Halaman

TRANSLATE

Jumat, 27 November 2009

BLACK- WHITE FEATHERS - REAL IDENTITY PART 2 (THE BLACK FEATHER)

Kesal, marah, sedih bercampur menjadi satu dalam hati Jyuu. Ia tak bisa membiarkan kakaknya mati begitu saja. Bagaimanapun caranya, ia harus mencari jalan terbaik agar Eikyuu no Hi itu bisa kembali ke Ellysium dan kakaknya bisa tetap hidup. Semakin dipikirkan, ia jadi semakin pusing sendiri.
PRANG!!
Suara barang pecah belah! Jyuu langsung terlonjak dari tempat duduknya dan pergi keluar dari kamarnya. Kaoru juga mendengar suara itu dan mereka berdua pun berlari kearah asal suara itu berasal. Didepan pintu kamar Ryuuka sudah berdiri Sumika dengan wajah yang sangat cemas.
“Apa yang terjadi?” tanya Kaoru.
“Ibu tidak tahu. Ryuuka mengunci pintu kamarnya dan ia tak menyahut ketika ibu panggil,” jawab Sumika.
“Kak, dobrak saja. Aku jadi khawatir padanya,” kata Jyuu.
Jyuu dan Kaoru pun mencoba untuk mendobrak pintu kamar Ryuuka. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya, pintu itu pun terbuka. Kondisi kamar itu sangat berantakan, pecahan dari vas dan kemarik pun berserakan dilantai. Sedang Ryuuka sudah terbaring dilantai, wajahnya terlihat sangat pucat dan dari mulutnya mengeluarkan darah cukup banyak.
BATS!
Sayapnya pun merebah dan karena terkejutnya Sumika, ia sampai pingsan. Kaoru mendekap gadis itu dan membersihkan darah dari mulut gadis itu.
“Apa yang terjadi, Ryuuka?” tanya Kaoru cemas.
“Ryu…, Ryuken. Uhuk!” darah semakin banyak keluar dari mulutnya, “Dia masih mengincar Eikyuu no Hi.”
“Bertahanlah!” Kaoru memegang erat tangan gadis itu, “Apa dadamu terasa sakit?”
“Tidak. Aku tak dapat merasakan apapun.”
Apa? Kalau begitu gawat. Dia bisa menghilang kalau sampai jantungnya tak kembali, batin Kaoru. “Ryuuka, maaf kalau aku melakukan hal ini, tapi…,”
Mata Jyuu langsung terbelalak lebar. Kaoru melakukan hal itu didepan mata kepalanya sendiri. “Apa yang kau lakukan barusan?!” kata Jyuu sedikit marah.
“Ini akan menahan penyebaran racunnya.”
“Tapi, kenapa harus melakukannya dengan cara seperti itu.”
“Itu cara yang paling cepat. Sudahlah,” wajah Kaoru langsung memerah, “Aku harus pergi mengejar Angelordies keparat itu! Dan kau tolong jaga mereka berdua, yah.”
Kaoru langsung pergi dengan membawa serta katana-nya. Matanya langsung berubah menjadi merah dan sangat berapi-api, ia pun mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kuat. Takkan kumaafkan!
Didepan rumah, Soraoka sudah menunggunya. “Ayo, darah hitam itu masih sangat segar. Mari membunuh,” katanya dingin. Senyum dingin pun Kaoru tunjukan padanya.
Kaoru memejamkan matanya. Ia mencoba berkomunikasi dengan menggunakan telepathy dengan Nekomaru. Nekomaru yang sedang bersantai diatas pohon langsung pergi ke rumah Ryuuka. Kaoru menyuruhnya untuk menjaga rumah itu sementara waktu.
Entah ini memang pancingan Ryuken atau memang kebetulan. Mereka bertiga akhirnya bertemu di depan sebuah gereja tua yang sudah tak terurus lagi. Kaoru melaju satu langkah namun, Soraoka menahannya. Ia hanya mengatakan, bertarunglah dengan kepala dingin. Jangan sampai musuh mengetahui kelemahan kita hanya karena kecerobohan kecil.
“Hmf! Kau menginginkan ini, Kaoru?” tanya Ryuken licik dan ditunjukannya sehelai Bulu Putih pada Kaoru, “Coba saja mengambilnya dariku.”
“Brengsek! Kau masih belum puas mengambil kebebasannya? Sekarang, jantungnya pun kau ambil. Keparat kau, Ryuken!” kata Kaoru.
“Kuberi tahu satu hal. Angelica tak berguna seperti dia tak pantas memiliki Bulu Putih ini.”
“Apa katamu!!”
Tanpa mengulur waktu lagi, Kaoru langsung menyerang Ryuken. Sayapnya pun merebah lebar sedang Soroka memperhatikanya dari jarak yang cukup jauh. Ia mengamati cara bertarung mereka dengan demikian ia akan mencari titik lemah musuh dengan menganalisa cara bertarung mereka.
Awalnya Ryuken bertarung dengan mudahnya tapi, lama-lama ia jadi mulai merasa kesulitan. Ia tak menyangka kecepatan dan kemampuan bertarung Kaoru bisa berkembang secepat ini. Bukan mustahil ia bisa kalah dari Kaoru jika lengah sedikit saja.
Soraoka mengerutkan dahinya. Ia merasa ada keganjilan dalam pertarungan ini. Sayap Kaoru semakin lama berubah menjadi keabu-abuan. Apa yang sebenarnya terjadi?
Ryuken mulai merasa kelelahan dan cakranya sudah mulai menurun sedang Kaoru masih terlihat sangat kuat dan malah semakin cepat gerakannya. Ia pun mulai merasakan keanehan pada Kaoru. Mata pria itu semakin merah seperti warna darah dan sayapnya berubah menjadi keabuan.
Dengan taruhan selururuh cakranya, Ryuken pun mengerahkan seluruh cakranya dan dengan katana-nya ia menyalurkan seluruh cakranya pada katana itu.
SRAT!
Sayap sebelah kiri Kaoru terpotong dan darah pun mengalir dengan deras. Namun, ekspresi wajahnya tetap tidak berubah dan ia malah tersenyum licik. “Bodoh, kalau kau menebas sayapku. Aku takkan mati walau kedua sayapku terpotong,” kata Kaoru, “Aku malah akan semakin kuat!”
BATS!
Sayap yang terpotong itu pun digantikan dengan sayap yang baru. Warna abunya pun semakin pekat. Dengan tatapan tak percaya, Ryuken mengacungkan katana-nya pada Kaoru. Bagaimana bisa seperti ini?, batinnya.
“Damn Black Father, cabutlah jiwa yang terkutuk ini dan bakarlah dalam kekalnya tungku api Asphodel,” Ryuken menggoreskan mata katana-nya pada permukaan dalam tangannya, “Black wolfs”
WUSH!
Angin kencang pun bertiup. Soraoka hampir diterbangkan angin itu tapi, ia berpegang pada katana-nya yang ditancapkan ditanah. Kaoru masih berdiri dengan tenangnya. Sedang Ryuken menuliskan sebuah mantra sihir dengan darahnya itu diatas tanah.
Serigala-serigala hitam pun bermunculan dan salah satu dari serigala itu terdapat seekor anjing berkepala tiga. Jumlah serigala-serigala itu tak terhitung. Dia memanggil Cerberus. Ini mantra sihir tingkat tinggi, aku harus lebih waspada, batin Kaoru.
“Serang Angelicus itu!” titah Ryuken.
Serigala-serigala itu pun berlarian kearah Kaoru. Mereka menyerang dengan membabi buta dan dengan kebuasan mereka. Namun, Kaoru masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. “Holy White Mother, kekang kekuatan hitam ini dalam sucinya Holygrail,” Kaoru membuat sebuah segel diatas tanah, “Hapuskan!”
Tetes-tetes air pun mulai berjatuhan dari atas langit. Rasanya seperti air hujan tapi sebenarnya ini bukan hujan sebenarnya. Tetesan-tetesan air ini sebenaranya adalah airmata para Angelica yang gugur dalam perang lima ratus tahun lalu. Setelah tetesan-tetesan air itu berhenti berjatuhan, ribuan burung merpati putih pun berdatangan dengan membawa bara api dan bara api itu pun dijatuhkan diatas serigala-serigala hitam itu.
BWOSH!
Area mereka bertarung sudah menjadi lautan api karena bara-bara api itu berjatuhan dimana-mana dan menyulut hidupnya api. Serigala-serigala hitam itu tewas terbakar dan Ryuken sudah menampakan wajah cemasnya.
“Serahkan Bulu Putih itu dan juga sayapmu,” kata Kaoru.
“Cih! Enak saja, aku takkan menyerahkannya padamu,” kata Ryuken.
“Aku hanya memberikan kesempatan sekali saja. Serahkan sekarang atau kubunuh kau.”
“Tidak akan kuserahkan.”
“Itu pilihanmu. Siash Meanimpus Axio…,”
SYUTH!
Sebuah anak panah meluncur dengan kencang dan menancap dikaki Ryuken. Suara seorang perempuan menghentikan Kaoru untuk melanjutkan mantranya.
“Hentikan!” Minami berdiri dengan wajah yang sedikit pucat. Tangannya memegang sebuah busur yang siap meluncurkan anak panahnya lagi. “Hentikan pertarungan ini.”
Soraoka hanya diam saja. Ia tak mau mencampuri urusan yang menyangkut misinya. Benar-benar anak yang sangat dingin. Dengan note-nya ia mencatat semua hal tentang pertarungan tadi.
Tanpa menunda kesempatan ini, Ryuken langsung menghilang dan melarikan diri dari pertarungan yang sudah berat sebelah ini. Kaoru terlihat sangat geram tapi Ryuken sudah pergi melarikan diri dan ia tak bisa mengejarnya. Minami mulai terhuyung-huyung dan akhirnya ia pingsan ditempat.
“Sir Shirokusa, kalau Bulu Putih itu tak kembali gunakan ini saja,” Soraoka menunjukan Bulu Hitam pada Kaoru, “Ini bisa memperpanjang hidup kon Miss Minami untuk beberapa bulan kedepan.”
Kaoru menyipitkan matanya, “Apa tidak apa-apa?”
“Sebenarnya, Bulu Hitam ini mempunyai efek samping.”
“Apa itu?”
“Kon atau Angelica yang memakai kekuatan Bulu Hitam ini lama-lama emosinya akan menghilang. Tak bisa merasakan apapun dan akhirnya ia pun juga akan menghilang.”
“Menghilang.”
Kaoru jadi sedikit kecewa mendengar hal itu tapi, mau bagaimana lagi? Bulu Putih itu sudah dicuri Ryuken dan jika Ryuuka tak bisa mendapatkan lagi jantungnya –Bulu Putih-, ia juga akan menghilang dalam waktu kurang dari jam lagi. Ini membuatnya bingung setengah mati.
Minami siuman dari pingsannya dan Kaoru pun memberikannya segelas minum. Sumika sudah tahu semuanya tentang Kaoru dan juga yang lainnya. Sama seperti Jyuu, ia juga awalnya tak percaya pada makhluk seperti mereka. Tapi, setelah melihat Kaoru, Minami dan Key atau Soraoka, ia jadi mulai mempercayai hal itu.
“Minami, sebenarnya, aku ingin meminta bantuanmu,” kata Kaoru dengan sedikit ragu-ragu.
Minami sedikit memiringkan kepalanya, “Apa itu?”
“Tolong kau…,”

Matanya sedikit demi sedikit mulai terbuka. Jantungnya pun sudah mulai berdetak normal. Ia dikelilingi orang-orang yang beberapa diantaranya tidak ia kenal. Ia pun membuka mulutnya, “Apa yang sudah terjadi disini?”
Sumika mulai menitikan airmatanya dan Jyuu pun hanya bisa memeluk ibunya. Kaoru, Minami dan Nekomaru tersenyum hangat sedang Soraoka tetap memasang wajah dinginnya. “Selamat datang kembali, Ryuuka,” kata Kaoru.
Minami mengulurkan tangannya, “Ryuuka, syukurlah, kami belum terlambat,” katanya.
“Siapa kau?” tanya Ryuuka.
“Perkenalkan namaku Minami.”
Jadi, dia yang bernama Minami. Cantik sekali. Kulitnya putih dan rambut hitam panjang sepinggang. Benar-benar tipe gadis ideal, batin Ryuuka. “Yah, salam kenal.”
Nekomaru melambai-lambaikan tangannya, “Miss Amatsuki! Aku juga mau memperkenalkan diri. Namaku Nekomaru,” katanya dengan semangat. Telinga kucing dan ekornya pun keluar.
“Hai, Nekomaru.”
Kaoru menyenggol tangan Soraoka. Lelaki itu masih belum bisa bersikap manis atau tersenyum sedikit saja. Kaoru kembali menyenggol tangan Soraoka. Akhirnya ia mau membuka mulutnya, “Aku Eniwa Soraoka. Salam kenal.”
S I I I I I I I I I I N N N G ! ! !
Keadaan menjadi sunyi sejenak. Anak ini, dingin sekali sikapnya. Apa dia tidak bisa menunjukan ekspresi wajah yang hangat?!, batin mereka.
“Euh? Ya, eh, itu, salam kenal juga Eniwa.”
Ryuuka dibuatnya kikuk tapi yang bersangkutan malah tak menanggapinya. Minami pun memberi isyarat agar mereka meninggalkannya berdua saja bersama Ryuuka. Ada hal yang harus ia bicarakan berdua saja dengan gadis itu.
“Uhm! Aku langsung saja pokok masalahnya,” Minami menunjukan wajah seriusnya, “Apa kau bisa membantu kami?”
Gadis ini. Apa maksudnya?, batin Ryuuka. “Aku…, tidak bisa membantu kalian. Aku pun tak tahu harus membantu apa?”
GREB!
Minami mencengkeram erat bahu Ryuuka, “Menyegel kembali portal antara Ellysium dan Asphodel agar para Angelordies serta para Demoicart tidak dapat melewati portal tersebut dan Bumi pun akan aman dari makhuk seperti kami,” jelas Minami.
Dia benar-benar ke pokok masalahnya, pikir Ryuuka. “Bukannya, kalian mempunyai pemimpin bernama Christoper-sama, kenapa bukan dia sendiri yang menyegelnya?!”
“Penyegelan hanya bisa dilakukan oleh Angelica yang memegang Bulu Putih dan Bulu Hitam itu saja dan ia juga harus memiliki sayap seperti Angelordies tingkat Alpha+.”
“Aku tak bisa. Aku harus mengatakan berapa kali agar kalian mengerti.”
PLAK!
Sebuah tamparan cukup keras mendarat dipipi Ryuuka. Sudah cukup Minami menahan kekesalannya. Gadis ini kekanakan sekali sikapya. Ia bisa saja merebut kon-nya dan menghilangkan gadis ini. Biar dia saja yang melakukan penyegelan ini sendiri. Tapi, karena suatu alasan ia jadi tak bisa melakukannya.
“Berhentilah bersikap kekanakan seperti itu. Aku muak sekali melihatnya”
“Apa masalahmu?!” bentak Ryuuka, “Aku bukan Angelica sinting sepertimu! Aku hanya ingin kembali ke kehidupan normalku bukan mengurusi urusan bodoh kalian!!”
“Bicara apa kau ini! Kau adalah kon milikku dan kau tak berhak berkata seperti itu padaku. Pemilikmu!!”
Kaoru dan yang lain mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu. Mereka asyik sekali mendengar pertengkaran dua orang gadis yang sama-sama keras kepala. Soraoka meminum tehnya dengan tenang dan tidak ikut-ikutan seperti mereka.
Mendengar hal itu, Ryuuka tak bisa berkata apa-apa. Sekarang ia jadi terpojok dan tak bisa membalas kata-kata Minami. Ia pun menundukan kepalanya. Kesal rasanya kalau terjebak oleh kata-kata sendiri. Ryuuka menggigit lidahnya karena saking kesalnya. Darah segar pun keluar dari mulutnya.
“Terserah,” kata Ryuuka pelan.
“Euh?”
“Terserah apapun yang ingin kau lakukan padaku tapi, satu hal yang perlu kau ingat. Jangan libatkan orang lain dalam masalah ini.”
Ia tak suka dipojokan. Mudah juga menaklukan gadis ini, batin Minami. “Baik kalau itu maumu. Mulai saat ini, aku mohon kerjasamanya.”
“Ya.”
“Ah, satu hal lagi. Berterimaksihlah pada Kaoru. Dia yang menyelamatkanmu.” Minami tersenyum hangat, “ Dan, katakan lagi saja hal itu padanya. Sebelum kau tak bisa mengatakan hal itu padanya.”
Seketika itu wajah Ryuuka langsung berubah merah. Dia tahu hal itu? Apa ini yang namanya ikatan kon dan pemilik kon?, batin Ryuuka. Minami pun keluar dari kamar Ryuuka. “Beristirhatlah dulu dan jangan memikirkan hal-hal negatif, yah,” kata Minami sambil membuka kenop pintu.
GUBRAK!
Orang-orang yang menguping dari balik pintu langsung terjatuh bersamaan. Aura jahat Minami pun langsung menyeruak keluar. Wajah mereka pun langsung berubah pucat pasi. “Kalian…, apa yang kalian lakukan?!!”
BRAK! BRUK! GUBRAK!
MEOW~, GABRUSH! KLONTANG! BRUAK!
Minami sudah tak bisa dihentikan lagi. Sementara itu, Soraoka…,
“Teh hitam ini benar-benar nikmat,” katanya dengan tenang sedangkan disampingnya Kaoru, Nekomaru dan Jyuu sudah babak belur karena pukulan-pukulan maut Minami.











____________________________________________________________________
by: Amakusa Ryuu

Tidak ada komentar: