Halaman

TRANSLATE

Rabu, 18 November 2009

BLACK-WHITE FEATHERS "THE LAST ANGELICA PART 4 END "(Minami and Ryuuka)"

“Hikaru,” kata Ryuuka, “Bagaimana, kau menyukainya?”
Seulas senyum ia lemparkan pada gadis itu, “Kau terlihat manis dengan kimono merah itu.”
“Hmm, terimakasih,” Ryuuka memegang tangan Hikaru, “Ayo, kita pergi. Aku ingin sekali pergi kesana.”
“Iya,” wajah Hikaru sedikit merah. Mereka pun pergi ke festival musim panas dengan perasaan senang. Di festival itu banyak sekali stand permainan yang menarik. Salah satunya stand permainan ikan mas koki, Ryuuka terlihat sangat senang.
“Ah, itu-itu, aku mau membeli topeng berwajah binatang itu. Lucu sekali kelihatannya,” katanya sambil menunjukan kearah stand yang menjual topeng.
“Wah, selamat datang,” kata si penjual, “Silakan pilih yang kalian suka.”
“Kau mau yang mana?” tanya Hikaru.
“Umm, aku mau yang berwajah kelinci itu, kalau Hikaru?”
“Ya, sudah, aku yang berwajah kucing saja.”
Setelah membayar mereka pergi ketengah lapangan untuk menyaksikan pementasan Bedug Suci Kuil Shirayami. Beberapa orang pemuda berdiri dan memukul bedug itu dengan tenaga yang luar biasa kuat. Bunyi yang dikeluarkannya sangat indah dan menenangkan.
Ryuuka yang duduk disamping Hikaru langsung menyandarkan kepalanya dipundak Hikaru. Sebelah tangannya merangkul gadis itu. “Seandainya, kita bisa seperti ini terus. Rasanya pasti sangat menyenangkan, bukan?” kata Ryuuka.
“Yah, sayangnya kita tak bisa terus bersama seperti ini.”
Ryuuka mengangkat wajahnya dan menatap wajah Hikaru, “Apa maksudmu?”
“Kita punya jalan kita masing-masing dan kau harus menentukan sendiri jalanmu sendiri.”
“Aku tahu, tapi, aku sudah memikirkan ini dari dulu,” Ryuuka tersenyum lembut, “Kemanapun kau pergi, aku akan selalu bersamamu.”
Hikaru menatap wajah gadis itu lekat-lekat dan mulai memeluknya erat. “Apa kau takkan menyesal?”
“Aku takkan pernah menyesal.”
Hikaru pun melepaskan pelukannya dan ia menggigit sedikit permukaan dalam ibu jarinya, hal yang sama Ryuuka lakukan, “Sahabat sejati takkan pernah mengingkari ucapannya,” kata mereka bersamaan sambil menempelkan ibu jari mereka.

“Ah!” Hikaru tersadar dari lamunannya, “Kenapa ingatan masa kecil itu jadi teringat kembali?”
Ryuuka yang berada disamping Hikaru hanya mengangkat sebelah alisnya, “Ada apa, Hikaru? Wajahmu sampai memerah begitu, kau demam, yah?”
“Ah, euh, itu, umm, tak ada apa-apa. Ayo, kita kembali bekerja,” Hikaru bangun dari tempat duduknya dan pergi keluar pantry.
“Kenapa dia? Aneh sekali,” gumam Ryuuka.

Minami tertunduk lesu di sebuah bangku taman. Kaoru yang aneh melihat keadaan gadis itu hanya mengernyitkan dahinya. “Ada apa?” tanyanya.
“Aku baru saja mendapat misi yang cukup berat,” jawabnya lemas.
“Misi apa itu?”
“Membunuh Angelordies yang bernama Ryuken.”
Kaoru terlonjak kaget, ia tak percaya dengan apa yang baru saja dengar. “Kau serius?”
“Apa aku terlihat sedang bermain-main.”
“Tapi…, kau bisa dibunuhnya. Aku tak mau kehilanganmu, Minami,” kedua tangan Kaoru mencengkeram bahu gadis itu, ”Ijinkan aku yang pergi menjalankan misimu. Aku yang akan menggantikanmu.”
Minami menggeleng keras. Ia tak mau ada yang berani turut campur dalam misinya. “Tidak, ini adalah misiku dan kau tak mencampurinya.”
“Tapi…,”
“Kaoru, percayalah padaku. Aku takkan mudah mati begitu saja,” Minami tersenyum tipis, “Kau doakan aku semoga berhasil, yah?”
Kaoru tersenyum kecut, perasaan buruk menyergap hatinya. Entah kenapa ia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi pada gadis itu. “Jangan mati, yah. Kau adalah Angelica terakhir kami.”
“Pasti, aku pasti akan pulang dengan selamat. Perang lima puluh tahun yang lalu adalah sebuah awal dari sebuah kebangkitan,” Minami bangun dari duduknya, “Ah~, lega rasanya. Terimakasih sudah mau mendengarkan ceritaku.”
“Ya,” jawabnya singkat. Senyum hangat Kaoru mengantarkan gadis itu pergi ke Bumi. Sejujurnya, Kaoru tak percaya penuh pada keselamatan gadis itu. Dalam hatinya masih menyergap rasa khawatir yang sangat kuat.

“Sir Kaoru, maaf mengganggu anda,” kata seorang Angelicus tingkat Beta.
“Ada apa?”
“Minami gugur dalam menjalankan misinya. Sebelum ia meninggal, ia melepaskan ketujuh kon-nya dan satu kon-nya adalah reinkarnasinya.”
“Sekarang dimana ia?”
“Maaf, pasukan kami belum bisa menemukannya.”
“Begitu, segera lakukan pencarian terhadap Minami.”
“Baik!”
Angelicus itu pun pergi sedang Kaoru tak bisa melepaskan rasa cemas dan khawatir dalam dirinya. Ingin bertemu. Sangat ingin bertemu.
“Jadi, bagaimana?” tanya Ryuuka. Kaoru hanya diam saja, “Kaoru?”
“Euh? Maaf, tadi kau bicara apa?”
Ryuuka lansung menampakan wajah kesalnya. Tangannya mengepal keras.
“KAORU~!!!” kata Ryuuka sambil berteriak kencang. Kaoru yang sedari melamun saja langsung jatuh dari kursinya.
GUBRAK!
“Aduh~, ada apa, sih teriak-teriak begitu?!”
“Jadi, dari tadi kau tidak mendengarkanku?”
BLETAK!
Sebuah pukulan maut mendarat dikepala Kaoru. Penderitaan Kaoru semakin bertambah. “Argh~, kenapa kau memukulku?!”
“Itu karena salahmu sendiri. Darimana saja kau roh-mu itu!?”
“Pulang ke Asphodel.”
“Hhh~, sudahlah. Kau memang jadi sangat mengesalkan akhir-akhir ini.” Ryuuka membalikannya badannya dan pergi keluar dari ruang tengah.
“Terserah kau saja!” Kaoru juga membalikan badannya dan wajahnya berubah masam.
Jyuu yang melihat pertengkaran mereka berdua hanya bisa menghela napas panjang. Kenapa dua orang ini tidak bisa sehari saja akur, setiap hari kerja mereka hanya bertengkar dan bertengkar. Apa mereka tidak lelah?
Waktu menunjukan pukul 19.45, Yukino sedang belajar dikamarnya sedang Ryuken dan Bright sedang melihat acara ditelevisi. Mulai sekarang Bright juga akan tinggal dirumah Yukino. Gadis itu tinggal sendiri sedangkan kedua orangtuanya tinggal di luar negeri untuk bekerja.
“Ah, ya! Ryuken, aku baru saja menerima kabar dari Sir Nachtcross. Katanya Alice sudah mendapatkan apa yang kau mau,” kata Bright sambil terus mengemil kue beras.
“Kalau begitu baguslah. Besok suruh dia menemuiku.”
Euh? Aku ‘kan pengawasmu kenapa kau malah memberi perintah padaku? Seharusnya aku yang memberi perintah. Masih beruntung aku mau membantu misimu, batin Bright. “Umm, bagaimana kau menemuinya langsung.”
“Tidak, aku malas. Ah, ya! Aku dengar mereka juga tinggal dirumah seorang manusia. Apa nama marga rumah manusia itu?”
“Itakura.”
“Umm, kalau begitu,” Ryuken mengambil napas dalam, “Yukino~”
Gadis itu langsung terjungkal kebelakang kursinya. Dengan segera ia bangun dan bergegas menuruni tangga untuk menemui Ryuken.
“Ada apa Ryuken-sama?”
“Kau cari rumah yang bermarga Itakura dan setelah kau berhasil menemukannya, cari orang bernama Ryou Himura apa tinggal disana.”
“Ba, baik.”
Tangan Bright mencengkeram tangan gadis itu, “Tidak usah. Biar aku saja yang pergi. Kau lanjutkan saja belajarmu.”
“Tapi, Bright-sama…,”
“Sudahlah.”
Yukino pun membungkukan badannya dan kembali kekamarnya. Bright hanya geleng-geleng kepala. “Dasar kau ini.” kata Bright dan ia pun menghilang ditelan angin hitam. Sedang Ryuken hanya diam dan tetap berwajah dingin.

Sudah lima hari terakhir Ryuuka dan Kaoru saling diam. Mereka tidak berlatih bersama atau pergi ke toko buku seperti biasanya. Ternyata, Ryuuka masih marah karena sikap Kaoru yang bisa dibilang jadi menyebalkan. Kaoru yang sudah kesal dengan sikap Ryuuka yang kekanakan, ia pun langsung mengambil tindakan cepat.
“Maaf, kalau aku membuatmu kesal,” katanya setengah hati.
“Masih bisa kau berkata seperti itu!”
“Aku ‘kan sudah minta maaf! Sebenarnya apa sih maumu, Minami?!”
Z L E E E E E B B ! !
“Minami, Minami, selalu saja Minami. Aku ini bukan Minami tapi Ryuuka!!”
“Minami, maksudku Ryuuka, aku hanya ingin kau memaafkanku. Maaf.”
“Apa kau tahu, aku waktu itu sudah cukup malu untuk mengatakan hal itu padamu tapi kau malah tak mendengarkanku. Aku kecewa padamu!!”
GREB!
“Jangan pernah berkata seperti itu. Aku tak bermaksud untuk menyakiti atau membuatmu kecewa.” Kaoru memeluk erat gadis itu, “Maaf kalau aku selalu memanggilmu dengan nama Minami, itu dikarenakan kau sangat mirip dengannya.”
Ryuuka mencoba berontak namun tenaganya tidak sekuat Kaoru. Sebenarnya, ia merasa sesak karena dekapan Kaoru terlalu erat sampai ia sulit bernapas. “Lepas.”
“Aku takkan melepaskanmu sebelum kau tenang dan memaafkanku.”
“Jangan mimpi, dasar bodoh.”
Kaoru semakin erat memeluk gadis itu, “Kalau begini, bagaimana?”
“Sa, sakit, Kaoru. Kau mau membunuhku!?”
“Katakan kalau kau mau memaafkanku.”
“Ba, baik. Aku memaafkanmu.”
Setelah lepas dari dekapan Kaoru yang bagai lilitan ular phyton, Ryuuka mengambil napas banyak-banyak. Ia tak mau mati karena sesak napas. “Sebenarnya, apa yang sudah kau katakan padaku waktu itu?” tanya Kaoru.
Wajah Ryuuka langsung merah sampai ketelinga, “So, Soal itu lupakan saja. Ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu.”
“Apa itu?”
“Ceritakan padaku siapa sebenarnya Minami itu.” Kaoru tertawa kecil, ia tak menyangka kon Minami yang satu ini ternyata tidak mengenal siapa pemiliknya. “Kenapa malah tertawa?!”
“Khu khu khu, tidak apa-apa, kok.”
Ryuuka menarik kerah baju Kaoru, “Cepat ceritakan.”
“Ba, baik. Kau sabar dulu, khu khu khu.” Kaoru belum bisa berhenti tertawa tapi setelah lima menit berlalu akhirnya, ia bisa berhenti tertawa juga. “Fuh~, sebenarnya, Minami adalah orang yang sanagt kusayangi. Dia orang yang sangat baik dan aku tak mau kehilanganya. Tapi, sayangnya, ia harus mati dan ketujuh kon-nya terpencar entah kemana.”
“Kon?”
“Kon itu adalah hati atau jiwa. Beberapa dari bangsa kami ada yang memiliki sembilan kon, kira-kira satu trilliun banding lima. Seperti itulah. Sedang manusia, hewan da juga siluman sudah pasti memiliki kon dan haku. Haku adalah kekuatan yang menggerakan tubuh.”
“Jadi, maksudmu aku ini kon dari Minami?”
“Begitulah, kau adalah kon kelima. Dua kon lainnya belum ditemukan sedang empat lainnya sudah tewas dibunuh anak buah Ryuken.”
“Lalu, satu lagi?”
“Dia masih hidup dan dia itu adalah Minami sendiri,” Kaoru melayangkan senyum mautnya, “Maka dari itu, aku tak mau bermusuhan denganmu dan membiarkanmu menghilang. Karena, aku juga menyayangimu, Ryuuka.”
BLUSH!
Wajah Ryuuka langsung merah seperti kepiting rebus. “Ka, kaoru. Ada yang ingin kutanyakan lagi?”
“Apa?”
“Bagaimana dengan Eikyuu no Hi?”
“Saat ini yang perlu kau tahu hanyalah, jaga dirimu baik-baik, lindungi Eikyuu no dalam dirimu dan sering berlatih saja. Nanti, Eikyuu no Hi juga akan melindungimu dengan sendirinya.”
“Be, begitu, yah.”
“Ah~, badanku rasanya gerah. Aku mandi dulu, yah.”
Ia pun langsung pergi meninggalkan Ryuuka diruang tengah. Aku ternyata adalah kon dari Minami dan ternyata Kaoru sangat peduli padaku. Ah, tunggu! Dia peduli padaku apa karena aku adalah kon dari Minami atau dia memang peduli padaku sebagai Ryuuka?, batin Ryuuka.
“Ugh! Kenapa aku jadi kesal begini?,” gumam Ryuuka.
Dalam kamar mandi, Kaoru hanya berdiri dengan mata terpejam sedang tubuhnya basah karena air dari shower. Tunggulah sebentar lagi, Minami. Aku akan segera menepati jajiku, batin Kaoru. Matanya langsung berubah menjadi merah dan terlihat sangat dingin.



Continued in new chapter...











____________________________________________________________________
by: Amakusa Ryuu

Tidak ada komentar: