Halaman

TRANSLATE

Kamis, 10 Februari 2011

Puzzle of The Memories : Puzzle 3. Please, to be My Servant!

[Leon]
“Pangeran Leon.. bangun.. Hari sudah malam!” ucap seorang pelayan kerajaan yang
bertugas menjaga perpustakaan dan membangunkan ku.
“Memangnya sekarang jam berapa?!” tanyaku.
“Jam 9, pangeran!” jawabnya.
“Oh… Apakah orang dari kerajaan Stainsless yang di tunggu sudah datang?” tanyaku
lagi.
“Tampaknya belum, pangeran!”
“Oh begitu!” jawabku tenang, “Oh iya, buku ini tolong disimpan, nanti aku
membacanya lagi!” perintahku terhadapnya sambil memberikan buku itu.
Mereka belum datang juga..! Yah, aku tak peduli..! Biarkan saja! Ah, masih hujan
rupanya.. Aku akan tidur di kamar saja!

[Mavros]
“Kurang ajar sekali kau bilang aku bodoh?! Kau itu yang bodoh! Kau kan bisa
berpura-pura jadi pelayan atau pengawalku?! Kau sendiri yang bilang bahwa
seorang bangsawan sangat aneh bepergian sendiri tanpa pelayan atau pengawal!!”
ucapnya degan sekal tarikan nafas, “dan aku tahu kau saannnggaaaattt lapar!”
lanjutnya lagi.
Orang ini, sifat sewaktu pertama kali bertemu berbeda 180 derajat.
“Kenapa aku harus jadi pelayanmu? Kalau soal makanan aku bisa cari sendiri, lalu
dari tadi kau menyinggung lapar terus, apa kau sebenarnya lapar?!” tanyaku
dengan polos, “lagipula, apa keuntungannya aku jadi pelayanmu?”
“Aku kan hanya menawarkannya saja.. kalau kau tak mau juga tidak apa” ujarnya
sambil berlalu pergi.
“Kamu mau pergi terkubur longsor apa? masih hujan deras begini nekad..!!”
“Habis kamu cerewet.. seperti perempuan saja…”
“Yang perempuan kan kamu, lagipula, aku benar ya?”
“Bukannya memang kau sudah tau dari tadi?”
Dia berjalan ke pintu keluar untuk mencari udara. Disini sangat pengap, apa lagi
dangan lelaki aneh sepertiku ini, mungkin begitu pikirnya. Dia duduk di teras
pondok. Dia melihat keadaan Felix, kudanya. Syukur kudanya baik-baik saja.
Aku menatap Squere yan sedang berada di luar. Aku pun duduk di sebuah kursi dan
membuka orgel tua tersebut. Suara orgel tua itu tidak bagus, aku menutup mata
sejenak.

[Leon]
“Ah.. Aku tak dapat tidur!!” keluhku.
Si nenek sihir alias mamah tiriku itu tak henti-hentinya mengomel tentang
kunjungan! Kunjungan terus. Sudahlah jam dinding telah menunjukkan pukul 11
kurang malam. Mereka tidak mungkin datang. Mungkin mereka tidak ingin menjalin
kekerabatan lagi dengan kerajaan Zettel. Yah, itu kesimpulan yang tidak
berdasar.
Cuaca masih buruk, walaupun pagi tadi cuaca sangat cerah. Mereka tidak mungkin
datang, mereka mungkin dapat sampai dengan cepat tanpa terkena cuaca buruk, tapi
itu jika mereka berangkat pagi-pagi sekali. Tapi aneh, jika itu kerajaan
sahabat, mereka pasti datang, tidak mungkin membatalkan kepergian.
“Ah…!! Atau jangan-jangan…..!!!” aku terkejut telah menyadari sesuatu, “Aku
harus menyusuri jalannya…. Mungkin bisa bertemu dijalan…!!” ucapku.

[Mavros]
“Hei, kau itu terlalu kaku, kenapa kau tidak bisa santai sedikit?”
“tidak bisa mamah, aku adalah contoh bagi orang lain, aku tak boleh hidup keluar
dari jadwal”
“Dasar anak yang tidak manis, siapa yang mengasuhmu sih?”
“kan mamah sendiri”
Mama pun duduk dan mengusap kepalaku, “Musik milikmu selalu teratur, konsisten
dan tidak pernah berubah. Suatu saat, kau akan keluar dan melihat berbagai macam
nada milik orang lain, dan akan bagus juga, bila ada seseorang yang dapat
mengubah musikmu secara perlahan!” kata mamah sambil memberikan orgel lagu
tersebut.
“Mavros?” aku membuka mataku lagi karena mendengar Squere memanggilku.

[Squere]
“Hallooo… kau sedang apa??” ucapku sambil menggerak-gerakan tanganku di
wajahnya. Wajahnya terlihat bingung, tatapannya menerawang jauh. Orang ini
memang aneh. “Kau mengantuk?”
Perbuatanku membuat Mavros terdiam.
“Tidak ada apa-apa!” katanya sambil mengutak-atok orgel tersebut, “daripada itu,
kenapa kau menyamar menjadi laki-laki? Bukankah itu menyusahkan?”
“Haha, aku punya alasan sendiri” aku menjawab dengan menyengir, “Orgelmu
terlihat antik”
Dia menutup orgel tersebut. “Begitulah, sayang agak rusak!”
“hoooaaammhh……” aku menguap agak lebar dan sesekali merenggangkan otot-ototku.
Hujan tak kunjung berhenti padahal sekarang sudah jam 11 malam…huft.. bagaimana
ini?
“jadilah pelayanku, Mavros!” tawarku lagi padanya.
“Hah? Kenapa? Dari tadi kau minta begitu, lagipula, apa untungnya bagiku?”
tanyanya dengan heran.
“Hei, bagaimana dengan tawaranku tadi?” aku kembali menanyakan hal yang awalnya
tak serius, tapa entah kenapa aku ingin mengajaknya, atau aku hanya kasihan ya?

[Mavros]
“Tawaran? Ah, tentang jadi pelayan itu?” aku menghela nafas, “Kenapa aku? Lalu
apa untungnya untukku, lagipula aku hanya orang biasa” kataku dengan cuek.
“Kenapa kau tak mau? Bukannya orang-orang biasa justru menginginkan pekerjaan di
kerajaan ya? Ayolah, hidupmu bisa terjamin jika kau tinggal di istana, apalagi
sebagai pelayan pribadiku….!” Sarannya.
Aku berdiam diri sejenak. Bukan seperti itu, tapi aku tak ingin berhubungan
dengan kerajaan lagi. Apa harusnya ku beritahu dia? Tapi, itu hanya akan
menambah masalah.
“Aku tidak cocok dengan kerajaan, aku lebih suka alam. Lagipula, memangnya aku
ada hutang padamu sehingga harus melayanimu?”

[Leon]
“Mau pergi kemana kamu Leon jam segini dengan cuaca begitu?!” mamah mengagetkan
ku.
“Jalan-jalan” ucapku cuek.
“Leon, nanti kau sakit! Dan nanti tidak bisa menyambut orang-orang kerajaan
besok yang akan datang!” gertak mamah.
“Aku ingin menyambutnya lebih cepat, mah” sahutku seraya meninggalkan mamah
begitu saja. Aku memang tidak bisa membierkan orang lain dalam kesusahan itu
sifat asli dariku. Maka dari itu aku merasakan khawatir yang berlebihan.
“Kau sudah menyiapkan kudanya?!” ucapku pada seorang pelayan.
“Sudah pangeran!”jawabnya.
“Kau ikut! Temani aku!” perintahku padanya.




Tidak ada komentar: