Halaman

TRANSLATE

Selasa, 29 Desember 2009

Death Islan Last Chapter...

7. This Is The End.....


BRUAK!! Tiba-tiba Yirobig dan Deycot mengahancurkan penyangga leher itu dengan kekuatan mereka yang sangat kuat, dan menahan pisau besar itu dengan kedua tangan mereka.
“Cepat lari,” Kata Deycot teratih-atih, ”Kami tidak bisa menahannya terlalu lama...,” Tangan mereka berdua mengeluarkan darah yang sangat banyak karena tersayat ujung pisau yang sangat tajam.
“CEPAT!!!!” Mereka semua tidak memiliki pilihan, dengan susah payah mereka menghancurkan juga papan penyangga leher mereka dan berlari menjauh. Melihat semua temannya sudah menyelamatkan diri, Yirobig dan Deycot pun melepas pegangan mereka dan pisau menghantam papan penyangga yang sudah kosong.
“Aduh....,” Yirobig merintih kesakitan karena kedua telapak tangannya sobek dan mengeluarkan banyak darah, begitu pula dengan Deycot. Cepat-cepat Imiko, Tiasle, Ezhira-Shui, dan Nakumano melakukan pertolongan pertama pada tangan mereka berdua dengan bahan seadanya. Momo memandang mereka dari jauh dengan geram, baru kali ini ia gagal membunuh berulang kali.
Achouni dan Harrifa melihat obor suci terpajang di pemasang obor, jaraknya dengan mereka berdua tidaklah terlalu jauh. Tanpa sepengetahuan Momo mereka berdua mendekat ke obor itu. Tetapi tetap saja, ujung-ujungnya Momo pasti mengetahui hal itu dan dengan sekali serangan, ia sanggup membuat Achouni dan Harrifa mental 6 meter ke belakang.
“Kuambil ini, Momo,” Kata Nakumano tiba-tiba sambil mengambil kristalnya dari genggaman Momo. Momo terkejut dan menggerakkan lengannya lagi. Tetapi karena terkejut, bukannya Nakumano yang mental justu kristalnya yang mental ke Angelyna.
“ANGELYNA TANGKAP KRISTALNYA!!!!” Seru Nakumano. Angelyna tersentak kaget dan menjadi gelagapan, ”Kristal? Kristal yang mana?” PLETAK! Kristal itu jatuh tepat mengenai kepalanya.
“Aduh...,” Sambil mengelus-elus kepalanya Angelyna merunduk mengambil kristal yang barusan mengenai kepalanya itu. Momo terbang ke tempat Angelyna dengan nafsu membunuh yang begitu besar. Kelima kukunya yang semula pendek tiba-tiba memanjang.
“Kubunuh kau!!!” Serunya seraya mengayunkan kukunya yang panjang-panjang dan tajam itu ke arah Angelyna.
“KYAA!!” Angelyna terkena serangan Momo, tetapi tidak terbunuh, hanya terluka saja, cepat-cepat ia mengoper kristal itu ke Katheleen. Momo pun berbelok arah ke Katheleen. Tidak sampai 10 detik ia memegang kristal ungu itu, Momo juga sudah menyerangnya.
“ADUH!!!” Tanpa sadar Katheleen melontarkan kristal itu ke sembarang arah. Dan kali ini Iverla yang menangkapnya.
“Dapat!!” Katanya girang, sebelum Momo melakukan hal yang samanya, persis dengan yang dialami oleh Angelyna dan Katheleen. Setelah terkena serangan Momo, Iverla gantian melempar kristal itu kepada Michihiko. Dan ketika Momo hendak menyerangnya, Yuxellius menghalanginya dan akibatnya Yuxellius yang terkena serangan Momo.
“Yuxellius, tidak!!!” Jerit Michihiko penuh rasa penyesalan, di lemparnya kristal itu ke Ikoni. Dan, Momo pun menyerang Ikoni. Hal itu terus terjadi, oper-operan kristal dan Momo melukai setiap anak yang baru saja memegang kristalnya. Nakumano melihat obor suci dan kemudian terencana sesuatu dikepalanya.
“Peleasha!!!” Panggil Nakumano. Peleasha menoleh ke arahnya dan berjalan mendekat padanya.
“Ada apa?” Tanya Peleasha.
“Kau lihat obor suci itu?”
“Yeah.”
“Sekarang kau ambil, dan acungkan ke atas. Saat nanti kulemparkan kristal Momo kepadamu, kau tangkap kristal itu dengan obor suci itu, kau mengertikan?” Peleasha mengangguk paham.
“Baguslah, seka...,” Belum selesai Nakumano berbicara seseorang memanggilnya dari kejauhan.
“NAKUMANO!!!” Ternyata Ritch yang memanggilnya.
“Ada apa?!” Nakumano bertanya dengan sedikit berteriak.
“Akan kulemparkan kristalnya padamu!!!” Jeritnya. Nakumano menoleh ke arah lain, di lihatnya Momo sedang terbang ke tempat Ritch. Cepat-cepat Nakumano mengambil sebuah potongan besi dan menganggapnya sebagai pemukul baseball. “Kulemparkan sekarang!!!” Ritch kemudian melempar kristal itu, dan di saat bersamaan Momo menyerangnya.
“AAAA” Ritch menjerit kesakitan. Kristal itu melayang ke tempat Nakumano.
“Harus berhasil, pukulanku harus kena!!!” Serunya sambil mengayunkan potongan besi di tangannya. “HARUS KENA!!!!” TANG!!! Potongan besi Nakumano berhasil mengenai kristal itu. Dan kristal itu pun melayang tepat ke arah Peleasha yang sedang membawa obor sucinya.
“Peleasha, tangkap kristalnya!!!” Nakumano berusaha mengingatkannya.
“Ah, iya, ya,” Peleasha mempaskan tempat kejatuhan kristal dengan kobaran api obor suci. Momo tersadar akan hal itu dan menjadi panik. Dia bingung harus menyerang siapa, Nakumano yang merencanakan hal ini, atau Peleasha yang tidak pernah membuatnya kerepotan tetapi justru akan membunuhnya.
“Lebih baik dia saja!!” Momo langsung mengarahkan serangan terakhirnya pada Nakumano. Nakumano terkejut dan tidak bisa berbuat apa-apa. “Kalau saja kau kubunuh lebih awal, hal seperti ini pasti tidak akan terjadi!!!” Nakumano sudah pasrah, tetapi, sudah lebih dari 3 menit ia tidak merasakan serangan dari Momo, perlahan ia membuka matanya. Dan ternyata Momo tidak bergerak, ia justru berkali-kali mengerang kesakitan. Nakumano menoleh ke tempat Peleasha, ia melihat kristal itu tengah terbakar di atas kobaran api dari obor suci.
“Berhasil, Nakumano kita berhasil!!” Sorak Peleasha girang. Tetapi karena terlalu girang, Peleasha tidak menyadari kalau ia ternyata berada di ujung atap kastil. Tanpa sengaja ia tersandung dan ia terjatuh dari atas kastil, Nakumano terkejut dan buru-buru berlari ke arahnya. “To, tolong!!!” Seru Peleasha. Obor suci di tangannya terlepas, sedangkan kristalnya terjatuh entah kemana. GRAP! Nakumano berhasil menangkap tangan kanan Peleasha. Anak-anak yang lain berjalan teratih-atih karena terkena serangan Momo. Mereka semua mengerumuni Nakumano dan membantunya menolong Peleasha.
Setelah naik kembali dengan susah payah, Peleasha akhirnya dapat bernapas dengan lega lagi. Tetapi karena kristalnya tidak terbakar sekeluruhan, hanya separuhnya saja, Momo masih tetap hidup. Mereka semua kini mengerumuni Momo yang sudah tidak percaya.
“Kh..kha..li..an...,” Momo berusaha berbicara walau pun suaranya seperti orang sekarat (memang sekarat), ”Thi..dak..akan.. bi...sa...mem.bunuh..ku, tanpa..kris..tal..khu...”S
emuanya terdiam, mereka tahu kalau perkataan Momo benar, apa pun usaha mereka kini, pasti tidak akan bisa memusnahkan Momo.
“Siapa bilang, kau tidak bisa di bunuh, Momo...,” Kata Nakumano tiba-tiba. Semua anak termasuk Momo menoleh kepadanya dengan seribu pertanyaan. Nakumano mengehela napas sebentar lalu melanjutkan perkataannya lagi, ”... kau bisa di bunuh, dengan ini.” Nakumano mengangkat obor suci yang sebelumnya di jatuhkan oleh Momo.
“Bagaimana caranya membunuh tanpa kristal?” Tanya Tiasle tidak mengerti.
“Lihatlah, sebentar lagi.” Jawaban Nakumano justru membuat mereka semua makin tidak mengerti.
“Maksudmu, melihat Momo,” Akumitsu kembali menoleh ke arah Momo, dan alangkah terkejutnya dia saat melihat rupa Momo berubah. Tubuh dan wajah Momo yang sebelumnya terlihat seperti anak berusia 9-10 tahun, kini mulai kembali ke rupa yang aslinya, yaitu nenek berusia 298 tahun. Tubuhnya sedikit meninggi, tetapi tidak tinggi benar, kulit-kulitnya yang semula pucat mulus, sekarang berubah menjadi pucat berkeriput kering. Suaranya menjadi parau, tubuhnya membungkuk, gerakannya patah-patah.
“Momo...,” Mereka semua sekilas tidak percaya melihat perubahan wujud Momo yang sangat drastis.
“Sekarang, apakah kau akan membakarnya dengan api dari obor suci itu?” Tanya Angelyna. Nakumano terdiam sebentar kemudian ia melihat obor-obor biasa yang bergantungan di sepanjang atap kastil tanpa kobaran apinya.
“Aku? Maksudmu kita?” Nakumano membulak-balikkan pertanyaan Angelyna, ”aku tidak bisa membakarnya sendirian, sekarang kalian ambil obor- obor itu...,” Nakumano menunjuk ke arah obor-obor biasa yang tadi, ”... setelah itu kita akan membakarnya bersama-sama.” Semua anak terperangah.
“Serius?” Tanya Feisha sambil berlari dan mengambil salah satu obor biasa dari tempatnya. Nakumano mengangguk pelan, ”Bawa obormu ke sini, akan kubakarkan obor milikmu.” Feisha menurut. “Tapi, bukannya hanya api dari obor suci saja yang sanggup membakar Momo?” Tanya Aterlinas kurang yakin, tetapi ia juga sudah mengambil satu obor biasa.
“Asalkan apinya berasal dari obor suci, hal itu cukup berpengaruh,” Jelas Nakumano sambil membakar obor biasa milik teman- temannya yang lain.

Setelah semua anak memegang obor masing-masing, mereka kembali mengerumuni Momo yang masih sekarat dan tidak bisa berbuat apa-apa. “Selamat tinggal Momo,” Akumitsu duluan melempar obornya dan mengenai baju Momo. Momo menjerit kepanasan dan menggeliat-liat seperti cacing. Kemudian Anderla menyusul obor milik Akumitsu, setelah itu Tyson, Yuxellius, Feisha, Ubeako(masih dalam keadaan gila lho! ), Iverla, Angelyna, Zeakicha, Takumo, Alex, Derry, Denada, Eivva, Ritch, Asilly, Neystle, Algernoon, Rannish, Iruyo, Inotuka, Ikoni, Katheleen, Michihiko, Aterlinas, Peleasha, Vicky, Deycot, Isabella, Ezhira- Shui, Imiko, Tiasle, Yosumuke, Achouni, Harrifa, Yirobig, Asselut, dan yang terakhir, Nakumano.
“TIDAK!!!” Tubuh Momo terbakar sampai ke tulang-tulangnya, lalu jasadnya berubah menjadi pasir dan terbang menghilang tertiup angin. Seiring waktu berjalan, matahari terbit dari Timur, dan anak-anak dari Kotogakkoen Senior High School menyambut munculnya sang mentari sambil bersorak sorai penuh kemenangan. Jam pasir milik Momo hancur saat Momo mati, begitu pula dengan hantu-hantunya, semuanya mati menjadi pasir dan hilang tertiup angin.
“Kita berhasil!!!” Sorak Tiasle senang.
“Ya!!!” Imiko menimpali.
“Akhirnya, setelah perjuangan berat, kita berhasil mengalahkan mereka!!!” Iverla juga ikut senang.
“Baiklah teman-teman!! Ayo kita rayakan keberhasilan ini!!!” Ajak Angelyna.
“Yeah!!!” Jawab semuanya serempak dan semangat.

Michihiko dan Yuxellius berduaan saat semuanya sedang merayakan kemenangan mereka.
“Makasih ya, Yuxellius...,” Ucap Michihiko malu- malu. Liat aja, mukanya sampai semerah pewarna pakaian di campur pewarna makanan, di campur cat air warna merah.
“Tidak apa- apa kok,” Jawab Yuxellius sambil tersenyum kepadanya.
“Kau... terluka demi menolongku,” Michihiko merasa tekanan darahnya melonjak naik ke tingkat paling atas.
“Semua itu demi kamu,” Yuxellius tiba-tiba memegang tangan Michihiko. DEG! Michihiko terkejut, ia menoleh ke Yuxellius. Yuxellius pun menoleh ke arahnya. Mereka berdua saling pandang lama sekali. Yuxellius perlahan medekat ke wajah Michihiko, wajah Michihiko menjadi tersipu- sipu. Jangan- jangan Yuxellius mau... Pikirannya sudah menjadi negatif. Semakin dekat... semakin dekat... Pikiran Michihiko menjadi tidak- tidak.
“Ada kotoran di hidungmu,” Kata Yuxellius tiba-tiba sambil kembali menjauhkan wajahnya dari wajah Michihiko. APA?! Michihiko merasa jantungnya meledak. Kupikir dia akan menciumku, ternyata cuma berkata seperti itu! Batinnya tidak percaya.
“MICHIHIKO!!!” Tiba- tiba dari arah belakang Yosumuke memanggilnya.
“Ukh... si cupu itu!!!” Ujar Michihiko kesal sambil menoleh ke belakang. Tiba- tiba Yuxellius bangkit lalu melepaskan tangan Michihiko sambil pergi meninggalkannya. Michihiko menjadi heran.
“Yuxellius, mau ke mana?” Tanya Michihiko bingung.
“Aku ada urusan bentar. Untuk sementara Yosumuke bisa menggantikankukan?” Michihiko terkejut setengah mati mendengar jawaban Yuxellius. Yuxellius berjalan melewati Yosumuke sambil berbisik sebentar padanya, ”Aku serahkan padamu.”
“Siap bos!!” Balasnya mantap.
“Perasaanku tidak enak,” Gumam Michihiko curiga. Yosumuke berjalan mendekat ke arahnya, sesampai di sana tanpa ba, bi, bu, ia langsung mengambil ancang-ancang untuk memeluk Michihiko. Untung Michihiko cepat menyadari hal itu, buru-buru ia bangkit, mengelak pelukan Yosumuke, lalu menamparnya keras-keras. Yosumuke jatuh terhuyung kemudian menangis.
“Mending aku di peluk monyet dari pada di peluk kamu!!” Sindirnya sebelum pergi meninggalkan Yosumuke. Tangis Yosumuke makin menjadi-jadi sepeninggal Michihiko,” Sayangku, sebenarnya apakah kesalahanku padamu!” Jeritnya.
“Hoi, ada kapal!!!” Tiba- tiba Alex berseru memberi tahu teman-temannya.
“Kapal?” Denada mengernyitkan dahinya tidak percaya.
“Gak salah ngeliatkan?” Katheleen berusaha meyakinkan dirinya.
“Bener deh! Ayo kita liat dulu!!” ajak Alex sambil menarik lengan Ritch.

Sesampai di pantai, benar saja, ada sebuah kapal pesiar megah menepi di pantai. Mereka semua bersorak senang.
“Akhirnya, ada kapal yang menolong kita!!!” Kata Angelyna penuh haru.
“Setelah ini, aku bisa kembali menyanyi sepuasnya lagi!!!” Tambah Ikoni.
“Yahui, aku bisa beli kaset game terbaru!!!” Ritch dan Asilly ikut- ikutan ber sorak.
“Syukurlah kita bisa pulang!!!” Sorak Harrifa girang.
“Hei lihat itu!!!” Ezhira- Shui menunjuk ke arah dinding kapal, ”Itu lambang Kotogakkoen Senior High School, kapal itu milik sekolah!!!”
“Benarkah?!” Iverla tidak dapat menahan tangisnya lagi, sedikit demi sedikit ia meneteskan air matanya. Tidak lama setelah itu, beberapa orang dari pihak sekolah termasuk Mr. Sackfle berhasil menemukan mereka dan buru-buru mengevakuasi mereka ke kapal untuk pulang kembali ke Kotogakkoen Senior High School.
“Kalian semua baik- baik saja?” Tanya Mr. Sackfle sesudah mengevakuasi semua anak.
“Ya, Mr. Sackfle.. HASYING!!” Yosumuke bersin dan menyemburkan kembali coklat panasnya dari dalam mulutnya, bahkan sampai dari dalam hidung.
“Iueh...,” Semua anak memandangnya jijik, termasuk para pihak sekolah dan Mr. Sackfle.
“Kok, Mr. Sackfle sudah jemput kami sih, batas waktunyakan seminggu,” Tanya Asselut setelah menyeruput habis coklat panasnya.
“Bicara apa kalian? Kalian ini sudah berada di Pulau Kematian lebih dari seminggu!!,” Jawab Mr. Sackfle ikut bingung. Semua anak melongo heran.
“Tap, tapi....,” Anderla ingin angkat bicara tetapi mulutnya sudah terlebih dahulu di bungkam oleh Akumitsu, ”Udah to, gak usah di bahas!” Anderla mengangguk mengerti.
“Perkemahan kalian kami temukan dengan keadaan porak poranda, selain itu kami menemukan kalian dalam keadaan tidak terawat dan penuh luka seperti ini, bahkan Ubeako sampai sakit jiwa, apa yang sebenarnya terjadi?” Mr. Sackfle meminta penjelasan kepada mereka sekarang.
“Ehm... ceritanya panjang Mr. Sackfle, pokoknya... besok akan ada di tugas kegiatan kita, semuanya tentang hal-hal dan penelitian kami selama berada di pulau aneh itu!” Jawab Akumitsu berbohong. Mr. Sackfle mengangguk mengerti.
“Baiklah, khusus kalian akan saya beri waktu libur seminggu, tetapi setelah itu, kalian harus kembali bersekolah dan menyerahkan hasil penelitian kalian. Untuk Deycot, dan Yirobig, kalian akan di kirim ke Rumah Sakit karena terlalu banyak kehilangan darah dari luka sobek di telapak tangan kalian, beberapa anak yang terluka parah tetapi tidak membahayakan akan tetap di rawat di Rumah Sakit, lalu Ubeako, saya ikut prihatin karena menurut tim medis yang pihak sekolah bawa, teman kalian itu mengidap kelainan jiwa sementara,” Jelas Mr. Sackfle panjang lebar. “Kalian pahamkan?”
“YA, MR. SACKFLE!!!” Jawab mereka semua serempak, kecuali Ubeako yang jawabnya agak ngawur- ngawur.

Seminggu kemudian, semuanya telah kembali seperti sedia kala. Mereka semua yang terlibat penelitian ke Pulau Kematian hampir sudah melupakan kejadian mengerikan itu. Lalu tentang misteri yang selama ini telah terjadi di Pulau Kematian sudah mereka ungkap, dan hasilnya sejak saat itu semua orang dilarang untuk menginjakkan kaki mereka ke pulau yang di penuhi oleh kematian itu.



THE END































































































Tidak ada komentar: