Sabtu ini, Kaoru dan Minami akan pergi ke Roppongi berdua saja. Sedang Jyuu akan bersama Soraoka seharian di kamar Jyuu. Ada tugas sekolah yang harus mereka selesaikan bersama. Ryuuka hanya bisa duduk diam dalam kamarnya.
“Apa aku harus mengikuti perjodohan itu, yah?,” katanya dengan tangan menyanggah dagunya, “Lagipula, usia dua puluh tiga tahun sudah cukup matang untukku menikah.”
Ryuuka menghela napas dan kepalanya benar-benar pusing memikirkan hal ini. Sebenarnya, ia masih memikirkan seseorang yang sudah ia sukai. Walau orang itu bodoh, agak sedikit kekanakan tapi ia seorang yang sangat perhatian. Rasanya sayang juga kalau orang itu jatuh ke tangan orang lain.
Sebuah ketukan pintu mengagetkannya sampai ia terjungkal dari atas kursi. Dengan langkah berat ia membuka pintu kamarnya dan Hikaru sudah berdiri sambil tersenyum.
“Sebenarnya aku ingin menyerahkan ini.” Hikaru menyodorkan sebuah buku pada Ryuuka, “Aku harap kau mau menerimanya.”
“Wah, terimakasih. Aku senang sekali.”
“Ryuuka, ada yang harus kukatakan padamu. Sebenarnya,…”
Kamar Jyuu.
Soraoka meminum teh hitamnya dengan tenang. Tugas mereka sudah selesai dengan sempurna. Untung saja Soraoka membantu Jyuu, berteman dengan anak jenius seperti Soraoka memang menguntungkan.
“Ah, ya! Kejadian dua hari yang lalu, aku melihatnya, loh.” Soraoka kembali menyeruput tehnya.
“Dua hari yang lalu?”
“Sekitar pukul 15.45 di atap sekolah, kau dan Hoshikaze ber…,”
Jyuu langsung menutup mulut Soraoka dengan tangannya. “Jangan dilanjutkan. Aku malu.”
“…, ciuman.”
“Akh~, kenapa malah dilanjutkan.”
Soraoka kembali menyeruput tehnya, “Kenapa kau mau melakukan hal itu pada wanita ular derik seperti dia?”
“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja hal itu terjadi. Rasanya aku jadi malu kalau mengingat hal itu.” Jyuu tersipu malu.
“Sebenarnya, bagimu Hosikaze itu bagaimana?”
“Dia gadis yang ceria, aktif walau kadang menyebalkan sama seperti anak perempuan pada umumnya tapi dia baik. Mungkin karena sejak kecil kami sudah berteman dan kami saling menyayangi jadi kami sangat akrab. Namun, entah sejak kapan rasa sayang ini berubah menjadi cinta. Aku sangat mencintai Karin.”
“Katakan saja perasaanmu padanya.”
“Mana bisa, aku sangat malu mengatakan hal itu.”
“Mau kubantu menggunakan Mind Control?”
“Ah, tidak perlu. Umm, Sora-kun sendiri apa tidak punya seseorang istimewa?”
“Ya, ada.”
“Siapa? Siapa?” Jyuu jadi tak sabar mendengar nama gadis yang dianggap Soraoka istimewa.
“Sir Kaoru.”
GUBRAK!
“Bukan itu yang kumaksud. Tapi, orang yang sangat penting dalam hidupmu dan kau tak mau sampai kehilangan dia!”
“Begitu. Kalau itu…,”
“Ya….????”
“Kau sendiri, Jyuu. Aku sangat menyayangimu dan aku tak mau kehilanganmu.”
BRAK! GUBRAK!!
“Anak perempuan!! Masa kau tidak punya anak perempuan yang disukai?!”
“Umm, tidak ada.”
“Hhh~, kau ini. Ya, sudahlah. Kita ganti topik lain,” Jyuu mengibas-ngibaskan tangannya, “Umm, tadi kau bilang Kak Kaoru itu orang yang istimewa bagimu. Apa alasanya?”
“Itu…,”
Soraoka pun mulai bercerita kepada Jyuu. Ingatannya kembali ke masa silam dua ratus tahun lalu. Waktu itu usia Soraoka seribu empat ratus tahun dan Kaoru berusia dua ribu tiga ratus tahun.
Karena tidak sengaja melewati portal penghubung antara dunia manusia dengan Ellysium, ia terhempas ke dunia manusia dan berubah menjadi anak usia lima tahun. Seketika ingatannya pun menghilang sebagai seorang Angelicus. Kemudian ia diasuh oleh seorang janda muda dan diberi nama Soraoka.
Selama empat tahun ia dirawat oleh janda muda bernama Akio dan diberi kasih sayang serta pendidikan yang layak. Selama empat tahun itu pula Kaoru terus mengawasinya dan berkomunikasi secara rahasia dengan Akio.
Hingga pada suatu hari,
“Kau diam saja disini saja, yah,” ujar Akio pada Soraoka. Ia menyuruhnya agar bersembunyi didalam sebuah lemari. “Jangan mengeluarkan sebuah suara apapun. Kau ingat baik-baik.”
“Kenapa ibu tidak bersembunyi juga?”
“Ada suatu hal yang harus ibu selesaikan. Jangan mengintip.”
Sambil tersenyum hangat ia menutup pintu lemari itu. Suara langkah kaki beberapa orang terdengar memasuki kamar itu dan wanita itu terlihat sedikit ketakutan.
Beberapa orang dari mereka kemudian merebahkan sayap mereka dan warna sayap mereka memiliki warna yang berbeda, hitam dan putih. Dan satu diantaranya mempunyai sayap hitam dikepalanya.
“Akio, dimana kau sembunyikan anak itu?” tanya seorang pria bersayap hitam dikepalanya.
“Dia sudah dibawa pulang oleh Sir Shirokusa ke Ellysium. Kalian pulang saja.”
“Wajahmu tak terlihat jujur, Akio. Aku tanya sekali lagi, dimana kau sembunyikan anak itu.”
“Aku tidak berbohong!”
“Persetan dengan kau! Sekarang matilah kau! Heya~!”
Ruangan itu pun dipenuhi oleh darah. Akio kalah melawan lima Angelordies dan satu Demonicart. Matanya terbuka lebar. Ia sudah terbujur kaku tak bernyawa. Keadaan menjadi hening sesaat.
Keringat dingin mengucur deras melewati keningnya. Perasaan takut menyergap hatinya dan seluruh tubuhnya mulai gemetar. Ibu, aku takut. Tuhan lindungi aku dan ibuku, batinnya.
Dengan kakinya salah satu dari para Angelordies itu disenggol-senggolkan ke kepala Akio. “Sepertinya dia sudah mati. Bagaimana dengan anak bernama Key itu?”
Pimpinan mereka pun membuka mulutnya, “Geledah seisi rumah ini. Akio pasti menyembunyikannya di salah satu ruangan dalam rumah ini.”
“Baik.”
Mereka pun berpencar untuk mencari Key di seluruh bagian rumah Akio. Rumah ini tak terlalu besar jadi tak butuh waktu lama untuk memeriksa seluruh ruangan yang ada.
DUGH!
Kaki Key menghantam dalam pintu lemari. Karena penasaran, Demonicart itu berjalan mendekati lemari tempat Key bersembunyi. Saking takutnya, Key sampai menangis.
KRIET~.
Wajah tanpa dosa Demonicart ia tunjukan pada anak itu. Key menangis tersedu-sedu dan tubuhnya masih gemetar. “Key? Ayo, kita pulang ke Asphodel,” katanya sambil mengulurkan tangannya.
“Pa, paman siapa?”
“Namaku Thorcreamond. Kau mau pulang ‘kan?”
“Bagaimana dengan ibu?”
“Dia sudah meninggal dibunuh oleh Angelicus bernama Shirokusa Kaoru. Maaf, aku tak bisa menyelamatkan ibumu.”
Dengan langkah gontai, Key berjalan keluar dari dalam lemari. Dilihatnya Akio yang sudah terbujur kaku bermandikan darah. Seulas senyum licik tersungging dibibir Thorcreamond. Perlahan ia membuka sarung katana-nya.
SRAT!
Katana itu ia sayatkan ke penggung Key. Darah segar keluar dari luka sayatan katana itu. Key menatap Thorcreamond dengan tatapan tak percaya. “Paman, apa yang paman lakukan?”
“Membunuhmu Myohaku Key. Dengan demikian, Myohaku clan akan benar-benar hancur.”
Key pun roboh dan sudah tak sadarkan diri. Tanpa disadari Thorcreamond, luka di punggung Key perlahan menutup dan darah yang keluar pun perlahan membentuk sebuah tato burung Phoenix.
BATS!
Sayap berwarna putih pun keluar dari punggungnya. Matanya pun langsung terbuka dan ia mulai bangkit. Thorcreamond terlihat sangat terkejut. Ternyata, anak ini juga sama seperti gadis itu, pikir Thorcreamond.
Ia merentangkan tangan kirinya lalu sebuah katana pun muncul dan sudah digenggamnya. Tanpa mengulur waktu ia membuka sarung katananya dan langsung menyerang Thorcreamond. Kedua tubuhnya terbelah terbagi dua dan ia pun berubah menjadi helaian bulu-bulu hitam. Mati tanpa sempat merasa sakit sedikitpun.
Sebuah tekanan cakra yang sangat kuat membuat para Angelordies itu kembali ke ruangan itu. Key membalikan tubuhnya dan seketika itu ia menyerang lima Angelordies. Mereka bernasib sama seperti pemimpinnya. Dari ambang jendela Kaoru melihat Key membunuh para Angelordies dan satu Demonicart itu dengan mudahnya
“Kau sudah puas, Key?” kata Kaoru.
Key menatap tajam Kaoru dan dengan cepat ia menyerang Kaoru. Tapi, Kaoru berhasil menghindar dan memotong sayap sebelah kiri Key. Key mengerang kesakitan dan Kaoru pun melumuri tangannya dengan darah Key. Sebuah tulisan penyegel ia tuliskan di sayap kanan anak itu. Tulisan itu berbunyi, “Seekor Phoenix yang sedang tertidur, apinya takkan bisa membakar apapun. Tetapi, jika seekor Naga yang tertidur, apinya bisa membakar apa saja yang mengganggunya.”
Setelah selesai, perlahan sebuah sayap baru muncul dengan sendirinya. Kemudian sayap itu menghilang dan Key pun tak sadarkan diri. Key pun siuman dan ia sudah pulang kembali ke Ellysium. Kaoru pun memberi tahunya bahwa seluruh keluarganya dibantai oleh lima Angelordies dan satu Demonicart. Myohaku Clan pun akhirnya hancur dan karena Soraoka berada di dunia manusia ia selamat dari pembantaian itu.
Myohaku Clan adalah sebuah klan yang sudah turun-temurun menjaga Bulu Hitam dan pada generasi itu klan mereka hancur oleh para Angelordies. Walau begitu, mereka tak berhasil menemukan itu disembunyikan. Yang mereka dapat hanya kekecewaan yang mendalam dan mereka pun mengejar Soraoka sampai ke dunia manusia.
Sejak kejadian itu, Soraoka berubah menjadi anak yang pendiam dan menutup dirinya untuk bergaul dengan yang lainnya. Tapi, Kaoru selalu menemaniya dan selalu tahu apa yang dirasakan Soraoka. Ia sudah seperti ayah baginya dan juga menjadi sosok yang tak bisa digantikan oleh siapapun. Dan, hanya pada Kaoru saja Soraoka mau mengatakan semua hal yang ia suka, hal yang menarik perhatiannya dan ia sangat terbuka pad pria itu. Ia juga tak mau membuat Kaoru kecewa karenanya.
“Begitu, yah,” kata Jyuu sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Pantas saja waktu itu dia pernah berkata, ‘Sebenarnya, aku bisa saja membunuhmu tapi, ini demi Sir Shirokusa’. Mungkin ia tak mau membuat Kak Kaoru kecewa jika melihatnya membunuhku hanya karena hal sepele.
“Baru kali ini aku bercerita hal ini pada orang lain selain Sir Kaoru. Entah kenapa perasaanku jadi sedikit lega. Terimakasih sudah mau mendengarkan ceritaku.”
“Sora-kun, aku senang kau mulai terbuka pada orang lain. Terimakasih juga kau mau mempercayaiku.”
Senyum hangat Soraoka pun mengembang. Jyuu kaget melihatnya dapat tersenyum seperti itu. Padahal, kalau ia sering tersenyum hangat seperti itu wajahnya jadi terlihat semakin tampan. Soraoka aku ingin melihat ekspresi-ekspresi wajahmu yang lain. Tersenyum dan bukalah hatimu untuk yang lain juga. Sebab, mereka juga ingin melihatmu berwajah ceria dan bahagia. Tidak seperti kau yang sekarang, sangat dingin dan terlihat kesepian.
Kamar Ryuuka,
“Eh? Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu, Hikaru?”
“Bukannya kau dulu pernah bilang akan mengikutiku kemanapun aku pergi.”
“Tapi, itu tiga belas tahun yang lalu dan saat itu kita masih kanak-kanak. Jadi…,”
Hikaru langsung memotong ucapan Ryuuka, “Aku mengerti. Kau benar, itu ‘kan tiga belas tahun yang lalu dan kita masih belum bisa berpikir dewasa. Tapi, aku masih menunggumu sampai tiga hari kedepan.”
Hikaru bangkit dari duduknya dan membalikan tubuhnya. Ryuuka menatap bingung pria itu. Ia tak mengerti kenapa Hikaru bisa berkata seperti itu padanya.
“Hikaru…,”
“Aku harap kau berubah pikiran.”
Hikaru pun pergi meninggalkan Ryuuka dengan hati dipenuhi rasa kesal pada gadis itu. Bodoh benar ia mempercayai janji anak ingusan dan menagih janji itu sekarang. Dasar keledai bodoh aku ini, batin Hikaru.
Waktu menunjukan pukul 18.30, seluruh keluarga baru Amatsuki sedang makan malam. Ditengah heningnya suasana makan malam, Ryuuka tiba-tiba angkat bicara.
“Ibu, aku mau menikah dengan Hikaru.”
Yang lainnya langsung tersedak bersamaan tapi tidak dengan Soroaka. Ia menanggapi dingin pernyataan Ryuuka tadi dan malah melanjutkan makan malamnya.
“Apa kau bilang tadi? Menikah dengan Hikaru?” tanya Minami.
“Apa kakak serius??”
“Miss Amatsuki mau menikah. Hurya~, akhirnya.” Nekomaru girang.
“Kau yakin dengan perkataanmu itu, Ryuuka?” Sumika mengerutkan dahi.
“Ya, aku yakin. Lagipula, jika aku menikah dengannya aku akan pindah ke New York dan menjalankan usaha pastry milik ayah Hikaru,” Ryuuka memaksakan untuk tersenyum, “Jadi, ibu tak usah khawatir.”
BRAK!
Kaoru memukul meja kotatsu. Wajahnya terlihat sangat marah dan tatapannya lebih tajam dari biasannya. “Ryuuka tak boleh menikah dengan Hikaru!!” katanya dengan penuh emosi.
“Memangnya kenapa aku tidak boleh menikah dengan Hikaru?”
Tanpa berkata apapun Kaoru langsung menarik tangan Ryuuka dan menariknya keluar dari dalam kotatsu. Di halaman belakang mereka berdiri saling berhadapan. Sedang yang lain mengintip dari balik pintu.
“Kak Minami, apa mereka akan bertengkar lagi?” tanya Jyuu.
“Entahlah. Tapi, sepertinya yang ini lebih menarik sebelumnya.”
“Kenapa Kak Minami berkata seperti itu.”
“Kau lihat saja nanti.”
Ryuuka mengepalkan kedua tangannya. Kebenciannya semakin menjadi pada Kaoru. Sementara Kaoru dengan tenang berjalan mendekatinya. Tatapan tajam yang tadi ia tunjukan berubah menjadi tatapan penuh arti.
“Ada dua alasan kenapa kau tidak boleh menikah dengan Hikaru,” Kaoru memegang kedua tangan Ryuuka, “Pertama,…”
____________________________________________________________________
by: Amakusa Ryuu
“Apa aku harus mengikuti perjodohan itu, yah?,” katanya dengan tangan menyanggah dagunya, “Lagipula, usia dua puluh tiga tahun sudah cukup matang untukku menikah.”
Ryuuka menghela napas dan kepalanya benar-benar pusing memikirkan hal ini. Sebenarnya, ia masih memikirkan seseorang yang sudah ia sukai. Walau orang itu bodoh, agak sedikit kekanakan tapi ia seorang yang sangat perhatian. Rasanya sayang juga kalau orang itu jatuh ke tangan orang lain.
Sebuah ketukan pintu mengagetkannya sampai ia terjungkal dari atas kursi. Dengan langkah berat ia membuka pintu kamarnya dan Hikaru sudah berdiri sambil tersenyum.
“Sebenarnya aku ingin menyerahkan ini.” Hikaru menyodorkan sebuah buku pada Ryuuka, “Aku harap kau mau menerimanya.”
“Wah, terimakasih. Aku senang sekali.”
“Ryuuka, ada yang harus kukatakan padamu. Sebenarnya,…”
Kamar Jyuu.
Soraoka meminum teh hitamnya dengan tenang. Tugas mereka sudah selesai dengan sempurna. Untung saja Soraoka membantu Jyuu, berteman dengan anak jenius seperti Soraoka memang menguntungkan.
“Ah, ya! Kejadian dua hari yang lalu, aku melihatnya, loh.” Soraoka kembali menyeruput tehnya.
“Dua hari yang lalu?”
“Sekitar pukul 15.45 di atap sekolah, kau dan Hoshikaze ber…,”
Jyuu langsung menutup mulut Soraoka dengan tangannya. “Jangan dilanjutkan. Aku malu.”
“…, ciuman.”
“Akh~, kenapa malah dilanjutkan.”
Soraoka kembali menyeruput tehnya, “Kenapa kau mau melakukan hal itu pada wanita ular derik seperti dia?”
“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja hal itu terjadi. Rasanya aku jadi malu kalau mengingat hal itu.” Jyuu tersipu malu.
“Sebenarnya, bagimu Hosikaze itu bagaimana?”
“Dia gadis yang ceria, aktif walau kadang menyebalkan sama seperti anak perempuan pada umumnya tapi dia baik. Mungkin karena sejak kecil kami sudah berteman dan kami saling menyayangi jadi kami sangat akrab. Namun, entah sejak kapan rasa sayang ini berubah menjadi cinta. Aku sangat mencintai Karin.”
“Katakan saja perasaanmu padanya.”
“Mana bisa, aku sangat malu mengatakan hal itu.”
“Mau kubantu menggunakan Mind Control?”
“Ah, tidak perlu. Umm, Sora-kun sendiri apa tidak punya seseorang istimewa?”
“Ya, ada.”
“Siapa? Siapa?” Jyuu jadi tak sabar mendengar nama gadis yang dianggap Soraoka istimewa.
“Sir Kaoru.”
GUBRAK!
“Bukan itu yang kumaksud. Tapi, orang yang sangat penting dalam hidupmu dan kau tak mau sampai kehilangan dia!”
“Begitu. Kalau itu…,”
“Ya….????”
“Kau sendiri, Jyuu. Aku sangat menyayangimu dan aku tak mau kehilanganmu.”
BRAK! GUBRAK!!
“Anak perempuan!! Masa kau tidak punya anak perempuan yang disukai?!”
“Umm, tidak ada.”
“Hhh~, kau ini. Ya, sudahlah. Kita ganti topik lain,” Jyuu mengibas-ngibaskan tangannya, “Umm, tadi kau bilang Kak Kaoru itu orang yang istimewa bagimu. Apa alasanya?”
“Itu…,”
Soraoka pun mulai bercerita kepada Jyuu. Ingatannya kembali ke masa silam dua ratus tahun lalu. Waktu itu usia Soraoka seribu empat ratus tahun dan Kaoru berusia dua ribu tiga ratus tahun.
Karena tidak sengaja melewati portal penghubung antara dunia manusia dengan Ellysium, ia terhempas ke dunia manusia dan berubah menjadi anak usia lima tahun. Seketika ingatannya pun menghilang sebagai seorang Angelicus. Kemudian ia diasuh oleh seorang janda muda dan diberi nama Soraoka.
Selama empat tahun ia dirawat oleh janda muda bernama Akio dan diberi kasih sayang serta pendidikan yang layak. Selama empat tahun itu pula Kaoru terus mengawasinya dan berkomunikasi secara rahasia dengan Akio.
Hingga pada suatu hari,
“Kau diam saja disini saja, yah,” ujar Akio pada Soraoka. Ia menyuruhnya agar bersembunyi didalam sebuah lemari. “Jangan mengeluarkan sebuah suara apapun. Kau ingat baik-baik.”
“Kenapa ibu tidak bersembunyi juga?”
“Ada suatu hal yang harus ibu selesaikan. Jangan mengintip.”
Sambil tersenyum hangat ia menutup pintu lemari itu. Suara langkah kaki beberapa orang terdengar memasuki kamar itu dan wanita itu terlihat sedikit ketakutan.
Beberapa orang dari mereka kemudian merebahkan sayap mereka dan warna sayap mereka memiliki warna yang berbeda, hitam dan putih. Dan satu diantaranya mempunyai sayap hitam dikepalanya.
“Akio, dimana kau sembunyikan anak itu?” tanya seorang pria bersayap hitam dikepalanya.
“Dia sudah dibawa pulang oleh Sir Shirokusa ke Ellysium. Kalian pulang saja.”
“Wajahmu tak terlihat jujur, Akio. Aku tanya sekali lagi, dimana kau sembunyikan anak itu.”
“Aku tidak berbohong!”
“Persetan dengan kau! Sekarang matilah kau! Heya~!”
Ruangan itu pun dipenuhi oleh darah. Akio kalah melawan lima Angelordies dan satu Demonicart. Matanya terbuka lebar. Ia sudah terbujur kaku tak bernyawa. Keadaan menjadi hening sesaat.
Keringat dingin mengucur deras melewati keningnya. Perasaan takut menyergap hatinya dan seluruh tubuhnya mulai gemetar. Ibu, aku takut. Tuhan lindungi aku dan ibuku, batinnya.
Dengan kakinya salah satu dari para Angelordies itu disenggol-senggolkan ke kepala Akio. “Sepertinya dia sudah mati. Bagaimana dengan anak bernama Key itu?”
Pimpinan mereka pun membuka mulutnya, “Geledah seisi rumah ini. Akio pasti menyembunyikannya di salah satu ruangan dalam rumah ini.”
“Baik.”
Mereka pun berpencar untuk mencari Key di seluruh bagian rumah Akio. Rumah ini tak terlalu besar jadi tak butuh waktu lama untuk memeriksa seluruh ruangan yang ada.
DUGH!
Kaki Key menghantam dalam pintu lemari. Karena penasaran, Demonicart itu berjalan mendekati lemari tempat Key bersembunyi. Saking takutnya, Key sampai menangis.
KRIET~.
Wajah tanpa dosa Demonicart ia tunjukan pada anak itu. Key menangis tersedu-sedu dan tubuhnya masih gemetar. “Key? Ayo, kita pulang ke Asphodel,” katanya sambil mengulurkan tangannya.
“Pa, paman siapa?”
“Namaku Thorcreamond. Kau mau pulang ‘kan?”
“Bagaimana dengan ibu?”
“Dia sudah meninggal dibunuh oleh Angelicus bernama Shirokusa Kaoru. Maaf, aku tak bisa menyelamatkan ibumu.”
Dengan langkah gontai, Key berjalan keluar dari dalam lemari. Dilihatnya Akio yang sudah terbujur kaku bermandikan darah. Seulas senyum licik tersungging dibibir Thorcreamond. Perlahan ia membuka sarung katana-nya.
SRAT!
Katana itu ia sayatkan ke penggung Key. Darah segar keluar dari luka sayatan katana itu. Key menatap Thorcreamond dengan tatapan tak percaya. “Paman, apa yang paman lakukan?”
“Membunuhmu Myohaku Key. Dengan demikian, Myohaku clan akan benar-benar hancur.”
Key pun roboh dan sudah tak sadarkan diri. Tanpa disadari Thorcreamond, luka di punggung Key perlahan menutup dan darah yang keluar pun perlahan membentuk sebuah tato burung Phoenix.
BATS!
Sayap berwarna putih pun keluar dari punggungnya. Matanya pun langsung terbuka dan ia mulai bangkit. Thorcreamond terlihat sangat terkejut. Ternyata, anak ini juga sama seperti gadis itu, pikir Thorcreamond.
Ia merentangkan tangan kirinya lalu sebuah katana pun muncul dan sudah digenggamnya. Tanpa mengulur waktu ia membuka sarung katananya dan langsung menyerang Thorcreamond. Kedua tubuhnya terbelah terbagi dua dan ia pun berubah menjadi helaian bulu-bulu hitam. Mati tanpa sempat merasa sakit sedikitpun.
Sebuah tekanan cakra yang sangat kuat membuat para Angelordies itu kembali ke ruangan itu. Key membalikan tubuhnya dan seketika itu ia menyerang lima Angelordies. Mereka bernasib sama seperti pemimpinnya. Dari ambang jendela Kaoru melihat Key membunuh para Angelordies dan satu Demonicart itu dengan mudahnya
“Kau sudah puas, Key?” kata Kaoru.
Key menatap tajam Kaoru dan dengan cepat ia menyerang Kaoru. Tapi, Kaoru berhasil menghindar dan memotong sayap sebelah kiri Key. Key mengerang kesakitan dan Kaoru pun melumuri tangannya dengan darah Key. Sebuah tulisan penyegel ia tuliskan di sayap kanan anak itu. Tulisan itu berbunyi, “Seekor Phoenix yang sedang tertidur, apinya takkan bisa membakar apapun. Tetapi, jika seekor Naga yang tertidur, apinya bisa membakar apa saja yang mengganggunya.”
Setelah selesai, perlahan sebuah sayap baru muncul dengan sendirinya. Kemudian sayap itu menghilang dan Key pun tak sadarkan diri. Key pun siuman dan ia sudah pulang kembali ke Ellysium. Kaoru pun memberi tahunya bahwa seluruh keluarganya dibantai oleh lima Angelordies dan satu Demonicart. Myohaku Clan pun akhirnya hancur dan karena Soraoka berada di dunia manusia ia selamat dari pembantaian itu.
Myohaku Clan adalah sebuah klan yang sudah turun-temurun menjaga Bulu Hitam dan pada generasi itu klan mereka hancur oleh para Angelordies. Walau begitu, mereka tak berhasil menemukan itu disembunyikan. Yang mereka dapat hanya kekecewaan yang mendalam dan mereka pun mengejar Soraoka sampai ke dunia manusia.
Sejak kejadian itu, Soraoka berubah menjadi anak yang pendiam dan menutup dirinya untuk bergaul dengan yang lainnya. Tapi, Kaoru selalu menemaniya dan selalu tahu apa yang dirasakan Soraoka. Ia sudah seperti ayah baginya dan juga menjadi sosok yang tak bisa digantikan oleh siapapun. Dan, hanya pada Kaoru saja Soraoka mau mengatakan semua hal yang ia suka, hal yang menarik perhatiannya dan ia sangat terbuka pad pria itu. Ia juga tak mau membuat Kaoru kecewa karenanya.
“Begitu, yah,” kata Jyuu sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Pantas saja waktu itu dia pernah berkata, ‘Sebenarnya, aku bisa saja membunuhmu tapi, ini demi Sir Shirokusa’. Mungkin ia tak mau membuat Kak Kaoru kecewa jika melihatnya membunuhku hanya karena hal sepele.
“Baru kali ini aku bercerita hal ini pada orang lain selain Sir Kaoru. Entah kenapa perasaanku jadi sedikit lega. Terimakasih sudah mau mendengarkan ceritaku.”
“Sora-kun, aku senang kau mulai terbuka pada orang lain. Terimakasih juga kau mau mempercayaiku.”
Senyum hangat Soraoka pun mengembang. Jyuu kaget melihatnya dapat tersenyum seperti itu. Padahal, kalau ia sering tersenyum hangat seperti itu wajahnya jadi terlihat semakin tampan. Soraoka aku ingin melihat ekspresi-ekspresi wajahmu yang lain. Tersenyum dan bukalah hatimu untuk yang lain juga. Sebab, mereka juga ingin melihatmu berwajah ceria dan bahagia. Tidak seperti kau yang sekarang, sangat dingin dan terlihat kesepian.
Kamar Ryuuka,
“Eh? Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu, Hikaru?”
“Bukannya kau dulu pernah bilang akan mengikutiku kemanapun aku pergi.”
“Tapi, itu tiga belas tahun yang lalu dan saat itu kita masih kanak-kanak. Jadi…,”
Hikaru langsung memotong ucapan Ryuuka, “Aku mengerti. Kau benar, itu ‘kan tiga belas tahun yang lalu dan kita masih belum bisa berpikir dewasa. Tapi, aku masih menunggumu sampai tiga hari kedepan.”
Hikaru bangkit dari duduknya dan membalikan tubuhnya. Ryuuka menatap bingung pria itu. Ia tak mengerti kenapa Hikaru bisa berkata seperti itu padanya.
“Hikaru…,”
“Aku harap kau berubah pikiran.”
Hikaru pun pergi meninggalkan Ryuuka dengan hati dipenuhi rasa kesal pada gadis itu. Bodoh benar ia mempercayai janji anak ingusan dan menagih janji itu sekarang. Dasar keledai bodoh aku ini, batin Hikaru.
Waktu menunjukan pukul 18.30, seluruh keluarga baru Amatsuki sedang makan malam. Ditengah heningnya suasana makan malam, Ryuuka tiba-tiba angkat bicara.
“Ibu, aku mau menikah dengan Hikaru.”
Yang lainnya langsung tersedak bersamaan tapi tidak dengan Soroaka. Ia menanggapi dingin pernyataan Ryuuka tadi dan malah melanjutkan makan malamnya.
“Apa kau bilang tadi? Menikah dengan Hikaru?” tanya Minami.
“Apa kakak serius??”
“Miss Amatsuki mau menikah. Hurya~, akhirnya.” Nekomaru girang.
“Kau yakin dengan perkataanmu itu, Ryuuka?” Sumika mengerutkan dahi.
“Ya, aku yakin. Lagipula, jika aku menikah dengannya aku akan pindah ke New York dan menjalankan usaha pastry milik ayah Hikaru,” Ryuuka memaksakan untuk tersenyum, “Jadi, ibu tak usah khawatir.”
BRAK!
Kaoru memukul meja kotatsu. Wajahnya terlihat sangat marah dan tatapannya lebih tajam dari biasannya. “Ryuuka tak boleh menikah dengan Hikaru!!” katanya dengan penuh emosi.
“Memangnya kenapa aku tidak boleh menikah dengan Hikaru?”
Tanpa berkata apapun Kaoru langsung menarik tangan Ryuuka dan menariknya keluar dari dalam kotatsu. Di halaman belakang mereka berdiri saling berhadapan. Sedang yang lain mengintip dari balik pintu.
“Kak Minami, apa mereka akan bertengkar lagi?” tanya Jyuu.
“Entahlah. Tapi, sepertinya yang ini lebih menarik sebelumnya.”
“Kenapa Kak Minami berkata seperti itu.”
“Kau lihat saja nanti.”
Ryuuka mengepalkan kedua tangannya. Kebenciannya semakin menjadi pada Kaoru. Sementara Kaoru dengan tenang berjalan mendekatinya. Tatapan tajam yang tadi ia tunjukan berubah menjadi tatapan penuh arti.
“Ada dua alasan kenapa kau tidak boleh menikah dengan Hikaru,” Kaoru memegang kedua tangan Ryuuka, “Pertama,…”
____________________________________________________________________
by: Amakusa Ryuu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar