Halaman

TRANSLATE

Kamis, 10 Februari 2011

Poli Gamerz chapter 2: Pemilihan Anggota

Di dalam sebuah pesawat yang menuju suatu negara. “Jadi bagaimana
Zero, apa kau sudah memutuskan mengambil anggota dari Negara mana? “ Tanya
Klaus. “Tentu saja, negara yang aku pilih adalah Indonesia, bahkan aku juga
sudah menentukan orang-oarang yang akan berpartisipasi dalam game” jawab Zero.
“Tapi kenapa kau memilih Indonesia” Tanya Klaus lagi. “Itu karena orang
Indonesia kebanyakan sangat patuh pada agamanya sehingga mereka bisa dipercaya
selain itu mereka juga tidak banyak mengeluh dan sabar, jawab Zero. (Pesawat pun
sampai di bandara Indonesia).


“Hei Putra kau dapat surat” teriak ibu kos di tempat kosku yang lalu menyelipkan
suratnya lewat bawah pintu. “Surat apa ini, kenapa warnanya hitam?” kataku
dengan heran dan lalu membukanya. “i-i-ini, selamat kau diterima menjadi pemain
dalam Poli Gamez jam 8 malam ini datanglah ke hotel Horizon kamar 204,
berhasiiil aku diterima dalam Poli Gamez, kalau begitu aku harus segera tidur
agar tidak ngantuk saat malam nanti” kataku yang kemudian langsung tertidur.
Ngook ngook. “Waaah aku sudah segar, sekarang jam berapa ya?” kataku yang lalu
melihat jam. “Gawaaaat!! sudah 19.30 aku harus cepat” kataku sambil memakai
pakaian dengan terburu-buru. Lalu akhirnya aku berhasil sampai walaupun
terlambat 5 menit “Maaf aku terlambat, boleh aku minum ini?” tanyaku setelah
melihat minuman yang disediakan di meja dan langsung meminumnya tanpa menunggu
jawaban karena kehausan. Saat aku sampai sudah ada 2 orang yang datang lebih
dulu, yang satu laki-laki berumur sekitar 20 tahunan berambut merah dengan model
rambut disisir ke belakang, memakai t-shirt hitam ditambah jaket coklat panjang
dengan resleting jaket yang terbuka, dan celana abu-abu panjang. Sedangkan yang
satu lagi berambut silver pendek yang disisir ke kanan berponi, memakai t-shirt
putih ditambah jaket abu-abu panjang dengan resleting jaket yang juga terbuka,
dan celana panjang hitam.Ada dua persamaan mereka yaitu sama-sama memiliki mata
yang tajam dan berwajab tampan. Lalu datang satu orang lagi tetapi bukan dari
pintu masuk melainkan dari pintu sebuah kamar, orang aneh yang memakai topeng
berbentuk oval hitam dengan bagian mulut bermodel mulut hiu dan memakai jubah
yang juga hitam. “Semuanya sudah berkumpul ya? Seperti yang dikatakan dalam
surat kalian adalah orang terpilih yang akan ikut berpartisipasi dalam Poli
Gamez” “sudahlah tidak perlu basa-basi langsung saja pada intinya” kata orang
berambut merah memotong kata-kata orang bertopeng. “Baiklah kalau begitu, kalian
akan mengikuti permainanan bernama Poli Gamez, peraturannya mudah kalian cukup
bertarung, menang, lalu mendapatkan uang, pada pertarungan pertama kalian akan
mendapatkan $10, pertarungan kedua menjadi $50 lalu akan terus berlipat sampai
pertarungan terakhir yaitu pertarungan ke 12 kalian akan mendapat $1.000.000 dan
kalian bertiga akan bertarung sebagai tim mulai sekarang, bagaimana? mau ikut
atau tidak itu terserah kalian, tapi kalau melewatkan kesempatan ini kalian
belum tentu bisa mendapatkan uang sebanyak ini lagi” kata orang bertopeng itu.
“Apa kami tidak boleh mengganti anggota tim?” kata orang berambut merah dengan
dingin . “aku setuju, mungkin memang kau yang memilih kami bertiga, tapi bagi
kami sendiri kami adalah orang asing yang baru bertemu hari ini, tidak mungkin
kami bisa membuat tim kalau tidak mengenal satu sama lain” kata orang berambut
silver dengan dingin. “Tapi kalau begitu bukannya kita bisa saling mengenal
mulai sekarang, karena semua orang juga asing saat pertama bertemu” kataku
dengan wajah ceria.


Lalu orang berambut merah tiba-tiba berdiri “bocah ini benar-benar polos!!,
selain itu aku juga tidak percaya apa orang kurus ini bisa berguna!” katanya
sambil menunjuk orang berambut silver. Orang berambut silver itu tidak terima
dan memegang tangan orang berambut merah “coba kau katakan sekali lagi” katanya
yang marah. “heeh ternyata selain sok keren kau juga cepat panas ya?” ejek
orang berambut merah. “Bagaimana denganmu sendiri, aku tidak tahu sekuat apa kau
tapi penampilanmu terlalu urakan, mana mungkin aku bisa percaya padamu” kata
orang berambut psilver. “Hei, sudah hentikan! padahal kita belum mengenal nama
satu sama lain tapi kalian sudah bertengkar” kataku melerai. “maafkan aku, tapi”
“bukannya tujuan Poli Gamez adalah untuk bertarung melawan orang yang namanya
tidak kita ketahui” kata orang berambut merah dilanjutkan orang berambut putih”.
“Heeh, lalu apa hubungannya?” tanyaku dengan bingung. “Maksudnya mereka tidak
ingin memberitahu nama mereka karena masih belum bisa saling percaya” kata orang
bertopeng “baikah kalau kalian belum bisa memutuskan sekarang akan kuberikan
waktu satu minggu, jika kalian ingin ikut maka datanglah kembali ketempat ini
dalam jangka waktu itu” kata orang bertopeng itu.


“Baiklah kalau begitu, aku akan pergi” “aku juga” kata orang berambut silver
diikuti orang berambut merah. “aaah, tunggu aku juga” teriakku. “tunggu Putra,
kalau kau sangat ingin tahu, nama mereka orang berambut merah itu adalah Satrio
dan yang berambut putih itu Tio” kata orang bertopeng yang mencegahku. “Terima
kasih sudah memberitahunya” kataku sambil membungkuk lalu langsung menegejar Tio
dan Satrio. Setelah bertemu mereka berdua, kami bertiga pergi ke sebuah restoran
dan minum teh di sana. Tapi tidak ada satupun dari kami yang bicara jadi “untuk
sekarang bagaimana kalau kita memperkenalkan diri?” kataku untuk memeperbaiki
suasana, tapi mereka tetap diam. “Ah, benar juga karena aku yang mengatakannya
bagaimana kalau dimulai dari aku dulu, namaku Putra kelas 2 SMA, umurku 17 tahun
dan hobiku membuat model kits dan bermain game” kataku dengan ceria. “Aku tidak
peduli” kata Tio yang bahkan menutup matanya. “17 tahun ya? Sudah kuduga masih
bocah, apa yang kau makan sampai jadi sebesar itu?” Tanya Satrio. “Menjadi sehat
itu satu-satunya bakatku” kataku dengan penuh percaya diri “walupun aku lemah
dalam olahraga” kataku dengan sedikit malu. “Kau tahu kalau Poli Gamez itu
sebenarnya adalah pertarungan jalanan kan?” tanya Tio yang akhirnya melihatku.
“Heh, benarkah? kalau begitu apa kita akan bertarung setiap bermain?” tanyaku
dengan bingung dan sedikit takut, tapi merka berdua diam saja dan tidak
menjawab. “Ayo kita bicara, kita juga harus segera menentukan nama tim dan
menghubungi orang bertopeng itu” kataku yang hampir menyerah. “Aku masih belum
memutuskan apa akan ikut atau tidak dengan anggota tim ini” kata Tio yang
tiba-tiba bicara, “itu benar, karena kalau kita tidak bisa memenangkan hadiah
uangnya maka game ini tidak ada artinya, karena yang dibutuhkan cuma kekuatan”
kata Satrio melanjutkan. “Kau berkata seperti kaulah yang terkuat” kata Tio
dengan sedikit marah “paling tidak aku lebih kuat darimu” kata Satrio kepada Tio
dengan sombong, lalu mereka saling memberi pandangan yang tajam. “Aaah,
lagi-lagi sudah hentikanlah Satrio dan mmm Tio kan?” kataku menghentikan mereka,
“jangan memanggil namaku dengan sok akrab, kita bukanlah teman atau apapun” kata
Tio dengan dingin. “Baiklah” kataku dengan lesu “kalau begitu ayo kita makan
bakso bersama” kataku yang langsung bersemangat lagi sampai berdiri. “Haah, apa
maksudnya itu” kata Satrio dan Tio bersamaan sekaligus kebingugan “karena kata
orang perasaan menjadi jelek saat lapar” kataku menjelaskan. “Aku tidak lapar,
selain itu perasaanku juga tidak jelek” kata Satrio dengan marah “hei pasti ada
yang salah dengannya” tanya Satrio kepada Tio sambil menunjukku dan masih marah
“mungkin saja” kata Tio setuju “aaah, tidak adil kenapa kalian bisa setuju dalam
hal itu” teriakku dengan keras sampai dilihat oleh semua orang si restoran itu
“karena itu memang kenyataan” kata Satrio “padahal aku baru saja ingin
memberitahu warung bakso yang enak di dekat sekolahku” kataku yang marah “aku
tidak ingin tahu” kata Tio tanpa ekspresi “kejam” kataku marah. “Kita
kesampingkan dulu masalah lain, tapi maaf saja aku sama sekali tidak berniat
membuat tim dengan anggota seperti ini” kata Satrio yang berdiri lalu pergi.
“Seharusnya itu kata-kataku, aku ingin mendapatkan uang dengan cara yang pasti,
tidak mungkin aku bisa terus menang dan mendapatkan uang bersama kalian berdua”
kata Tio yang menaruh uang bayaran di meja dan akhirnya mereka berdua pergi
meninggalkanku sendirian. “Apa-apaan itu padahal aku sudah berusaha untuk
berteman” kataku yang marah-marah sendiri “haah, padahal kita masih belum
menentukan nama tim” kataku dengan lesu.

Lalu pada malam di hari yang sama Satrio pergi ke sebuah warung baso dan dia
terkejut karena di sana juga ada Tio yang sudah duduk dan langsung memasang
wajah kecewa melihat Satrio datang. “aaaahhh” teriakku yang saat itu juga datang
ke warung itu “tidak mungkin” kata Satrio dengan lesu sampai terduduk. Lalu
akhirnya kami bertiga makan bersama di warung bakso itu walaupun dengan saling
membelakangi. “Bakso urat disini enak kan?” kataku memulai pembicaraan “ya, aku
tahu karena dulu aku juga pernah bekerja di sini” jawab Satrio “ooh, jadi karena
itu kau kenal dengan pemiliknya” kataku. “Ada sesuatu yang ingin kutanyakan,
orang bertopeng itu bilang hadiah uangnya akan terus bertambah tapi berapa yang
kalian butuhkan?” tanya Satrio tiba-tiba “hmmm sekitar segini” kataku sambil
mengacungkan jari telunjuk “jadi sepertinya anak di bawah umur hanya butuh $10
ya?” kata Satrio “bukan tapi $1juta” kataku, mendengarnya Satrio dan Tio
langsung berbalik kaget “kenapa?” tanyaku bingung “tidak bukan apa-apa, aku juga
sama” kata Tio “ha ha ha jadi begitu, sepertinya kita bisa saling mengerti dalam
satu hal, tapi bila ingin membuat tim dengan anggota ini, maka ada 2 syarat,
pertama jangan mengganggu kehidupan pribadi satu sama lain, satu lagi sampai
kita berhasil mencapai tujuan kita $1juta jangan pernah kalah apapun yang
terjadi” kata Satrio dengan tersenyum.
~To Be Continued~
Akhirnya chapter 2 selesai juga maaf sudah lama menunggu dan juga
kesalahan di chapter 1, aku salah menulis Israel menjadi Irak, karena 2 nama itu
mirip jadi aku sering tertukar, lagipula negara Irak dan Palestina itu
bersaudara dan sama-sama negara Islam jadi tidak mungkin saling berperang. Ah
iya catatan penulis ini seharusnya sudah ada dari chapter 1 tapi karena satu dan
lain hal baru bisa dimunculkan sekarang. Di chapter 1 seharusnya dijelaskan
tentang pengambilan judul Poli Gamerz, judul itu berasal dari 2 kata yaitu Poli
dari kata Politic dan Gamers yang kemudian ditambah sedikit bumbu alay sehingga
jadilah Poli Gamerz. Sekian catatan pengarang untuk chapter ini, tunggulah
chapter berikutnya ya.

Tidak ada komentar: