Halaman

TRANSLATE

Sabtu, 24 Oktober 2009

Ninja's Demon Hunter(?) In Kuro Gakuen chp 10. Let's start with 4 member

Minata membawaku ke halaman belakang sekolah dimana aku menerima kartu PASS dari Hinata. Semua penghuni asrama ikut pergi juga ke situ, ak masih binggung tentang apa yang terjadi. "Hei,,, tunggu sebentar. Sebenarnya ada apa? Mengapa aku dibawa kesini?" tanyaku dengan nada yang sedikit marah. Minata menatapku, "kau ingin menjadikan kami semua sebagai partner kan? aku tak bisa diam dan menerimanya saja, kau harus mengalahkanku dulu baru aku mau menjadi partnermu." Aku terdiam sebentar, "memangnya siapa yang mau menjadikan kalian semua itu menjadi partnerku? Aku sih cukup dengan Ayame saja." Tiba-tiba Ayame langsung memukulku, "Ah,,, itu cuma bercanda... semakin banyak kekuatan tempur semakin bagus kan?" katanya sambil tersenyum tetapi aku dapat melihat dengan jelas kalau itu adalah senyuman memaksa. Akhirnya aku mengerti, dia tidak ingin menjadi partnerku sendiri saja, apa aku sebegitu dibenci olehnya? yah tak masalah, itu sudah biasa. "Kalau begitu ayo kita mulai" kata Minata dengan tiba-tiba, aku langsung bangkit dan berkata, "tunggu, jangan di sini. Kalau ada keributan bisa-bisa orang akan banyak datang kesini." kataku. "Kalau begitu dimana?" tanya Fuyu padaku, aku berpikir sebentar dan melihat kartu PASS dewan murid. Aku tersenyum kecil, "kita pergi ke ruangan dewan murid."

"Jadi, apa yang mau kau lakukan hari ini Rikimaru-kun?" tanya Hinata yang sedang duduk di kursi. Aku tersenyum kecil dengan rasa takut sedikit dan berkata, "kami ingin meminjam ruangan olahraga khusus dewan murid, boleh?" tanyaku, "Ruang olah-raga untuk apa?" tanya Hinata. Aku menjelaskannya dengan cukup jelas dan Hinata mengerti. Dia membawaku pergi ke bagian dalam asrama khusus dewan murid, di kuro gakuen ada dua tempat. Yang pertama untuk murid biasa, dan yang satu lagi untuk dewan murid. Sesampai di tempat olahraga khusus dewan murid, Hinata bertanya padaku, "jadi, jenis duel apa yang kau inginkan?" Aku berpikir, "mungkin yang paling aman saja ya? hahaha" candaku, "Tenang saja, aku sudah memikirkannya." kata Minata, "oh ya, apa itu?" tanyaku. Minata langsung melempar sebongkah es tajam ke arahku sehingga pipiku teriris, "eh!" kataku sambil terkejut, "Duel" kata Minata dengan mengubah tangannya menjadi es yang tajam.

Minata melempar bongkahan es yang lebih besar lagi. Aku setengah mati menghindar, "hei,,,, tunggu sebentar. Aku belum bilang mulai kan??" teriakku pada Minata. "Kau barusan saja bilang mulai, sudahlah jangan ribut." Kata Minata sambil menyerangku, aku melihat ke arah Ayame dkk tetapi mereka cuma menonton saja. "Dasar, setidaknya bantu kek!" kataku kesal, tiba-tiba sebongkah kecil es berada tepat di depanku aku menarik pedang dan menangkisnya sehingga es itu pecah. Tetapi tak disangka, pecahan es tersebut malah menyerangku, "aku bisa mengendalikan es yang berasal dari tubuhku, meski es tersebut telah terpecah. Kau memecahkan es tersebut, sebaliknya itu akan merugikanmu." kata Minata. "Uhuk!" aku keluar dari kabut akibat serangan Minata tadi, "repot juga ya kalau begitu?" kataku yang keluar dari asap tanpa luka. Minata sepertinya terkejut karena aku tiak terluka sedikit pun, "kau,,,, apa yang kau lakukan?" kata Minata dengan nada yang sedikit terkejut.

Aku tertawa kecil, "kau telah melakukan kesalahan, dan aku akan memberitahumu apa kesalahanmu." kataku dengan memasang kuda-kuda untuk menyerang dengan pedangku. "Aku melakukan kesalahan? Baiklah, mari kita lihat apa aku melakukan kesalahan atau tidak?" kata Minata dengan melemparkan bongkahan es yang lebuh besar lagi. Aku menebaskan pedangku ke arah bongkahan es tersebut sehingga es itu pecah, "haha,, kau melakukan tinadkan yang akan membuat dirimu mati!" kata Minata dengan tertawa. Seperti yang tadi pecahan es tersebut mulai berterbangan ke arahku, aku menangkap satu pecahan es yang lumayan besar dan menyarungkan pedangku. "teknik ninja, Manipulasi Dedaunan" aku menggunakan jurus ninja untuk menjadikan daun sebagai tubuhku sendiri sedangkan aku berpindah tempat dengan cepat ke belakang Minata. Aku menyentuhkan pecahan es yang kubawa ke tangan Minata, "teknik ninja, borgol es" aku membuat es tersebut menyegel tanganku dengan tangan Minata sehingga Minata tidak bisa melempar es lagi. "jadi ini taktikmu?" kata Minata, aku tersenyum, "kau dapat mengendalikan es yang dari tubuhmu, tetapi jika kulapisi es tersebut dengan kekuatanku kau tak akan bisa mengendalikannya kan" kataku. "tetapi kalau begini kau tak akan bisa menyerang, sedangkan aku masih bisa menyerangmu dengan menggunkana bagian tubuh yang lain." kata Minata, aku tertawa, "apa kau lupa Minata? Aku tidak bertarung sendirian,aku mempunyai partner yaitu Ayame." kataku sambil melirik ke arah Ayame. "Ayame,, cepat gunakan api rubahmu" Teriakku, Ayame masih diam saja sampai dia berkata, "mana mungkin, api rubahku itu kecil sekali. Itu tak mungkin bisa mengalahkan Minata." Aku mendelik, "sudahlah,, coba saja!" teriakku lagi. "Tidak mau!" kata Ayame, aku merasa kesal, "Kalau yang segitu saja tak bisa lebih baik kau tak usah sekolah saja!!!!!!" teriakku dengan marah. Ucapanku sepertinya membuat Ayame marah,"Kau!!!! Apa yang kau katakan hah?????" teriak Ayame sambil melempar Bola api rubah yang sangat besar tanpa disadarinya. BLAR!!!!! api rubah milik Ayame menghantamku dan Minata sehingga kami berdua pingsan.

Saat aku membuka mataku aku sudah berada di asrama, saat itu aku melihat Minata duduk disampingku. "duel selesai, aku kalah. Sesuai perjanjian, aku akan menjadi partnermu." katanya dengan muka yang sedikit memerah, "terima kasih, oh ya mana Ayame?" tanyaku pada Minata. "Dia ada diluar." jawab Minata. Aku keluar mencari Ayame dan aku menemukannya di beranda asrama. "Benar kan? kekuatanmu itu kuat, cuma tinggal mengendalikannya saja." kataku pada Ayame tetapi dia tetap diam saja. "Aku minta maaf atas perkataanku tadi. Pikiranku waktu itu sedang penuh." kataku dengan perasaan bersalah, "bukan itu yang aku renungkan, tetapi apa jadinya jika aku membunuhmu dengan bola api tadi?" kata Ayame dengan wajah yang sedih. Aku tersenyum, "tenang saja, aku takkan mati semudah itu, lebih tepatnya belum boleh mati." kataku sambil menatap Ayame. Saat itu Saki memanggilku untuk masuk, "Ayo kita masuk Ayame." ajakku kepada Ayame.






_____________________________________________________________________
by : Yahya De Courtville

Tidak ada komentar: