Halaman

TRANSLATE

Jumat, 27 November 2009

BLACK-WHITE FEATHERS - REAL IDENTITY PART 1 (KAORU AND MINAMI)

“Kaoru,” kata Minami pelan. Sudah ada dua minggu ia selalu berada diatas ranjangnya. Diatas ranjang itu dipenuhi bulu-bulu putih yang terlepas dari sayapnya.
Nekoma masuk kedalam kamar dengan membawa makan siang. “Miss Minami, ini makan siang anda,” katanya sambil meletakan nampan diatas meja.
“Terimakasih Nekoma, kau baik sekali.”
“Tidak, ini bukan apa-apa,” Nekoma duduk disamping ranjang Minami, “Apa anda merindukan Master Kaoru?”
Minami hanya tersenyum, “Ya dan sangat aku ingin bertemu dengannya.”
“Hmm, semoga saja beliau dapat menemui anda secepatnya.”
“Semoga saja begitu.”
“Kalau begitu, saya keluar, yah. Selamat menikmati makan siang anda, Miss Minami.”
Setelah Nekoma keluar, Minami pun memakan makan siangnya. Dalam hati ia ingin sekali bertemu dengan Kaoru. Ada hal yang harus ia ceritakan pada pria itu sebelum waktuya habis.

Ellysium.
Vanhelthrob berjalan menuju altar Ellysium bersama dengan satu Angelicus lelaki lain. Ia berperawakan tinggi dan jika dibandingkan seorang manusia, ia seperti anak SMA kelas 2. Mereka berdua berniat untuk menghadap Christoper-sama.
“Key, misimu untuk kali ini adalah membawa Bulu Putih itu kembali,” Christoper-sama memberikan sehelai bulu hitam pada Key, “Gunakan Bulu Hitam ini untuk membatasi kekuatan Bulu Putih itu. Ini akan melindungimu.”
Key pun menerima Bulu hitam itu, “Terimaksih, Christoper-sama. Saya akan berusaha dalam menjalankan misi ini.”
“Pergilah.”
“Baik.”
Kedua sayap putihnya merebah dan ia pun hilang ditelan angin putih. Ia akan mencari Bulu Putih itu di Bumi. Vanhelthrob mengantarnya sampai ke Jembatan Pelangi. Jembatan yang menghubungkan antara Bumi tempat manusia dengan Ellysium.
Liburan musim panas sudah berakhir. Jyuu pun pergi ke sekolah seperti biasanya. Didepan rumah, Karin sudah menunggunya. Mereka akan berangkat kesekolah bersama-sama.
Dikelas Jyuu ternyata ada murid baru. Perawakannya tinggi dan wajahnya sangat tampan. Seluruh siswi perempuan langsung berteriak histeris. Ia pun menulis namanya di papan tulis, “Perkenalkan namaku Eniwa Soraoka. Aku murid pindahan asal Osaka. Salam kenal,” ia membungkukan sedikit badannya.
“Kyaa~, tampan sekali,” kata mereka. Sedang para siswa laki-laki hanya bisa menghela napas panjang. Sepertinya anak baru itu akan menjadi idola sekolah ini.
Sepulang sekolah Jyuu tak langsung pulang karena ia harus membantu Pak Koda membereskan lab. Biologi. Setelah selesai, ia berniat untuk langsung pulang tapi, ketika ia melihat keluar jendela dilihatnya langit sore yang begitu indah. Ia jadi ingin melihatnya dari atas atap sekolah.
Dengan langkah cepat ia menaiki tangga dan ia pun membuka pintu atap itu perlahan. Dilihatnya seorang siswa sedang berdiri sambil melihat langit. “Soraoka? Apa yang dilakukannya disini?,” gumam Jyuu.
BATS!
Sepasang sayap putih keluar dari balik punggungnya sampai bajunya sobek. Jyuu sangat terkejut melihat kedua sayap itu. Dia? Sebenarnya, siapa dia?, Jyuu membatin.
Soraoka membuka sarung katana-nya dan dipermukaan katana itu terdapat ukiran seekor naga. Katana yang sangat indah.
TRANG!
Seorang lelaki yang usianya sekitar dua puluh lima tahunan menyerang Soraoka namun ia dapat menangkis serangan katana pria itu. Pria itu memakai topeng berwajah setan. “Fu fu fu, kau belum berubah juga, Soraoka atau harus kupanggil Key,” kata pria itu.
“Hmf, Sir Shirokusa sendiri juga masih belum berubah. Masih seperti dulu, langsung menyerang tanpa ragu.”
Shirokusa katanya? Apa…, tidak! Aku tidak boleh berpikir negatif dulu, pikir Jyuu. Mereka berdua pun berhenti saling menyerang. Keduanya malah saling berpelukan, “Lama tak jumpa,” kata mereka bersamaan.
“Sir Shirokusa kenapa harus memakai topeng?” tanya Soraoka.
“Hehehe, hanya iseng saja.”
“Ayo, buka topeng anda.”
Shirokusa pun membuka topeng dan Jyuu pun jadi semakin kaget melihatnya. “Shirokusa Kaoru!” kata Jyuu sambil membuka pintu atap lebar-lebar. Mereka berdua langsung tersentak kaget. Bagaimana ini?

Rumah Kediaman Hohikaze.
“Kau masih berurusan dengan para makhluk langit itu, Nekomaru?” tanya majikannya.
“Ya, apa anda keberatan?”
“Tidak, hanya saja aku ingin tahu lebih banyak tentang lebih banyak tentang mereka.”
“Soal itu, saya tidak bisa menceritakannya sebelum mendapat ijin dari majikan saya terdahulu, Master Kaoru.”
“Ternyata begitu, yah,” gadis itu menghela napas, “Hhh~, baiklah aku mengerti.”
“Maafkan saya, Miss Karin.”
Karin hanya tersenyum dan menyuruhnya untuk pergi. Nekomaru pun pergi untuk melanjutkan kembali pencariannya. Sebenarnya, Karin ingin tahu lebih banyak tentang para Angelicus itu tapi, ia tak mungkin memaksa Nekomaru untuk menceritakannya.
Diperjalanan pulang, Jyuu jadi sedikit menjaga jarak dengan Kaoru. Ia masih tidak percaya dengan apa yang tadi pria itu ceritakan. Dalam hatinya ia sedikit merasa takut padanya. Entah karena apa tapi yang jelas, Kaoru itu bukan manusia seperti dia.
“Kenapa kau jadi menjauhiku, Jyuu?” tanya Kaoru.
“Tidak, kok. Aku hanya ingin berjalan berjauhan dulu dengan Kak Kaoru,” jawabnya dengan sedikit gugup.
Ia tahu kalau Jyuu sedikit takut padanya, “Kau takut padaku, yah?”
“Tidak, bukan begitu. Tapi,…”
Kaoru merangkul akrab pundak Jyuu, “Tenang saja, aku takkan menyakitimu. Kalau kau benar-benar lelaki tangguh, kalahkan rasa takutmu itu.”
Jyuu hanya tertunduk malu. Benar juga, kenapa ia harus takut pada Kaoru. Selama ini ia selalu bersikap baik padanya, malah dengan kehadirannya dirumah bisa menggantikan sosok ayahnya yang sudah lama meninggal sekaligus meringankan pekerjaan rumah mereka –bilang saja ia dijadikan pembatu rumah tangga-.
Selesai mandi, Jyuu mendatangi kamar Kaoru. Ia jadi ingin tahu lebih banyak tentang pria itu. Mereka mengobrol cukup lama sampai Ryuuka heran pada mereka berdua.
“Jadi, beberapa Angelicus berada di Bumi untuk mencari Angelica terakhir dan juga Eikyuu no Hi-nya? Memangnya apa hubungannya?” tanya Jyuu.
“Angelica terakhir itu mempunyai ingatan dimana Eikyuu no Hi itu berada. Sebenarnya, hanya Christoper-sama yang mengetahuinya tapi agar tidak ditemukan lebih oleh para Angelordies ia mengutus Angelica terakhir untuk membawa Eikyuu no Hi itu kembali ke Ellysium,” jelas Kaoru.
“Kenapa tidak Christoper-sama saja yang mengambil Eikyuu no Hi itu sendiri?”
“Tidak bisa, karena jika itu dilakukan keseimbangan antara Ellysium dan Bumi akan goyah. Beliau tak bisa pergi ke Bumi dan ia tak mungkin menggunakan kekuatannya untuk mengambil Eikyuu no Hi itu.”
“Kenapa?”
“Karena Bumi takkan bisa menahan kekuatan beliau yang sangat besar itu. Maka dari itu, beliau mengutus Angelica terakhir untuk mengambilnya?” Kaoru meregangkan badannya, “Kau tahu ada dimana Eikyuu no Hi itu sekarang?”
Jyuu hanya menggeleng, “Ada pada kakakmu sendiri, Amatsuki Ryuuka. Dia merupakan kon dari Minami, dia adalah Angelica terakhir itu.”
Sejenak Jyuu terdiam, “Lalu, bagaimana dengan Soraoka?”
“Dia seorang Angelicus sama sepertiku. Misinya cukup berat, ia harus membawa pulang Eikyuu no Hi dan kau harus siap kehilangan kakakmu.”
“Kenapa begitu?”
Kaoru menghela napasnya, “Eikyuu no Hi sebenarnya adalah Bulu Putih yang diperebutkan itu dan jika Eikyuu no Hi diambil dari pemiliknya, ia harus…, MATI. Begitu pula dengan pemilik kon itu sendiri, ia juga akan mati.”
Ketika mendengar itu Jyuu langsung terdiam. Ia tak mau kehilangan kakaknya, walau ia agak menyebalkan tapi tetap saja Ryuuka itu adalah kakaknya. Sudah cukup ia kehilangan ayahnya, ia tak mau sampai kehilangan kakaknya.
Ia pun pergi keluar dari kamar Kaoru dengan langkah berat. Kenapa aku harus tahu semua ini? Coba saja tadi aku tidak pergi ke atap sekolah. Aku pasti tidak akan tahu jati diri mereka yang sebenarnya. Sial!, batin Jyuu.
“Jyuu, maafkan aku,” gumam Kaoru. Wajahnya tampak sedikit kecewa, walau begitu ia memang harus menceritakannya cepat atau lambat. Karena lambat laun semua penyamarannya ini akan terbongkar.
Nekomaru berdiri disamping Kaoru, “Ada masalah, Master?” tanyanya. Kaoru menggelang dan tersenyum tipis. Seperti biasa ia datang untuk melaporkan hasil pencarian dan keadaan Minami.
“Miss Minami ingin bertemu dengan anda, Master,” kata Nekomaru, “Ada hal penting yang ingin beliau bicarakan dengan anda.”
“Begitu, yah. Aku akan segera menemuinya. Kau berubah saja dulu, aku mau mengganti pakaianku.”
Setelah selesai, Kaoru berjalan menuruni tangga sambil menggendong Nekomaru yang sudah berubah menjadi kucing hitam. Pakainnya cukup rapi tapi tidak resmi. Kaos putih leher dan lengan panjang dengan jaket hitam serta celana katun hitam ia kenakan.
“Kau mau pergi kemana?” tanya Ryuuka.
“Menemui Minami.” Ia pun langsung berpamitan pada ibu Ryuuka dan langsung pergi. Lagi-lagi perasaan kesal menyergap hati Ryuuka. Ia pergi kekamarnya sambil membanting pintu kamar. Ibu dan adiknya merasa heran, kenapa sikap Ryuuka tiba-tiba berubah aneh begitu?
Kaoru sudah berada di pintu kamar Minami. Nekoma menganggukan kepalanya begitu juga dengan Nekomaru. Ia memegang kenop pintu erat-erat dan ia pun membuka pintu kamar itu. Dilihatnya sseorang gadis dengan sayap yang merebah lebar dan wajahnya terlihat sangat pucat. Ia berlari kearah ranjang gadis itu dan langsung memeluknya hangat.
Tangis haru pun pecah dan sayap Kaoru pun merebah. Suasana menjadi sangat mengharukan. Nekoma dan Nekomaru melihat dari ambang pintu. Akhirnya, bisa bertemu juga, batin Nekoma dan Nekomaru.
“Maaf, aku baru menemuimu sekarang,” kata Kaoru sambil menitikan airmata.
“Tidak apa-apa, aku sudah lama menunggumu. Aku sangat merindukanmu, aku takut kau takkan datang.”
“Minami, jangan tinggalkan aku lagi. Sudah cukup waktu lima ratus tahun itu memisahkan kita. Jangan pernah pergi dari sisiku lagi.”
Tangan Minami tiba-tiba menjadi gemetar dan Kaoru pun mencengkeram lembut kedua tangan gadis itu. Dengan lembut ia mengapus airmata gadis itu, “Jangan menangis lagi, yah. Aku sudah ada disini. Semuanya ‘kan baik-baik saja, percayalah.”
Kedua sayap Kaoru merangkul tubuh mereka berdua. Helaian bulu-bulu putih beterbaran. Nekoma dan Nekomaru jadi penasaran apa yang mereka lakukan dibalik sayap itu. Apa jangan-jangan…

SMA Mizuno, Tokyo, Jepang.
Pagi ini Jyuu menunggu Soraoka didepan pintu gerbang sekolah. Sepuluh menit kemudian, Soraoka pun datang. Dengan cepat ia menarik tangan Soraoka dan membawanya kebelakang sekolah.
“Soraoka, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu?”
“Soal yang kemarin lusa itu?”
“Bukan! Ini tentang misimu. Apa bisa kau membatalkan misimu itu?”
Soraoka tertawa kecil, “Kau bercanda, yah? Aku tak mungkin membatalkan misiku. Hhh~, ternyata, ia menceritakan sampai sejauh itu. ”
“Tapi, ini menyangkut kakakku!!”
“Itu bukan urusaku.”
Jyuu menjadi geram dan ia melemparkan pukulan kearah Soraoka. Tapi, Soraoka dapat menghindar dan melumpuhkan serangan Jyuu. Tangannya mencengkeram erat tangaan Jyuu yang sudah dibalik kearah punggungnya.
“Aku bisa saja mematahkan tanganmu tapi, mood-ku sekarang sedang bagus, bersyukurlah kau. Kali ini dengarkan aku baik-baik. Ada dua hal yang harus kau ingat. Satu, jangan campuri misiku. Dua, kau cukup diam dan melihat saja,” kata Soraoka.
“Kenapa kau tak membunuhku saja?!”
“Sebenarnya, aku bisa saja membunuhmu tapi, ini demi Sir Shirokusa,” Soraoka pun melepaskan Jyuu, “Ayo, kita kembali ke kelas dan jangan sampai terlihat kau habis berkelahi.”
Jyuu pun merapikan seragamnya dan ia mengikuti Soraoka dari belakang. Karin yang melihat mereka berkelahi tidak dapat berbuat apa-apa. “Makhluk langit itu mulai mengancam keberadaan manusia,” gumamnya














____________________________________________________________________
by: Amakusa Ryuu

Tidak ada komentar: