu, kita tetap di dalam lingkungan sekolah tau, jadi gak boleh pulang sebelum liburan semester yang sebenernya!” Jelas Michihiko panjang lebar.
“APA?!!” Angelyna, Iverla, dan Katheleen terkejut setengah mati.
“Ha… ha… ha… kasian banget deh lo!” Ejek Michihiko.
“Yah… kalo gitu liburan kali ini bakal bosenin dong…,” Gumam Ikoni lirih,” Menyebalkan!”
“Udahlah, yang penting kitakan bisa libur,” Hibur Inotsuka. Selera makan Angelyna jadi menghilang, yang semula ia ingin makan spaghetti sebanyak 4 porsi kini hanya setengah porsi saja ia tidak nafsu.
“Tapi, asalkan kita bisa bikin surat ijin atau pun alasan yang tepat dan jelas, kita di izinkan kok, keluar sekolah, tetapi tetap tidak boleh pulang ke rumah khusus untuk yang menginap di asrama maksudnya,” Sela Nakumano tenang.
Seketika wajah Angelyna, Iverla, dan Katheleen kembali cerah. Bahkan selera makan Angelyna pun ikut kembali menjadi 3 kali lipat.

Selesai makan di kafeteria, Nakumano, Michihiko, dan Ikoni pergi ke perpus untuk meminjam buku Biology karena di suruh Mr. Shagaitai (guru biology mereka) untuk merangkum tentang Ekosistem. Dengan malas dan enggan, mereka bertiga berkeliling perpus mencari buku Biology yang jumlahnya memang lumayan terbatas.
“Udah deh, kayaknya udah abis di pinjemin semua!” Keluh Michihiko malas.
“Jangan nyerah, siapa tau ada yang nyelip,” Sela Nakumano sambil terus mencari.
“Terserah kamu aja deh, aku dah bosen, bosen, bosen, bosen, bosen, super bosen bang….,” Michihiko berhenti bicara pandangannya tertuju pada seorang anak laki- laki yang memakai jaket berwarna hitam merah dengan tulisan ‘Fire Leopard Team’ di punggungnya, dan sepertinya ia sedang mencari buku juga. Cepat- cepat Michihiko menarik lengan baju Nakumano dan Ikoni.
“Apaan sih, rese banget!” Kata Nakumano dan Ikoni hampir bersamaan.
“Itu, ada, ada si… Yuxellius,” Gumamnya kesenengan.
“Alah, tetek bengek ngurusin itu!” Sela Ikoni kembali mencari buku Biology, hal yang sama pun di lakukan oleh Nakumano. “Cuman kayak gituan aja.”
“Michihiko, mungkin tuh orang lagi nyari buku juga, cepet kamu ikut-ikutan nyari buku biar sangkanya kamu itu pinter, soalnya kebanyakan murid di Kotogakkoen Senior High School ini yang suka ke perpuskan orang pinter,” Usul Nakumano.
“Ya betul, betul, aku setuju banget! Aku harus semangat nyari buku juga, biar nanti di sangkanya aku ini pinter,” Kata Michihiko, hatinya terasa berbunga- bunga.
“Begoknya, diakalin kamu aja mau dia,” Bisik Ikoni pada Nakumano.
“Maklum lagi falling in love, apa saja mau di lakuin asalkan bisa menarik perhatian si ‘dia,” Balas Nakumano.
“Kamu tau dari mana? Tumbenan kamu tau soal gituan.”
“Dari Katheleen! Udah sekarang kita cari buku lagi!”
“Ya, ya.” Keduanya pun berpencar ke bagian perpustakaan lain untuk mencari buku yang tersisa. Saat Nakumano sedang mencari- cari buku Biology, tiba- tiba perhatiannya berubah dan tertuju kepada sebuah buku tua yang terletak di sudut rak buku. Nakumano mengambil buku tua itu, lalu di amatinya dengan seksama.
“Buku yang aneh, kayaknya aku enggak pernah ngeliat deh. Sampulnya udah kusam begini, dalamnya juga....,” Nakumano membuka buku tua itu,”....udah lapuk dan sobek- sobek.”
KRIING…… Tiba- tiba bel masuk berbunyi, Nakumano buru- buru mengeluarkan kartu perpustakaannya dan menulis nama judul buku itu (berhubung Nakumano tidak tahu apa judulnya, jadi di tulis sembarang saja). Setelah itu ia cepat- cepat menyusul Ikoni dan Michihiko yang keluar dengan tangan kosong di luar perpustakaan.

Tadinya anak- anak kelas 10-2 akan mengadakan praktek kimia, tetapi rupanya Mr. Shagaitai, guru Chemistry sekaligus wali kelas mereka, tidak hadir. Ditambah lagi, Mr. Shagaitai tidak meninggalkan tugas, jadinya jam pelajaran kedua mereka hari ini kosong. Seperti kelas lainnya, jika jam pelajaran kosong, kelas 10-2 pasti ribut, Akumitsu ketua kelas 10-2, bukannya melarang, justru ikut- ikutan ribut. Dan biasanya juga, si Miss Beak Duck Mouth Girl, memanfaatkan situasi ini untuk mendekati seseorang, lalu berusaha mengadu dombanya dengan temannya yang lain. Dan kalau tidak itu, biasanya di carper!
Ubeako, itulah nama dari Miss Beak Duck Mouth Girl. Yap, seperti julukannya, mulutnya manyun maju ke depan plus doer, lalu anaknya juga suka ngibul, adu domba orang, dll.
Lalu, ada juga nih, cowoknya Angelyna, Puterbon, sering nekat masuk ke kelas 10-2 untuk nganjangin Angelyna, yah kalau gak ada jam pelajaran aja. Saat sedang asyik- asyiknya ribut, tiba- tiba Mr. Sackfle, kepsek Kotogakkoen Senior High School, masuk ke kelas mereka. Serempak seisi kelas terkejut, tanpa di komando pun mereka kembali duduk dengan tenang dan teratur di tempat masing- masing. Sedangkan Puterbon, ia cepat- cepat keluar dari kelas 10-2.
“Maaf, Sir,” Katanya malu- malu sambil keluar dari ruangan kelas 10-2. Mr. Sackfle hanya bisa geleng- geleng kepala.
“Kalian ini sangat tidak sopan. Seharusnya kalian tahu kalau kalian ini adalah siswa kelas 10-2, siswa yang menduduki kelas terpilih. Kalau seandainya hal ini di ketahui oleh orang tua kalian, mau taruh di mana muka saya nantinya!?” Kata Mr. Sackfle panjang lebar. Seluruh anak diam tidak berani menjawab, kecuali…“Bagaimana jika di bokongmu saja…,” Bisik Asilly sang biang onar di kelas, kepada Ritch,” Bokongnya pasti tertutup celanakan?” Ritch hanya terkekeh- kekeh sambil mengangguk- angguk saja. Dan karena sambil bisik- bisik, jadinya Mr. Sackfle tidak mendengar, coba kalau kedengeran pasti Asilly bakal di ceramahin 24 jam non-stop.
“Ya sudah, pokoknya saya tidak ingin kalian melakukan kesalahan yang sama,” Lanjut Mr. Sackfle,” Baiklah, saya kemari karena saya ingin menyampaikan sebuah pengunguman penting kepada kalian semua.” Semua anak langsung terlihat pucat, karena mereka semua tahu pidato maupun pengunguman macam apa pun, pasti akan sangat lama dan panjang, bila Mr. Sackfle yang memberikannya.
“Seperti yang sudah kalian ketahui, sebentar lagi anak- anak kelas 3 akan mengadaka UAS, jadi kalian akan di liburkan selama UAS itu masih berlangsung. Dan karena khusus kalian yang menginap di asrama, pihak sekolah belum mengijinkan kalian pulang, karena sehubung dengan perjanjian yang di lakukan oleh orang tua kalian dengan para pihak sekolah, bahwa siswa- siswi yang menginap di asrama, tidak diperbolehkan pulang kecuali liburan semester. Jadi, saya dan para guru yang lainnya, setuju untuk mengadakan penelitian langsung di luar. Penelitian itu akan di laksanakan pada hari Sabtu, lalu setiap siswa- siswi di wajibkan untuk ikut. Biayanya sudah di tanggung oleh pihak sekolah. Lalu setiap penelitian akan di bagi beberapa kelompok. Kelas yang lainnya sudah menemukan dan membentuk kelompok masing- masing, dan setelah di total, masih tersisa 8 anak yang belum memiliki kelompok. Kemudian, kemarin saya sudah menunjuk beberapa anak dari kelas ini untuk bergabung dengan kelompok dari kelas lainnya. Jadi, masih tersisa 30 anak di kelas ini yang belum memiliki kelompok. Jadi, beberapa anak yang tersisa di kelas ini, harus segera membentuk kelompok, lalu 8 anak yang tersisa dari kelas lainnya, harus di gabung dengan kelompok kelas ini apakah kalian sudah jelas?” Tanya Mr. Sackfle.
“Sudah…,” Jawab anak- anak kelas 10-2 lemas. (Sejujurnya belum).
“Baguslah, nanti bagi kalian yang merasa belum memiliki kelompok, kumpul di ruangan saya,” Sambung Mr. Sackfle sambil berjalan keluar kelas. Sepeninggal dari Mr. Sackfle, kelas 10-2 kembali ribut.

Sepulang sekolah, anak- anak kelas 10-2 yang belum memiliki kelompok, pergi menemui Mr. Sacklfe di ruangannya.
“Nah, sekarang, 8 anak yang berbeda kelas dengan kalian ini, mulai sekarang akan masuk ke kelompok kalian,” Kata Mr. Sackfle sambil menunjuk ke-8 anak yang di maksudanya itu. Ke-8 anak itu adalah, Imiko dan Tiesle dari kelas 10-1, Yosumuke dari kelas 10-3, Achouni dan Yuxellius dari kelas 10-4, Harrifa dan Yirobig dari kelas 10-5, dan yang terakhir adalah Asselut dari kelas 10-6.
“APA?!!” Michihiko berteriak setengah mati ketika melihat cowok yang paling di bencinya (tetapi cowok itu menyukai Michihiko), akan ikut masuk ke dalam kelompoknya. Para pemirsa sekalian, tentu saja cowok itu adalah…. Yosumuke!! Cowok berambut klimis, berkulit hitam, dan rupanya –yang cukup– buruk rupa dari kelas 10-3.
“Hai... Michihiko...,” Sapa Yosumuke hangat.
“UWEEKK!!” Michihiko langsung muntah seember. Hampir semua teman- teman yang ada di dekatnya mentertawakannya. Termasuk cowok yang di sukai oleh Michihiko, Yuxellius juga ikut mentertawakannya.
“Kenapa jadi begini?” Tanya Michihiko pada dirinya sendiri dengan penuh kekecewaan yang sangat besar,” Padahal aku sudah senang karena ada Yuxellius, tapi kenapa mesti ada hama seperti Yosumuke yang mengganggunya.”
“Selamat ya, Michihiko,” Ledek Inotsuka sambil tertawa.
“Woi, bakalan ada yang wedding dalam perjalanan neeh!!!” Tambah Aterlinas.
“Bulan madu! Bulan madu!”
“Rencana anak berapa?”
“Cocok banget!!” Anderla mengacungkan jempolnya pada Yosumuke dan Michihiko.
“Dasar setan klimis.....,”Umpat Michihiko geram,”... kalo gak ada Mr. Sackfle pasti sudah kupenggal kepala mu itu.....!” Michihiko semakin kesal ketika mengetahui bahwa Yosumuke selalu memperhatikan gerak-geriknya anywhere and anytime, tetapi Yuxellius, selalu cuek kepadanya, bahkan bisa di katakan, Yuxellius sangat jarang memperhatikannya.
“Oh ya, Mr. Sackfle, kira- kira, kita akan mengadakan penelitian di mana?” Tanya Imiko.
“Hmm… karena kelompok kalian yang terakhir terbentuk, jadi hanya tinggal satu pula tempat penelitiannya, tetapi, kalian mau tidak pada tempat yang terakhir ini?” Tawar Mr. Sackfle, mimik wajahnya seketika berubah menjadi serius.
“Ya udah deh, gak apa- apa, dari pada gak dapet nilai karena gak mengadakan penelitian,” Jawab Tyson setuju- tuju saja. Yang lainnya mengangguk setuju.
“Baiklah, penelitian yang tersisa hanyalah, ‘Meneliti Pulau Kematian’, bagaimana, kalian mau?” Kata Mr. Sackfle. Anak- anak itu berdiskusi sebentar, dan setelah itu mereka menjawab,” Baik, kami terima, besok Sabtu pagi, kami akan siap di pintu gerbang sekolah!” Mr. Sackfle memandang mereka tidak yakin, sekitar 10 tahun yang lalu, pernah di adakan kegiatan yang sama, tetapi bukan karena mengadakan penelitian, melinkan mencoba memecahkan misteri rombongan tur yang menghilang tanpa sebab yang jelas. Tetapi kegiatan itu berakhir tidak lama, mereka semua yang mengadakan penelitian itu, menghilang misterius, dan tidak pernah kembali sampai saat ini. Dan sejak saat itu pula, tidak ada yang pernah lagi berani menginjakkan kakinya di pulau misterius itu. Apalagi ada kabar bahwa sebuah kapal pesiar menghilang di sekitar pulau itu.
Mr. Sackfle menghela napas untuk menenangkan dirinya,” Saya harap kalian mempersiapkan segala yang di butuhkan selengkap mungkin. Jangan membawa benda yang tidak berguna. Besok pagi, bis sekolah akan mengantar kalian ke pelabuhan. Ingat, kalian saya beri waktu seminggu untuk melakukan penelitian, setelah itu, kalian kembali lagi ke sekolah.”
“Baiklah Mr. Sackfle, kami mengerti,” Kata Anderla mewakili yang lain sambil bergaya sok pemimpin.
“Sekarang, kalian boleh kembali ke asrama masing- masing, jika ingin berjalan- jalan di sekitar sekolah dulu atau pun di sekitar kota Bullworth boleh. Tetapi kalian tetap tidak boleh langgar jam malam,” Ingat Mr. Sackfle sembari menunjuk jam di kantornya yang sudah menunjukkan pukul 22.00 p.m. (sebenarnya jam itu sudah mati).
Secepatnya, mereka meninggalkan ruangan Mr. Sackfle dan mulai mempersiapkan segala yang di butuhkan. Michihiko, walau pun sangat kesal dan jengkel setengah mati karena satu kelompok dengan Yosumuke, berusaha untuk melihat sisi positifnya dan kembali mengemasi barang- barang yang di butuhkannya.
Ubeako seperti biasa, ia membawa barang bawaan terbanyak. Tetapi, semua barang bawaannya itu tidak berguna, seperti persediaan coklat untuk sebulan(bagi orang normal yang memakannya, kalau Ubeako sih, enggak nyampe seminggu deh), bawa make- up punya ibu- ibu, baju setumpuk lebih, makanan ringan segudang, dan sebagainya.
Bertolak belakang dengan Ubeako, kalo orang normal dan bertampang pintar seperti Peleasha, Vicky, dan Aterlinas sih kebanyakan membawa buku pelajaran juga alat- alat penelitian. (Harus di contoh!!!).

Disalah satu kamar di Girls Dorm.
Nakumano menyempatkan dirinya untuk membaca sebentar buku tua yang baru di pinjamnya di perpus tadi setelah selesai berkemas. Baru saja di buka halaman pertama, debu sudah berhamburan ke mana- mana. Kertasnya sudah banyak yang lapuk dan juga banyak tulisannya yang sudah tidak terbaca. Nakumano tidak menghiraukan hal itu, terus di baliknya halaman buku tua itu satu persatu. Tiba- tiba, jarinya berhenti membalik halaman buku tua itu, sambil sedikit mendekatkan wajahnya ke kertas di bacanya sebuah tulisan yang masih agak buram tetapi tetap jelas di baca.
“My Existence In Death Island?” Nakumano melirik ke bawah tulisan itu, terdapat banyak tulisan latin di bawahnya. “Gak ngerti aku!!” Ia membaca tulisan lainnya yang lebih mudah di baca.“Oh, My Existence In Death Island tadi rupanya judul,” Katanya baru paham. Ia membalik halaman selanjutnya, ternyata tulisan latin di halaman itu lebih buram daripada tulisan sebelumnya.
“Untung aku masih seneng baca- baca, kalo enggak palingan ini buku udah tak lempar ke tong sampah saking enggak bisa di bacanya!!” Gumam Nakumano agak jengkel melihat tulisan latinnya yang bukan hanya buram ternyata melainkan kecil- kecil. Ia pun mulai membaca.
“Kehidupanku di mulai saat Ibuku melahirkanku di sebuah pulau yang keberadaannya terpencil. Aku di besarkan di lingkungan yang kurang bersahabat. Ibuku pernah mengatakan ke padaku, bahwa pulau yang kuhuni ini menyimpan banyak harta yang terpendam. Seiring waktu berjalan, pulauku di datangi oleh para pasukan Belanda. Ibuku dan Aku di tawan dan di paksa menjadi budak mereka. Karena tidak ingin mengambil resiko yang berbahaya, Ibuku setuju walau pun aku sebenarnya menolak. Selain menjadi budak, Ibuku juga di ajari cara pengobatan oleh para medis dari Belanda itu agar saat perang, mereka memiliki seorang medis di markas mereka. Lalu Ibuku pun mengajarkanku medis . Tetapi semua itu tidak berlangsung lama saat pasukan dari Inggris datang. Kedua Negara itu memperebutkan pulauku, maka peperangan pun terjadi. Ibuku tewas tertembak pasukan Inggris. Dan para pasukan dari Negara Belanda itu, mereka semua tewas. Akhirnya, pasukan dari Inggris itulah yang berhasil menguasai pulauku. Para pasukan Inggris itu memperlakukanku lebih baik dari pada pasukan Belanda….,” Nakumano berhenti membaca saat Michihiko, Zeakicha, Inotsuka, dan Ikoni masuk ke dalam kamarnya. Cepat- cepat Nakumano menyembunyikan buku tua itu di balik bantalnya.
“Ahh… aku mau tidur!” Kata Michihiko sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.
“Semoga kamu mimpi indah,” Ucap Zeakicha sambil ikut berbaring di kasurnya.
“Iya, mimpi kencan sama Yosumuke,” Tambah Ikoni sambil ketawa. Yang lainnya pun ikut tertawa kecuali Michihiko tentunya.
“Huu… enak aja, aku ini pasti bakal mimpi kencan sama Yuxellius! Bukannya sama si jelek bermuka ancur itu!” Sela Michihiko sebal.
“Berarti Yuxellius yang mimpi buruk!!” Sela Inotsuka. Mereka semua pun makin ngakak saja. Tentunya Michihiko tidak. “Alah, terserah kalian aja deh!” Michihiko menarik selimutnya sampai selehar lalu memejamkan matanya. Di dalamnya benaknya ia berusaha membayangkan sedang kencan dengan Yuxellius.

Setelah semuanya terlelap, Nakumano diam- diam bangun dan kembali melanjutkan membaca buku tua itu.
“…. Setelah sekian tahun hidup bersama pasukan Inggris, aku mulai terbiasa dengan gaya hidup mereka dan cara mereka berbicara. Beberapa tahun kemudian, aku menikah dengan salah seorang dari pasukan Inggris itu. Awalnya aku berpikir ini akan menjadi kehidupan baruku yang lebih ceria, tetapi ternyata pikiranku itu salah! Tidak lama setelah aku menikah, pasukan Belanda yang dulu tinggal di pulauku ini, kembali datang untuk membalas dendam atas kekalahan kemarin. Karena kami kekurangan persiapan dan pasukan, kami dengan mudahnya di kalahkan oleh mereka. Aku sekali lagi di biarkan hidup oleh mereka, walau pun suamiku telah tewas karena mereka bunuh. Suatu hari, aku tersadar bahwa aku mengandung seorang anak, dan para pasukan Belanda itu tidak boleh mengetahui soal kandungan ini, karena kalau mereka tahu, anak ini pasti akan mereka bunuh. Kenapa? Karena anak di dalam kendungan ini pasti memiliki darah dari Ayahnya, yang jelas ia adalah salah seorang dari pasukan Inggris yang menjadi musuh dari pasukan Belanda saat ini. Sudah 4 bulan lebih berlalu, aku semakin takut karena kandungan ini semakin membesar! Aku takut kalau sampai ketahuan oleh mereka. Maka aku pun akhirnya melarikan diri dari pasukan Belanda itu. Walaupun pasukan Belanda itu kini menguasai pulauku, tetapi mereka tidak tahu, bahwa ada sebuah tempat rahasia di pulauku ini. Dan hanya aku dan Ibuku yang mengetahuinya. Berbulan- bulan kemudian, sudah waktunya aku melahirkan kandunganku, dan ternyata lahirlah seorang bayi laki- laki. Walau masih berlumur darah, tetapi aku sudah dapat mengenali wajah dari siapa bayi itu, dan ternyata dugaanku benar, anakku memiliki darah Ayahnya, terlebih lagi, wajah mereka sangat mirip. 19 tahun sudah berlalu, para pasukan Belanda itu berhasil menemukan tempat rahasiaku. Dan pada saat anakku akan di hukum mati, tiba- tiba tanah di pulauku berguncang, dan tib…,” Sekali lagi Nakumano berhenti membaca karena Michihiko membangunkannya.
“Ergh… ada apaan sih?” Tanya Nakumano kepada Michihiko, jengkel.
“Eh, Nakumano, temenin aku ke kamar mandi sih… aku mau BAB,” Minta Michihiko seraya bangkit dari tempat tidurnya.
“No thanks, kamu sendirikan bisa sih, kok minta temenin segala?” Tolak Nakumano tegas. Michihiko sambil cengar- cengir menjawab,” He.. aku takut.”
“Pantesan aja Yuxellius gak suka sama kamu!” Balas Nakumano sambil menarik selimut sampai sebatas kepala lalu ia menyimpan buku tua itu di balik selimutnya dan kembali tidur.
“Uh… kalo nahan sampai besok pagi keburu jadi batu nih taiknya!” Gumam Michihiko panik.

Esok paginya, semua anak yang akan meneliti ke Pulau Kematian, sudah menunggu bis sekolah yang akan mengantarkan mereka ke pelabuhan, di depan gerbang sekolah, Mr. Sackfle, dan Mr. Shagaitai bersama dengan mereka menunggu bis sekolah.
“Hmm… anak- anak, sebelum kalian berangkat, Saya ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting kepada kalian,” Kata Mr. Sackfle tiba- tiba. Semua anak termasuk Mr. Shagaitai seketika langsung memperhatikannya. Walau pun beberapa anak berpikir bahwa Mr. Sackfle pasti akan memulai lagi pidatonya yang panjang dan membuat orang sakit kepala.
“Hah… Saya dengar, di pulau itu terdapat banyak binatang buas, jadi saya harap, kalian tetap berwaspada dan harus saling tolong menolong satu sama lain. Lalu, selain dari hasil penelitian, kegiatan ini juga akan di nilai dari cara kerja sama timnya. Jika tidak memiliki kerja sama yang baik, nilai kalian semua masing- masing akan di kurangi 20%, paham?”
“Ya, kami paham!” Jawab anak- anak serempak. Tidak lama setelah itu, bis sekolah yang sudah di tunggu- tunggu pun datang. Ada 2 bis sekolah yang akan mengantar mereka ke pelabuhan. Saat anak- anak masuk ke dalam bis, Mr. Sackfle berteriak ke pada mereka,” Kalian semua, hati- hati ya! Ingat, saling tolong- menolong, dan jika ada apa- apa, kalian harus segera lapor kepada pihak sekolah agar dikirim bantuan!!”
Setelah itu, kedua bis sekolah mulai berangkat ke pelabuhan, Mr. Sackfle dan Mr. Shagaitai memandang kepergian mereka dengan cemas. Aku harap, kalian akan baik- baik saja…

Sesampai di pelabuhan, mereka turun dari bis sekolah dan langung memesan tiket. Bis sekolah pun segera kembali ke sekolah. Setelah mendapatkan tiket ke Pulau Kematian, mereka segera menaiki kapal mereka. Tetapi alangkah terkejutnya mereka saat mengetahui bahwa hanya mereka yang pergi ke pulau itu.
“Wauw, ternyata hanya kita dan nahkoda kapal saja yang pergi ke pulau itu!” Kata Tyson kagum.
“Memangnya, pulau yang akan kita datengin ini nyeremin banget apa? Masa hanya 38 anak saja sih, yang berangkat ke sana? Penumpang lainnya mana?” Tanya Alex kepada dirinya sendiri.
“Ya udahlah, gak masalah kok, yang penting sampai dan kembali dengan selamet, benarkan?” Ritch berusaha menengahi. Setelah itu, mereka semua bersantai sambil menunggu sampainya kapal di pulau Kematian. Selain bersantai, ada juga yang makan camilan, nonton TV, main Hp, ngerekam pemandangan laut, foto- foto bareng, tidur, dll.
Saat itu Eivva sedang asyik telpon- telponan sama temennya, tetapi tiba- tiba sinyal terputus.
“Ih… kok putus segala sih! Nyebelin banget nih sinyal!” Gerutunya sebal.
“Oh ya, kalo udah deket sama pulau, biasanya sinyal memang sering putus sih, soalnya di sanakan gak ada listrik, semua serba alami,” Jelas Peleasha.
“Hah, padahal aku udah bawa radio mini buat dengerin siaran kesukaanku, kenapa kamu malah baru ngomong sekarang, berat- beratin tas tau gak?!” Sesal Denada sambil garuk- garuk kepalanya.
“Kalo gak ada listrik… berarti main internet gak bisa dong?!” Tanya Anderla kepada teman- temannya, dengan lemas.
“Ya enggaklah, udah gak ada listrik, apalagi jaringan internet,” Jawab Aterlinas sambil mentertawakan Anderla.
“Huh, nyesel banget aku bawa laptop, kalo tau gak bakal kepake!” Kata Anderlas sambil mendengus kesal.
“Kayaknya bakal ada kejadian aneh yang bakal nimpa kita deh,” Gumam Ezhira- Shui.
“Maksudnya?”
“Yah... itu masih sekedar perasaanku saja.”
“Begitukah? Sebenarnya sih, aku juga merasa begitu,” Ucap Ubeako bohong banget! Ezhira- Shui hanya diam. Ia tahu kalau yang dikatakan Ubeako bohong.

Michihiko sedang asyik menikmati pemandangan laut yang indah, tetapi keindahan yang di rasakan oleh Michihiko itu sesaat menghilang karena hadir seorang cowok yang paling di bencinya. Yap, benar sekali, siapa lagi kalau bukan…. Yosumuke!
“Hai cantik, kamu lagi ngapain, grok..,” Tanyanya kepada Michihiko. Michihiko memandangnya dengan jijik, masa nanya sama cewek sambil nyedot ingus sih? Jorok amat! Batinnya. Michihiko buru- buru lari meninggalkannya.
“Sayang, eh, mau.. grok! Pergi ke mana?.. grok! Tungguin Abang dong!” Panggil Yosumuke sambil lari mengejar Michihiko. Michihiko yang sadar bahwa ia di kejar oleh Yosumuke, mempercepat larinya. Karena tidak hati- hati, ia menabrak seseorang.
BRUK! “Aduh!” Rintih Michihiko kesakitan,” Sakit tau, punya mata gak sih?”
“Maaf ya, Michihiko,” Kata orang itu sambil menjulurkan tangannya. Michihiko mendongak ke atas dan melihat siapa yang di tabraknya, dan seketika, jantungnya berhenti berdetak. (berarti mati dong).
“Yuxellius…,” Gumamnya pelan. Ia merasa wajahnya sekarang berubah menjadi semerah tomat, “Eh, gak apa- apa kok, anu…terus, aku yang salah kok,” Jawab Michihiko malu- malu bekicot sambil membalas uluran tangan Yuxellius. Ini adalah moment terbahagia selama hidupku…
Dan sekali lagi, Yosumuke mengganggu moment terindah milik Michihiko. “Sayang… akhirnya kamu kutemukan juga!” Teriaknya girang sambil mengambil ancang- ancang untuk menyergap Michihiko dalam pelukannya.
“TIDAK!!!” Teriak Michihiko super kencang sambil menunduk ketakutan.
“Yosumuke, sudah hentikan! Jangan ganggu Michihiko lagi!” Bela Yuxellius sambil menghadang Yosumuke. Yosumuke berhenti mengambil ancang- ancang.
“Kalau kamu mengganggu Michihiko, nanti mana mau dia sama kamu, dasar aneh!” Jelas Yuxellius. Yosumuke mengangguk- angguk paham. “Bener juga ya.”
“Ya udah deh, tapi… grok, lain kali aja… grok, kita kete-… grok, ..- muannya, okey, grok!” Katanya sambil meninggalkan Yuxellius dan Michihiko berduaan. Michihiko merasa senang karena cowok impiannya, membelanya di depan cowok yang paling di bencinya. Saking senangnya, Michihiko sampai tak sadarkan diri, GUBRAK!

Tidak lama setelah itu, kapal mereka akhirnya sampai juga di pulau Kematian. Saking semangatnya, kapal belum menepi beberapa anak sudah loncat duluan dari kapal tanpa menuruni tangga. Sesudah kapal menepi, sisa anak yang tidak ikut melompat ikut turun dari kapal sambil membawa barang mereka masing- masing, dan yang sudah duluan loncat, terpaksa balik lagi ke kapal untuk menurunkan barang mereka. (Begok juga ya?)

“Saya akan kembali ke Bullworth’s Dock. Apakah kalian baik- baik saja di pulau ini tanpa satu pun alat transportasi?” Tanya nahkoda kapal kepada mereka semua.
“Tenang aja, kami gak apa- apa kok. Nanti kalo ada apa- apakan tinggal menghubungi lewat Hp,” Jawab Anderla enteng. Wajah nahkoda kapal itu tetap cemas walau pun anak- anak yang lain sudah menambahi jawaban Anderla dengan anggukan setuju.
“Itu benar, Anda tidak perlu khawatir,” Timpal Tyson.
“Semua akan baik- baik saja,” Imiko juga ikut campur mulut.
“Ya.. saya harap kalian tetap aman dan selamat sampai tugas kalian di pulau ini selesai. Hati- hati, kudengar jika ada yang memasuki sebuah rumah tua yang letaknya di tengah pulau ini, maka tidak akan pernah bisa kembali untuk selamanya, dan tetaplah waspada!” Pesan nahkoda kapal itu kepada mereka semua.“Ya!” Jawab mereka serempak. Setelah itu nahkoda menjalankan kapalnya dan pergi meninggalkan pulau Kematian dengan perasaan khawatir. Semoga Tuhan melindungi mereka…

To be continued..........




















by Naravina Youichi

Tidak ada komentar: