[Mavros]
“Tawaran? Ah, tentang jadi pelayan itu?” aku menghela nafas, “Kenapa aku? Lalu apa untungnya untukku, lagipula aku hanya orang biasa” kataku dengan cuek.
“Kenapa kau tak mau? Bukannya orang-orang biasa justru menginginkan pekerjaan di kerajaan ya? Ayolah, hidupmu bisa terjamin jika kau tinggal di istana, apalagi sebagai pelayan pribadiku….!” Sarannya.
Aku berdiam diri sejenak. Bukan seperti itu, tapi aku tak ingin berhubungan dengan kerajaan lagi. Apa harusnya ku beritahu dia? Tapi, itu hanya akan menambah masalah.
“Aku tidak cocok dengan kerajaan, aku lebih suka alam. Lagipula, memangnya aku ada hutang padamu sehingga harus melayanimu?”
“Kenapa kau bisa bilang begitu? Apa dulunya kau pernah tinggal di istana? Em.. maksudku mungkin kau, atau orangtuamu, atau saudaramu, atau keluargamu ada yang bersangkutan dengan kerajaan??” tanyanya penasaran. “hmm… bukan hutang sih, tapi …. Umm…. Soalnya kamu orang yang antik.. kamu segampang itu tahu identitasku…. Jujur, aku kadang susah berkomunikasi karena penyamaran, mungkin kalau ada kamu aku jadi tidak sendirian….!”
Pertanyaan itu pun menggangguku. Aku berdiri dan meletakkan jari telunjukku di bibir Squere. “Di dunia ini, ada beberapa hal yang tidak perlu di beritahu lho, tuan putri!” kataku sambil tersenyum kecil, “karena itu, apa kau bisa menunggu sampai hujan selesai dan kau bisa menghadiri acara tanpa gangguan” kataku dengan sopan.
[Squere]
Sial! Apa yang salah denganku? Bicara jujur tidak boleh, ada yang sembunyikan, aku ingin tahu, apa sih maunya? Dan sekarang kenapa mukaku panas? Argh!!
Aku melangkah keluar. Mungkin aku memang sudah tak beres, aku kembali duduk. Kurasakan mataku yang berat. Aku menutup mataku sejenak dan serangkaian mimpi pun menjemputku.
[Leon]
“Pangeran, kenapa anda sangat berminat sekali ingin bertemu dengan orang kerajaan itu? bukankah anda selama ini tidak pernah peduli dengan urusan kerajaan?” tanyanya penasaran.
“Bukan begitu, aku hanya merasa tidak tenang, kau tahu kan ibu ratu mengomel saja tentang kehadiran kerajaan itu! mengganggu ketenangan saja!” ucapku sedikit berdusta padahal aku mengkhawatirkan keselamatan orang-orang yang akan kami jemput itu.
“Benar, jika ratu sudah begitu, pasti pelayan makin repot!” sahutnya.
“Hei, kau tak suka pada ratu? Wah, bisa ku tuntut kamu!” ancamku.
“Wah, pangeran, ampun! Maafkan perkataan saya tadi!” ucapnya menyesali perkataannya.
“Hahaha… aku bercanda! Aku senang ada yang sama dengan ku membenci ratu!” jawabku.
“Pangeran tidak menyukai ratu? Ah, bisa aku tuntut ke pengadilan kerajaan nih..!” balasnya.
“Haha…. Lalu kau akan menggantikanku sebagai pangeran?! Haha…. Ide bagus! Tapi itu tidak mungkin, kau yang akan menggantikan ku di penjara…. Aku lebih kuasa darimu…. Hahaha….”
“Haha…. Pangeran memang orang yang menyenangkan!!”
“Yah, itu kata kuda yang kau tunggangi…. Hahaha….” Candaku lagi.
“Pangeran?!” tiba-tiba dia terhenti.
“Kenapa??” tanyaku.
“Di gubuk itu ada orang!!” jawabnya.
Aku mendatangi gubuk itu. di luar terparkir kuda yang sangat bagus yang pasti hanya dimiliki oleh orang-orang bangsawan. Aku melihat seseorang sedang terlelap di gubuk itu. Siapa dia? Bangsawan? Aku membangunkannya.
“Hei, maaf! Tolong bangun!!” tanyaku.
Aku melirik ke arah pelayanku. Tampak di wajahnya terlihat sedang mengingat sesuatu. Aku tak terlalu memperdulikannya. Aku mencoba membangunkan orang tadi lagi.
“Hei, hei, bangun!!” kataku.
[Squere]
“ng..? Mavros?”
Aku membuka mataku perlahan dan mengucek-nguceknya. Bukan, dia bukan Mavros, “Pangeran Leon??!” aku berteriak keras yang membuat pangeran Leon tersentak kaget.
Mavros yang sepertinya mendengar terikan ku berniat pergi keluar, tapi langkahnya terhenti di pintu masuk. Dia melihat orang lain, dia pun berdiam di balik pintu itu.
“Hei, hei…. Hentikan!” tegur pangeran Leon padaku. Sementara pelayannya tersontak kaget karena melihat wajahku.
“Hei, kau! Kenapa kau mengenal diriku?” Tanya pangeran Leon padaku.
“Pangeran Leon! Dialah orang dari kerajaan itu yang di utus untuk menghadiri kunjungan! Dialah yang kita cari Pangeran! Put ……..” tiba-tiba aku membekam mulut pelayan pangeran Leon. Lalu aku langsung memperkenalkan diri.
Mavros memang berniat berdiam diri di situ. Dan mungkin dia berpikir kalau dia keluar situasinya bisa jadi runyam. Tapi, situasinya sudah heboh seperti ini. Dia masih berdiam diri? Mavros, itu pangeran Leon yang asli!
“Ah, namaku Squere Fernand d’ Bernaith, aku… aku.. umm… aku err, bangsawan yang seharusnya mengunjungimu hari ini….” Kataku tergagap. Aduh…. Mavros….apa yang kamu lakukan di situ? Apa kau sudah pergi dari sana?
Pelayan pangeran Leon menatap wajahku dengan serius. Dia merasa ragu dengan perkataanku.
“Dari kerajaan mana kau?” Tanya pangeran Leon padaku. “Ah ya, mana pelayan yang seharusnya pergi bersamamu? Ku lihat hanya ada 1 kuda di depan?!” lanjutnya lagi.
“A…. aku, aku utusan dari kerajaan Stainsless, kerabat dekat keluarga Bernaith” jawabku sambil menunjukkan tanda pengenalku yang berjenis kelamin laki-laki dan stempel kerajaan. Mereka hanya menatapku diam, “Ah, ng.. soal pelayan…..”
[Mavros]
“Oh! Jadi kau hanya utusan kerajaan! Lalu apa hubuganmu dengan kerajaan Stainsless? Apa status jabatanmu? Kerajaan Stainsless tidak mungkin mengutus orang yang sembarangan, bukan?!!” Tanya pangeran Leon pada Squere.
“Oh ya! Selain itu, jika kau benar orang yang penting di kerajaan Stainsless, tidak mungkin kau pergi sendiri tanpa pengawalan? Mana pelayan yang mendampingimu? Apa kau ingin bermain-main dengan kerajaan Zettel?” sahut pelayan pangeran Leon tiba-tiba dengan muka yang lebih serius.
Aku melihat keadaan yang semakin memanas itu. sepertinya putri itu bakal kesusahan. Squere semakin terdesak. Apa aku tolong saja ya? Tapi kenapa aku harus menolongnya?
“Apa kau tahu rahasia kesuksesan ku?”
“Apa itu?”
“Gampang! Cukup bebaskan orang lain dalam masalah!”
“Eh, apa yang bagus dari itu?”
“Kau yang sekarang mugkin belum mengerti. Dengan begitu, kau akan menerima sesuatu yang berharga. Apa yang kau lakukan tidak penting, kau itu cukup mengikuti arus dari saat-saat sekarang!”
Aku teringat akan hal itu. Pada saat yang sama, aku melihat sang pengawal itu menggenggam pedangnya. “Apa boleh buat….”
Aku segera keluar dengan membawa dagger. Aku menarik Squere ke belakang dan menempelkan pisau itu pada leher pengawal tersebut hingga gerakannya terhenti, “Hai, terima kasih telah menjemput kami, pangeran Leon!” kataku dengan tersenyum.
by : Hoshi Writers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar