Halaman

TRANSLATE

Selasa, 29 Desember 2009

Death Islan chap 6

6. Crystal


Michihiko yang berlari paling belakang tersandung dan terjatuh.
“Aduh...,” Katanya sambil berusaha berdiri lagi. Tanpa sepengetahuannya sebuah bongkahan batu besar jatuh ke bawah tepat Michihiko berada. Yuxellius yang melihat hal itu berbalik dan cepat- cepat menolong Michihiko.
“Michihiko!!” Serunya sambil menggendong Michihiko lalu membawanya berlari menghindar. Dalam keadaan masih menggendong Michihiko, Yuxellius membawanya menaiki tangga menyusul teman-teman mereka yang sudah tiba di atas duluan.
Sesampai di atas, keadaan sudah kembali normal, Yuxellius pun menurunkan Michihiko. Semua anak memandang adegan mereka berdua sambil beredhem.
“Ehm, ehm, sejoli baru neh...,” Goda Ikoni. Michihiko menjadi sebal karena di goda seperti itu, saat ia ingin protes kepada Ikoni, Yuxellius memegang pundaknya dan bertanya kepadanya, ”Kamu gak apa-apakan?”
Michihiko merasa wajahnya menjadi merah padam, sambil mengangguk pelan ia menjawab, ”Iya, Yuxellius...,” Melihat wajah Michihiko memerah Yuxellius kembali bertanya kepadanya, ”Kau sakit? Wajahmu merah seperti itu.”
DEG! Michihiko merasa malu di tanyai seperti itu oleh Yuxellius, ”Aku... a.. Aku... enggak apa-apa kok,” Jawabnya malu-malu. Yuxellius mengangguk mengerti lalu meninggalkannya.
“Ceh.... seneng pasti...,” Duga Aterlinas. Michihiko hanya mengangguk-angguk saja, ia merasa kini ia berada di surga.
“Udah, udah, sekarang....,” Belum selesai Anderla berbicara, tiba-tiba tangga runtuh menjalar dari bawah sampai ke tempat Anderla dkk.
“Tangganya runtuh!!” Seru Akumitsu kembali panik. Belum sempat mereka berlari, tempat pijakan mereka seketika ikut runtuh dan mereka semua masuk ke dalam lubang yang sangat sangat dalam.

Ubeako terbangun saat seseorang tengah menabok-nabok pipinya. Perlahan ia membuka matanya, ”Ehm.... siapa ini...?” Tanyanya, kepalanya terasa seperti berputar-putar.
“Jongos, bangun, woi!!!” Ikoni menabok-nabok kedua pipi Ubeako sampai merah-merah. Ubeako seketika tersadar dan langsung mendorong Ikoni menjauh darinya, ”Ngapain kamu nabok-nabok pipiku!!!” Serunya marah.
“Heh, kamu itu molor myulu!! Bentar lagi Momo itu mau masak kita jadi makan malamnya dan para hantu-hantunya tau!!” Jawab Ikoni dengan nada tinggi.
“Alah, ngibul!!” Ubeako tidak percaya.
“Ngibul katamu?! Oke, coba lihat di sana!!” Ikoni menarik lengan Ubeako dan menyeretnya ke pagar sel mereka, “Lihatlah di sana jika kau masih berkata ‘ngibul’!” Ubeako terperangah, di luar sel mereka, beribu-ribu hantu mengantri mengambil makan malam mereka. Rannish, Iruyo, Vicky, Aterlinas, Peleasha, Inotsuka, Angelyna, dan Eivva di pekerjakan sebagai koki para hantu itu. Selagi para hantu mengantri, mereka ber-8 membuat kuah sup untuk makan malam mereka. Deycot, Ritch, Tyson, dan Akumitsu dipaksa untuk menjadi pelayan para hantu yang membutuhkan bantuan. Sedangkan sisanya, Momo masukkan ke dalam sel untuk di makan nantinya. Termasuk Ikoni dan Ubeako saat ini.
“Mereka memasak sup untuk apa?” Tanya Ubeako sambil garuk- garuk kepala tidak mengerti.
“Mereka masak sup buat penyedap masakan daging kita, puas!!” Jawab Ikoni ketus. Ubeako menarik sebelah alisnya, lalu ia tertawa- tawa seperti orgil lagi.
“Ha... ha... ha... ini pasti hanya ilusi, kita udah pulangkan? Aku tau, kita, kita sedang maen filmkan? Judulnya ‘Hilang di Pulau Aneh’, benarkan?” Ikoni menjauh dari Ubeako, anak ini benar- benar jadi orgil, Batinnya.
“Ha... ha... ha... aku artis, aku artis, aku tokoh utama tercantik, ha... ha... ha..., tercantik, teranggun, wajahku cantik, he... he...,” Ubeako berjalan mondar-mandir tidak tentu arah, sebentar-bentar ia tertawa sambil membanggakan dirinya, tetapi terkadang ia menangis, terkadang lagi ia bicara sendiri, sampai pada akhirnya ia....., BRUK!! Terjatuh tidak sadarkan diri. Ikoni berjalan perlahan mendekatinya, ”Kasian, kuharap dia hanya bercanda dan enggak jadi orgil beneran,” Do’a Ikoni.

Dan tidak lama kemudian, kuah sup sudah jadi, Momo langsung memerintahkan para zombie dan drakulanya untuk membawa semua anak termasuk Rannish dkk ke hadapannya. Setelah itu, mereka semua di masukkan ke dalam kuali super besar yang kira-kira muat untuk menampung 40 orang lebih, disusul oleh siraman kuah sup yang masih mendidih.
BYUR!! “PANAS!!!” Teriak mereka. Momo terkekeh-kekeh melihat mereka kepanasan dan berlari berhamburan kesana-sini.
“Selamat tinggal anak-anak sialan!,” Ucapnya sambil pergi meninggalakan mereka semua.
“Kita harus keluar dari kuali ini,” Kata Peleasha.
“Itu mah aku juga udah tau. Tapi masalahnya sekarang adalah, gimana caranya kita keluar dari kuali ini tanpa sepengetahuan mereka!” Balas Angelyna.
“Para hantu ini terlalu banyak, sangat berisiko kalo kita melawan mereka,” Sambung Iverla.
“Di tambah lagi si Ubeako gila sekarang,” Semua anak memandangnya, Ubeako berenang- renang seperti seekor bebek sambil sesekali berteriak,” Kwek! Kwek! Kwek! Aku bebek panggang siap saji!”
“Ini adalah hiburan terakhir yang bisa kutonton,” Kata Isabella sambil geleng-geleng kepala. Nakumano tiba-tiba mendapat ide, di keluarkannya buku tua miliknya dari dalam jaketnya (sebelum di masukkan ke kuali Nakumano sudah menyembunyikannya duluan ke dalam jaketnya). Dipandangnya Momo sambil tersenyum licik,” Hanya ini satu-satunya cara,” Gumamnya.
“Hey, Momo!!” Panggilnya. Momo menoleh ke tempat Nakumano. “Apakah kau tau kalau dulu Ayahmu menikah dengan seorang Ratu Hantu?” Tanya Nakumano berusaha memancing Momo. Momo terkejut mendengar pertanyaan Nakumano, dari mana anak ini tahu? Saat Momo diam dan lengah, Nakumano cepat-cepat memanfaatkan situasi ini untuk membisikkan rencananya pada yang lainnya. Setelah semua anak tau, ia kembali memandang Momo yang masih diam.
“Bagaimana Momo? Apakah kau tau tentang hal itu?” Tanyanya lagi.
“Ten, tentu saja aku ta, tahu...,” Jawab Momo sedikit gelagapan, ”Dari mana kau tahu tentang itu?” Tanya Momo.
“Hmm... rahasia!” Jawab Nakumano santai.
“Kumohon, beri tahu aku, kau mengetahui hal itu darimana?” Momo berusaha memaksa Nakumano.
“Baiklah, akan kuberi tahu,” Nakumano mengeluarkan buku tuanya, ”Ini yang membuatku tahu, Momo.” Momo terkejut,” Itukan... buku harian nenek....,” Gumamnya tidak percaya.
“Ternyata benar, anak ini menemukan buku harian nenek yang juga kelemahanku, padahal sudah kusembunyikan di gudang yang banyak bukunya itu!”
“Dimana kau menemukannya?” Tanya Momo lagi.
“Di perpus Kotogakkoen Senior High School,” Jawab Nakumano tenang-tenang saja. Momo mendadak memiliki keinginan untuk merebut buku itu dari tangan Nakumano.
“Nakumano, serahkan buku itu, sekarang!” Katanya dengan nada memaksa.
“Maaf, buku dari perpustakaan Kotogakkoen Senior High School tidak boleh di pinjam- pinjamkan ke orang yang bukan termasuk anggota atau pun murid di Kotogakkoen Senior High School,” Tolak Nakumano. Momo menjadi geram,” Serahkan buku itu, atau api di kualimu pisau lipatkkan suhunya!!” Nakumano tidak mendengarkannya dan pura- pura cuek.
“Grh... kau...,” Momo berusaha menahan emosinya, ia mencoba untuk mencari jalan lainnya,” Baiklah, aku akan membebaskanmu bila kau serahkan buku harian milik nenekku itu,” Tawar Momo dengan nada mengharap. Nakumano berpikir sejenak, kemudian ia berkata, ”Oke aku setuju!” Momo tersenyum penuh kemenangan, di keluarkannya Nakumano dari dalam kuali,” Sekarang, serahkan buku itu,” Momo menagih perjanjiannya.
“Ini,” Nakumano melemparkan buku tua itu ke Momo dan Momo dengan semangat langsung menagkapnya.
“Nakumano begok, kenapa dia malah menyerahkan buku tua yang sangat penting itu!!!” Omel Katheleen.
“Kalo gak ada buku itu gimana caranya agar kita bisa keluar dari pulau mengerikan ini!!” Denada ikut menimpali. Nakumano berjalan keluar dari ruangan sambil terseyum penuh kemenangan, ”Berhasil, sekarang tinggal mencari obor,” Gumamnya.

Sepeniggal Nakumano, Momo menunggu kuah sup mendidih sambil membolak-balik isi buku tua itu. Seharusnya ada di sekitar sini, Batinnya sambil terus membolak balik halaman buku tua itu. Sampai halaman terakhir Momo mencari, ternyata benda yang di carinya itu tidak ada. Dan seketika ia tahu kalau ternyata ia di bodohi dan di tipu oleh Nakumano.
“Sialan, aku sudah di tipu olehnya!!” Geramnya seraya membuang buku tua itu, ”Ternyata, benda itu ada di tangannya, dan pasti sekarang ia sedang mencari obor suci!!” Kemudian, Momo memerintahkan semua hantu-hantunya yang saat ini sedang mengantri menunggu makan malam mereka untuk menangkap Nakumano secepat mungkin.
“Temukan, dan bunuh dia!!! Bunuh sampai tidak ada satu anggota pun tubuh nya yang tersisa!!!” Perintahnya. Semua hantunya menurut lalu berpencar ke seluruh penjuru kastil. Dia pasti masih ada di dalam kastil ini, karena obor suci hanya berada di dalam kastil!

Akumitsu dkk memanfaatkan situasi ini untuk keluar dari dalam kuali. Tanpa penjaga di sekeliling mereka, akhirnya mereka dapat keluar tanpa sepengetahuan siapa pun termasuk Momo. Kini Momo dan para hantunya sibuk mencari Nakumano, sampai-sampai mereka semua melupakan Akumitsu dkk yang juga mencari obor suci.

Nakumano mengikuti instruksi dari sebuah kristal yang di pegangnya untuk mencari obor suci itu. Kristal itulah benda yang tadi di cari-cari oleh Momo di dalam buku harian milik neneknya. Didalam kristal itu terdapat jiwa Ibunya, Sang Ratu Hantu. Kalau jiwa Sang Ratu Hantu di bakar dengan obor suci, maka kekuatan dan kekuasaan milik Momo akan menghilang untuk selamanya, termasuk jam pasir yang di gunakan Momo untuk mengacaukan waktu di sekitar pulau Kematian.
Momo adalah pewaris langsung dari Sang Ratu Hantu jadi kekuatannya dan kekuatan Momo menjadi satu di dalam kristal Nakumano. Kristal itu dapat mendeteksi keberadaan obor suci. Jika cahaya dari kristal itu menyala, berarti menunjukan arah dan tempat obor suci berada sekarang.
Kristal itu menuntun Nakumano menuruni sebuah tangga menuju ruang bawah tanah. Dan ketika sampai, Nakumano terkejut saat melihat obor suci berada jauh di depannya, menyeberangi sebuah jurang yang sangat dalam. Hanya satu jalan untuk sampai di tempat obor suci, yaitu melewati sebuah jembatan gantung yang sudah rapuh dan sangat tua. Kalau Nakumano kesana, tidak sampai di tengah jembatan gantung itu pasti sudah roboh.
“Kalau kayak gini sih, yang bisa melakukannya kemungkinana Isabella, Alex, Algernoon, Derry, atau enggak Neystle yang beratnya enteng-enteng,” Gumam nya sedikit kecewa.

Sementara itu, Akumitsu dkk mengikuti jejak Nakumano yang tertinggal di sepanjang dinding kastil menuju ruang bawah tanah. Tidak heran, karena sebelumnya Nakumano sudah meninggalkan jejak untuk teman-temannya dengan cara menyemprotkan cat semprot di permukaan dinding kastil bergambar anak panah yang menunjukkan arah tujuannya.
Tetapi baru di tengah jalan, mereka di hadang oleh sekumpulan suster ngesot. “Kenapa suster- suster ini bisa ada di sini?” Gumam Rannish heran.
“Tidak perduli mau ngesot kek, mau ngepot kek, mau ngeret kek, mau nungging kek, yang penting, terobos!!!” Kata Ritch sambil berlari menerobos para suster ngepot, eh salah suster ngesot itu.
“Ritch tunggu!! Jangan sembarang menorobos!!!” Tyson berusaha mencegahnya, tetapi terlambat, Ritch sudah sampai di kerumunan suster ngesot itu, dan sesuatu yang aneh terjadi, tubuh Ritch perlahan tenggelam di tengah kerumunan suster ngesot itu!!
“Tolong, teman-teman!!!” Mintanya untuk yang terakhir kalinya, setelah itu Ritch mengilang tenggelam dari hadapan mereka.
“Ritch tidak!!!” Asilly ikut menyusul Ritch dan akibatnya ia juga menghilang di tengah kerumunan suster ngesot itu.
“Ini tidak bisa di biarkan!!” Tukas Tyson geram.
“Sekarang kita harus gimana?” Tanya Peleasha bingung.
“Kalo menerobos terlalu berbahaya,” Kata Achouni sambil geleng-geleng kepala.
“Terkadang kita memang harus mengorbankan apa yang kita sayangi untuk menyelamtakan sesuatu yang lebih penting, kalo hanya sekedar membiarkan 2-3 orang menghilang gak apa-apakan?” Ujar Zeakicha sambil ikut berlari menerobos kerumunan suster ngesot itu.
“Zeakicha tunggu!!!” Michihiko berlari menuyusulnya. Melihat Michihiko menyusul Zeakicha, Yosumuke dan Yuxellius ikut mengejarnya juga.
“MICHIHIKO JANGAN KESANA!!!” Yosumuke dan Yuxellius berkata bersamaan begitu pula saat mereka sama-sama menerobos para suster ngesot itu.

Semua anak melihat kepergian mereka ber-4 dengan pandangan penuh rasa kekaguman, ”Berani sekali,” Gumam Denada. “Ayo kita ikut masuk juga!!!” Imiko pun akhirnya berlari ikut menerobos para suster ngesot itu.
“Baiklah, ayo Harrifa!!! Nanti kita di bilang pengecut lagi!!!” Tiasle juga ikut menerobosnya.
“Ya!!” Harrifa mengikutinya di belakang. Kemudian, satu persatu anak- anak yang lain ikut menerobos masuk. Walau pun mati, mereka tidak perduli, yang penting mereka tidak mati konyol.
“Tolong!!!” Denada menghilang di kerumunana suster ngesot itu.
“Waa!! Aku terhisap!!!” Derry juga ikut menghilang. Dan sedikit demi sedikit, jumlah mereka berkurang.

Setelah susah payah keluar dari kerumunana suster ngesot tersebut, anak- anak yang selamat berhenti sejenak untuk mengambil napas sebentar. Anak- anak yang menghilang di kerumunan suster ngesot itu antar lain, Ritch, Asilly, Denada, Derry, Isabella, Algernoon, Iruyo, Angelyna, Ikoni, Vicky dan Deycot. “Mereka sudah berjuang dengan baik,” Kata Inotsuka sambil memandang kerumunan suster ngesot itu.
Ezhira- Shui menepuk pundak Inotsuka sambil berkata, ”Sudahlah, sekarang kita harus menyusul Nakumano dulu.” Inotsuka mengangguk mengerti.
“Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan kita!!” Ajak Tyson. Semua anak setuju lalu kembali mengikuti jejak Nakumano.

Sementara itu, saat Nakumano sedang berusaha mencari jalan lain untuk mencapai seberang, tiba-tiba ia di kejutkan oleh tawa seorang anak kecil.
“Tawa ini.... Momo!!!” Katanya sambil berusaha mencari sosok Momo. Dan pada akhirnya ia berhasil menemukan sosok yang di carinya itu. Ia melihat Momo sedang berdiri di depan sebuah pintu sambil tertawa-tawa. “Kemarilah kalau kau berani,” Tantangnya sambil masuk ke dalam ruangan di balik pintu itu.
“Tunggu dulu Momo!!” Cepat-cepat ia menyembunyikan kristalnya di dalam sakunya lalu ia berlari menyusul Momo. Ketika sampai di tempat Momo, ia terkejut saat melihat sebuah tangki besar yang berlapis kaca tebal di depannya. Didalam tangki besar itu, ia melihat ke-11 temannya yang tadi menghilang di kerumunan suster ngesot tersebut.
“Ritch, Asilly, Denada, Derry, Isabella, Algernoon, Iruyo, Angelyna, Ikoni, Vicky, Deycot,” Gumamnya sambil bergantian memandang wajah teman-temannya yang saat ini sedang tidak berdaya. Momo tertawa- tawa penuh kemenangan dari atas tangki itu dan Nakumano menoleh cepat ke arahnya.
“Keluarkan mereka dari dalam tangki itu, Momo!!” Minta Nakumano tegas.
“Bagaimana ya? Rasanya aku keberatan,” Tolak Momo sambil tersenyum licik.
“Apa yang kau rencanakan?”
“Aku tidak merencanakan apa-apa,” Momo berhenti sebentar lalu menekan tombol yang ada di sebelahnya, ”Aku hanya ingin melihat teman-temanmu mati tenggelam, ” Lanjutnya di sertai dengan seringai yang sangat menyeramkan.
“Apa..?” Nakumano menoleh ke tangki tadi, dan ia melihat air deras menyembur dari setiap lubang yang ada di dalam tangki itu. Setiap lubang di pasangi oleh selang raksasa yang mengalirkan air dari laut. Seketika air itu sudah setinggi perut Ritch dan hanya dalam hitungan menit, ke-11 temannya itu akan berakhir.
“Hentikan Momo!!!” Nakumano mulai kesal.
“Aku akan mengehentikannya, asal kau mau menyerahkan kristal milikku sekarang, atau kau lebih suka ke-11 temanmu ini MATI!!” Tawarnya. Nakumano terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Ia tidak ingin teman-temannya mati, tetapi ia juga tidak ingin melihat teman- temannya kecewa padanya.
“Baiklah...,” Katanya akhirnya, ”aku setuju,” dikeluarkannya kristal itu dari dalam sakunya.
Momo tertawa-tawa keras karena berhasil. Nakumano memandang Momo sebentar, kemudian ia mengalihkan pandangannya lagi ke dalam tangki besar itu. Seketika muncul ide yang mungkin mustahil terjadi, tetapi mungkin saja dapat menolong teman-temannya.

Dan pada saat itu juga, Akumitsu dan yang lainnya baru tiba di depan jembatan gantung yang tadi. Dan seketika mereka juga melihat obor suci itu berada di seberang mereka.
“Jembatan itu terlalu berbahaya, sangat berisiko kalo kita memaksakan diri menyeberanginya,” Kata Peleasha dengan nada serius.
“Ada jalan lain enggak?” Tanya Aterlinas.
“Enggak,” Jawabnya singkat. Yosumuke tengok kanan-kiri, dan ia melihat pintu tempat Momo dan Nakumano berada sekarang, tetapi ia tidak menghiraukannya, ia berpikir kalau pintu itu hanya sebuah hiasan untuk mengecohnya. Neystel memberanikan dirinya menyeberangi jembatan itu. KRASH!! Baru menjejakkan kaki kanannya di atas jembatan gantung itu, papan kayu yang di pijaknya itu seketika patah dan jatuh masuk ke jurang. Neystle menghela napas lega karena cepat menyadarinya, kalau tidak habislah sudah.
“Neystle, hati- hati,” Pesan Eivva. Neystle mengangguk mengerti lalu kembali melangkahkan kakinya lagi di atas jembatan gantung itu. Sampai di tengah jembatan, belum terjadi apa-apa. Anak-anak yang lain merasa lega dengan hal itu.” Sedikit lagi, aku pasti sampai!” Neystle menguatkan hatinya. Tetapi tidak lama, sekumpulan kuntilanak datang menyerbunya.
“UWAA!!” Ia berteriak ketakutan. Beberapa kuntilanak menggoyang-goyangkan jembatan gantung itu, ada juga yang mengganggu Neystle dan mendorong-dorong tubuhnya.
“Hei, hentikan, cepat pergi sana!!!” Neystle berusaha mengusir mereka, tapi sayangnya para kuntilanak itu malah semakin senang mengganggu Neystle.
“TIDAK!!!” Jeritnya setengah putus asa.

“Bagaimana Nakumano? Serahkan kristal itu sekarang, dan akan kukosongkan tangki ini sekaligus kubebaskan teman- temanmu,” Kata Momo. Nakumano mengangguk mengerti lalu mengambil ancang-ancang untuk melemparkan kristalnya ke Momo.
“Ini kristalmu!!!!” Katanya sambil melemparkan kristal itu. Momo menunggu kedatangn kristalnya dengan senang hati. Tetapi rupanya kristal itu tidak mengarah ke Momo justru mengarah ke dinding tangki yang terbuat dari kaca tebal. “APA?!” Pekik Momo tidak percaya.
CRAKK!! Kristal itu tertancap di dinding kaca tangki, dan Momo tersenyum lega, ”Ha... ha... ha... hanya dengan kristal itu kau tidak akan bisa memecahkan dinding kaca tangkiku yang sangat tebal!!” Nakumano terdiam, tetapi kemudian dia juga tersenyum, ”Siapa bilang?” Telunjuknya mengarah ke kristal yang tertancap.
Momo menghentikan tawanya,” Apa maksudmu?”
“Coba lihat baik- baik,” Momo terkejut sekaligus terperangah, dinding tangkinya retak- retak dan retakannya itu semakin membesar bahkan semakin membanyak. Ditambah lagi air mulai bocor dari retakan- retakan yang membesar. Dan pada akhirnya dinding kaca tangki itu pecah dan air menyembur keluar dari dalam tangki. “TTIIDDAAKK!!!” Jerit Momo.

Diluar, Akumitsu dkk mendengar kaca dinding itu pecah. Bahkan air-air dalam tangki itu juga sampai menyebar ke luar ruangan.
“Nakumano pasti ada di sana!!” Kata Peleasha yakin.
“Ayo kita ke sana!!” Ajak Vicky. Para kuntilanak yang mengganggu Neystel pun ikut melihat ke dalam ruangan itu. Kini Neystle aman, ia tidak mendapatkan gangguan lagi dan dapat melanjutkan jalannya ke seberang.

“NAKUMANO!!!” Akumitsu dan yang lain-lainnya mencari Nakumano yang sudah tidak tampak lagi sosoknya. Air menggenang di dalam ruangan, Peleasha, Aterlinas, Vicky, Imiko, Tiasle, Iverla, dan Katheleen membantu teman-teman mereka yang tadi di tenggelmkan oleh Momo di dalam tangki.
“Uhuk! Uhuk!” Angelyna baru sadar, dan perlahan-lahan ke-10 temannya yang lain ikut sadar juga. Tyson dan Anderla menemukan kristal milik Nakumano, tetapi mereka tidak tahu kalau kristal itu miliknya.
“Hey, kami menemukan kristal berwarna ungu!!!” Panggil Anderla. Semua anak mendekat ke arahnya.
“Kristal punya siapa ini?” Tanya Yuxellius.
“Mana kutahu,” Jawab Tyson sambil geleng- geleng kepala.
“Mungkin punya Nakumano,” Sahut Takumo.
“Mungkin aja.”
“Kristal itu bukan milikku!!” Tiba- tiba Nakumano muncul di belakang mereka. Semua anak menoleh ke arahnya. “So, punya siapa?” Kali ini Imiko yang bertanya.
“Kristal itu milik Momo dan kita harus membakarnya dengan obor suci!” Jelas Nakumano seraya berbalik dan berjalan keluar ruangan. Teman- teman yang lain mengikutinya sambil setengah berlari. Sesampai kembali di depan jembatan, mereka semua melihat Neystle sudah berhasil sampai di seberang.
“NEYSTLE!!!” Panggil mereka semua. Neystle menoleh ke arah mereka dan melembai- lambaikan tangannya kepada mereka. Setelah ia berhasil mendapatkan obor suci, ia berjalan melewati jembatan gantung itu lagi.
“Ayo sedikit lagi Neystle, kau pasti bisa!!” Kata Anderla yakin.
“Pasti bisa!!” Akumitsu ikut mendukungnya.
“Ayo Neystle!!!” Neystle menjadi semangat karena di beri dukungan seperti itu, ia pun mempercepat langkahnya. Tetapi semua ternyata tidak berjalan lancar seperti yang di harapkan, Momo muncul dari seberang jembatan membawa sebuah pedang. Seketika mereka semua terkejut dan berpikiran bahwa Momo pasti berniat memotong tali jembatan gantung itu. Neystle menjadi panik, maka ia pun mencoba untuk sedikit berlari, tetapi susah, selangkah saja jembatan sudah bergoyang-goyang seperti akan jatuh, apa lagi kalau berlari. Momo menyeringai menyeramkan lalu menebas putus tali jembatan gantung. Jembatan terhuyung, begitu pula dengan Neystle. Momo menebas tali yang satu nya lagi, dan kali ini jembatang benar- benar jatuh.
“NEYSTLE!!!”
“AKU TIDAK AKAN MATI KONYOL SEPERTI INI!!!” Neystle berpegangan pada jembatan dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya membawa obor suci itu. BRAK! Jembatan menghantam dinding jurang masih dengan keadaan tergantung separuh, Nestle menghembuskan napas lega, begitu juga dengan teman-temannya. Momo membuang pedangnya, kesal karena lagi-lagi gagal membunuh. Neystle berusaha memanjat jembatan walau pun dengan satu tangan.
“Neystle, ayo!!” Teman-temannya kembali memberikannya dukungan.
“Tunggu aku ya, teman-teman. Sebentar lagi sampai kok,” Katanya. Momo tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi, secepat angin ia terbang mendekati Neystle dan merebut paksa obor suci itu dari tangannya.
“APA YANG KAU LAKUKAN ANAK KECIL!!!” Jiwa preman Neystle bangkit.
“MEREBUT OBOR INI!! LAGIAN KAMUKAN JUGA MASIH KECIL!!!!” Balas Momo tidak kalah jiwa premannya. Momo terbang melewati mereka semua sambil tertawa-tawa bangga.
“Tidak akan kubiarkan kau kabur!!!” Tyson mengejarnya, kemudian Anderla dan yang lainnya juga ikut mengejar Momo. Neystle yang baru sampai di atas, juga ikut mengejarnya.

Mereka mengejar Momo sampai ke atap kastil. Dan setiba di atap kastil, Momo pun berhenti terbang dan mendarat. Semua anak memandangnya heran. Momo berbalik lalu tersenyum kepada mereka.
“Kalian hebat,” Katanya tiba-tiba,” Sampai saat ini belum pernah ada satu orang pun yang membuatku kewalahan, tetapi kalian walau pun bukanlah orang berpengalaman atau pun professional, kalian bisa membuatku seperti ini.”
“Apa maksudmu?” Zeakicha memberanikan dirinya bertanya.
“Aku ingin tahu, sebenarnya apa yang membuat kalian bisa seperti ini?” Tanya Momo tanpa menjawab pertanyaan Zeakicha terlebih dahulu.
“Kerja sama,” Jawab Yuxellius mewakili yang lain.
“Itu benar,” Anderla ikut menimpali.
“Kerja sama ya, benar juga. Sebanyak apa pun dulu orang yang datang ke pulau ini, semuanya gagal dan tewas karena tidak memiliki kerja sama. Saat pertama datang, mereka terlihat kompak, tetapi setelah melihat harta mereka saling berebut bahkan sampai saling membunuh,” Ujar Momo.
“Sebenarnya aku tidak ingin membunuh kalian, tetapi berhubung hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 298, makanya aku ingin merayakannya dengan membunuh kalian sebagai pelengkap jumlah orang yang sudah kubunuh dalam satu tahun ini. Berhubung jumlah kalian pas melengkapi 298 orang, jadinya aku akan membunuh kalian malam ini juga!!!” Katanya sambil mengayunkan sebelah tangannya. Dan yang terjadi adalah, semua anak melayang ke tempat mesin pemenggal kepala yang dulu di gunakan oleh para pasukan Belanda untuk menghukum mati Ayahnya dulu.
Mesin pemenggal itu bergerak sendiri seolah-olah di gerakkan oleh kekuatan mistis. Leher mereka semua terpasang tepat di atas papan penyangga. Sedangkan pisau raksasa yang akan memisahkan kepala dengan badan mereka, naik ke atas siap untuk di luncurkan ke bawah.
“Aku dulu sering nonton orang yang memasung kepala manusia, tetapi aku tidak menyangka kalau hal itu akan terjadi padaku...,” Gumama Angelyna.
“Apa tidak ada yang bisa kita lakukan?” Tanya Akumitsu kepada teman- temannya.
“Kurasa tidak,” Jawab Algernoon. Momo menggerakkan lagi tangannya, dan seketika kristal yang kini di bawa oleh Tyson melayang keluar dari kantong celananya dan kembali ke tangan Momo.
“Sekarang berisaplah, ”Katanya. Obornya ia letakkan di tempat pemasang obor, sedangkan kristalnya ia bawa. Setelah itu, kedua tangannya di angkat.
“Aku belum mau mati..,” Michihiko merengek-rengek sampai menangis. Kini semuanya sudah putus asa dan pasrah akan mati. Momo tersenyum kemudian berkata,” Selamat tinggal,” Kedua tangannya di hempaskan ke bawah dan seketika pisau besar itu jatuh mengarah tepat di leher mereka semua.
“TIDAAKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!
!!!”


To Be continued..




Tidak ada komentar: