Halaman

TRANSLATE

Rabu, 16 Desember 2009

Death Island chp 4

4. Beritahu Yang Lain!!!

Malamnya, Ubeako dan Yirobig tertidur pulas di dalam tenda mereka masing- masing. Sedangkan Ritch dan Deycot, mereka berdua malam ini mendapat giliran untuk menjaga sekitar perkemahan. Deycot duduk di depan tungku api sambil meminum secangkir kopi panas, tubuhnya ditutupi oleh selimut 3 lapis saking kedinginannya. Ritch baru selesai mengelilingi perkemahan dan kembali duduk di depan tungku api juga bersama dengan Deycot. Malam itu lagi-lagi udara lebih dingin dari malam yang seeblumnya, angin pun berhembus lebih kencang. Suara burung hantu terdenger jelas di telinga mereka. Bukan hanya burung hantu, tetapi binatang malam lainnya juga. Ritch berkali-kali menggosok- gosok kedua tangannya agar tidak kedinginan, tetapi tetap saja ia kedinginan.
“Ih, malam ini dingin banget sih,” Gumam Deycot sambil menyeruput kopi panasnya. Ritch memandangnya sambil mengangguk- angguk.
“Nasib kita berdua malang nian, dapat jadwal jaga tenda pas cuacanya dingin!” Keluh Ritch. Ia merasa kalau kini tegangan otaknya menjadi sedingin es batu.
“Enaknya kalo jadi kayak Yirobig, diakan dapat jatah besok,” Ucap Deycot lirih,” Pasti besok gak sedingin malam ini.”
“Udahlah! Kita doa’in aja, besok cuacanya menjadi 2 kali lipat dari yang ini!” Ritch kesal karena ia merasa selalu berbuat baik tetapi malah selalu sial.
Hampir tengah malam, Ritch dan Deycot udah mencapai batasnya, mereka berdua tidur di depan tungku api dengan tubuh tertutup selimut. Tiba-tiba tanah bergetar, Ritch dan Deycot buru- buru bangun. Ubeako dan Deycot juga ikut terbangun.
“Ada apa ini?!” Di saat bersamaan bergetarnya tanah, dari dalam tanah sekitar perkemahan muncul zombie yang jumlahnya mungkin puluhan, ratusan malahan! Ubeako dan Yirobig keluar dari tenda masing- masing dengan seribu pertanyaan. Tetapi belum sempat semua mereka mengetahui apa yang terjadi, para zombie itu berjalan mendekat ke tempat mereka berempat.
“WUAAA!!” Mereka berempat berteriak ketakutan. Tetapi tidak lama, Ritch menyadari sesuatu yang ganjil. Para zombie itu rupanya sangat lambat, jalan mereka seperti anak balita yang baru bisa berjalan. Ada yang malah nyasar masuk ke hutan, ada yang nyasar masuk ke tenda, ada yang jatuh dan tidak bisa berdiri lagi, dan ada juga yang jalan, tapi terus nubruk pohon.
Yirobig, Ritch Deycot, dan Ubeako mengambil kesempatan ini untuk kabur, tetapi usaha mereka sia- sia, karena walau pun para zombie itu begok setengah mati(memang udah mati), mereka berempat tidak bisa keluar dari kepungan para zombie itu. Jumlah para zombie itu terlalu banyak untuk mereka berempat.
Salah satu zombie itu menangkap Ritch, tetapi dengan lihai Ritch menendang zombie itu dengan gaya ‘Hworang’. Hasilnya, kepala zombie itu pecah, otaknya berhamburan di mana- mana, darahnya menciprat ke wajah Ritch. “Puih!! Anjrit, udah mati masih aja nyemprotin darah!!” Kata Ritch jijik bercampur kesal. Makin lama para zombie itu makin mendekati mereka, dan saat itulah mendadak otak Deycot menjadi cermelang. Dia menyuruh ketiga temannya agar mencoba untuk menyerang para zombie itu dengan cara apa pun, yang penting agar mereka bisa segera keluar dari kepungan mahluk halus yang terkenal dengan kelambatannya ini.
Yirobig menerobos keluar dengan menyeruduk para zombie itu sekuat tenaganya. Dan.... para zombie yang diseruduk oleh Yirobig itu, mereka bermentalan entah kemana. Ada yang mental tinggi banget, terus jatuh dan tubuhnya hancur. Lalu ada juga yang nyampe nyangkut di pohon, gantung- gantung gitu, kayak monyet. Ada juga yang enggak mental, tapi kelindas sama Yirobig. Ini sih lebih parah lagi akibatnya, kalau yang tadi mental, yang ini tubuhnya pada remuk, ancur, gak ketentu bentuknya lagi deh!
Ubeako memanfaatkan tubuhnya yang kecil untuk menyelinap keluar dari kepungan para zombie itu melalui antara kaki-kakinya. Ubeako nyaris terinjak oleh salah satu zombie, tetapi ia berhasil menghindarinya. Dengan susah payah, Ritch berusaha meniru aksi- aksi dan gaya-gaya bertarung dari para tokoh Tekken. Mulai dari tendangan Hworang(tapi tampangnya beda jauh), pukulan Mokujin (sayangnya Ritch enggak terbuat dari kayu, jadi kalo nonjok, sakitnya kerasa bener), tenaga Kuma (Ritch memang gemuk, tetapi enggak segemuk beruangkan?), dan kehebatan Jin (tetapi sebenarnya enggak sekuat Jin sih, cuman gayanya aja). Tubuh para zombie itu rapuh sekali, hanya dengan sekali serangan, tubuhnya langsung hancur dan darah muncrat keluar dari tubuhnya beserta isinya. Dengan mudah Ritch berhasil keluar dengan selamat, walau pun tubuh berlumuran darah.
Deycot tidak terlalu berbeda dengan Ritch. Hanya saja Deycot menggunakan jurus sumo untuk menghancurkan zombie-zombie yang menghalanginya. Tidak mau mengambil resiko patah tulang, para zombie itu mempersilahkan Deycot untuk lewat seperti tamu kehormatan mereka saja.

Alhasil, mereka berempat berhasil keluar dari kepungan para zombie itu. Mereka berempat tidak peduli dengan barang-barang mereka yang tertinggal di dalam tenda, yang mereka pikirkan saat itu adalah, berhasil keluar dengan selamat. Yah... walau pun ternyata tujuan para zombie itu muncul hanyalah semat-mata untuk mengancurkan perkemahan mereka. Tenda- tenda di robohkan dan di hancurkan, barang- barang di dalam tenda mereka sita (kok kayak petugas kebersihan yang lagi ngusir PKL ya?) Tetapi seperti sebuah pribahasa,’ keluar dari mulut buaya masuk ke dalam mulut harimau,’ Yirobig, Ritch, Deycot, dan Ubeako di cegat oleh Momo setelah mereka berhasil keluar dari kepungan para zombie itu. Siapa anak kecil itu? Batin mereka berempat.
Momo menyeringai menyeramkan, memamerkan gigi-giginya yang putih cermelang tetapi bertaring bagaikan drakula. “Hebat juga kalian,” Katanya.
Ritch, Deycot, Yirobig, dan Ubeako mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan Momo. Momo maju mendekati mereka seperti tidak akan membiarkan mereka berempat pergi dengan mudahnya. Momo bertepuk tangan memberi selamat pada Yirobig, Ritch, Deycot, dan Ubeako karena mereka sudah berhasil keluar dari kepungan para zombie itu tanpa luka sedikit pun di tubuh mereka.
“Well, kalian berempat hebat, bisa keluar dari kepungan zombie-zombieku,” Katanya.
“Dasar begok!! Zombie-zombiemu itu memang pada lemah!!” Sahut Ubeako meremehkan. Momo memandangnya tajam, sepertinya ia tidak suka Ubeako berkata seperti itu. Momo menggerakkan lengannya ke atas, dan bersamaan tubuh Yirobig, Ritch, Deycot, dan Ubeako terangkat ke atas. Mereka berempat tidak bisa bergerak. Rasanya seperti ada sesuatu yang menahan gerakan mereka.
“MANUSIA SOMBONG!! KALIAN AKAN SEGERA MENERIMA AKIBAT ATAS KESOMBONGAN KALIAN ITU!! TERUTAMA KAU, YANG SEPERTI DONALD DUCK!!!” Katanya dengan nada tinggi sambil menunjuk Ubeako dengan jari telunjuknya.
“Hah, aku?” Ubeako melongo tidak mengerti topik pembicaraan.
“SEKARANG KALIAN HARUS BERSIAP MENJADI BAHAN PELAMPIASAAN KEKESALANKU YANG SUDAH LAMA TERTIMBUN INI!!!,” Lanjutnya seraya terbang ke langit. Ia terbang meninggalkan perkemahan yang sudah porak-poranda akibat perbuatan zombie-zombienya bersama dengan Deycot, Yirobig, Ritch, dan Ubeako.

Semula Rannish dan Iruyo di jauhi teman-temannya karena tadi pagi mereka memasak belatung sebagai pengganti nasi. Tentu saja teman-temannya menjadi marah. Tetapi setelah Iruyo menjelaskan kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi, akhirnya mereka kembali rukun. Sebenarnya tadi pagi ada seorang nenek berwajah
buruk rupa yang tanpa sengaja bertemu dengan mereka saat mereka sedang memasakan makan pagi.
“Sedang apa kalian?” Tanya nenek itu ramah kepada Rannish.
Dengan lugu dan polos Rannish menjawab,” Kami berdua sedang memasak Nek.”
“Oh, rajin sekali, kalau begitu nenek akan memberikan kalian beras sebagai tanda jasa dari nenek,” Kata nenek itu sambil mengeluarkan sekantung beras dari dalam tas kecilnya. Rannish dan Iruyo tentu tidak menolak.
Dan begitulah yang terjadi pagi tadi pada Rannish dan Iruyo.
“Oh gitu, jadi nasi yang kita makan tadi pemberian nenek itu ya?” Asilly baru mengerti, ”Kenapa gak ngomong dari tadi?”
“Dasar begok, bukannya kamu sama Asselut yang berkali- kali dengan angkuhnya berkata ‘jangan dengarkan penjelasan mereka itu cuma bualan’!” Iruyo dengan kesal mengulangi kembali perkataan Asilly dan Asselut yang dinilainya sangat menyindir. Asselut dan Asilly hanya cengar- cengir sambil garuk- garuk kepala.
“Udah, udah, aku mau kebelakang dulu ya!” Rannish menengahi seraya beranjak pergi meninggalkan teman- temannya. Rannish menarik sleting celananya ke bawah, siap untuk buang air kecil. Tetapi tiba- tiba sesuatu seperti menariknya ke dalam tanah. Rannish tidak jadi buang air kecil, di tariknya lagi sleting celana nya ke atas. Dan ketika ia melihat ke bawah, ia terkejut saat mengetahui bahwa kakinya terhisap ke dalam tanah. Rannish panik, ia berusaha menjerit untuk minta tolong, tetapi saat ia menjerit mendadak suaranya lenyap seperti di cabut begitu saja. Rannish tidak bisa berbuat apa- apa, makin sering ia bergerak maka makin cepat tanah itu menghisap seluruh tubuhnya. Dan pada akhirnya, tubuh Rannish terhisap semua ke dalam tanah.

Momo mendatangi penjara bawah tanah tempat di mana Nakumano dan Achouni di kurung. Nakumano dan Achouni menyadari kedatangan Momo, cepat- cepat Nakumano menyembunyikan buku tuanya kembali ke dalam ranselnya. Momo membuka pintu penjara sambil melempar Deycot, Ritch, Yirobig, dan Ubeako ke dalamnya. Serentak Nakumano dan Achouni terkejut. Kenapa mereka tertangkap oleh Momo? Dan bagaimana cara Momo menangkap mereka berempat? Batin Achouni. Matilah aku!! Batin Nakumano sebal
“Kau, yang paling gendut,” Kata Momo sambil menunjuk Yirobig,” Setelah semua teman- temanmu tertangkap, kaulah yang akan paling pertama kumakan!” Yirobig melongo.
“Anu...Momo,” Panggil Nakumano ragu- ragu. Momo menoleh ke arahnya. “Aku boleh pindah penjara tidak, anu... maksudnya jangan sepenjara dengan dia,” Pinta Nakumano, matanya melirik ke arah Ubeako, tetapi Ubeako tidak tahu. Momo mngangkat sebelah alisnya,” Kenapa?” Tanyanya heran.
“Tidak apa-apa, aku merasa malas saja,” Jawab Nakumano sekedarnya. Momo mengangguk mengerti,” Okay, dari semula sebenarnya juga aku ingin menyisihkanmu dari yang lainnya.” Nakumano mengehela napas lega. “Soalnya, penjara ini mulai terasa sempit makanya aku mau menyisihkan separuh.”

Setelah itu di kawal Momo dan kelima zombie yang mengawasinya, Nakumano di antar ke penjara yang lainnya. Dan pada saat itulah, Achouni menjalankan rencana yang sebelumnya sudah di susun olehnya dan Nakumano. Achouni cepat-cepat membuka gembok penjara bawah tanah tempatnya dikurung bersama dengan Yirobig, Ritch, Deycot, dan Ubeako dengan kawat.
“Wauw, sejak kapan kamu bisa membuka gembok dengan kawat?” Decak Ubeako kagum. Achouni tidak menjawab, ia masih serius memutar-mutar balik kawatnya di lubang kunci gembok. CKLEK, gembok berhasil terbuka, dengan cepat Achouni melepas gemboknya dan membuka pintu penjara. Maka ia, Deycot, Yirobig, Ritch, dan Ubeako lekas keluar dari penjara bawah tanah itu. Sebenarnya Achouni tidak tega meninggalkan Nakumano seorang diri di dalam penjara bawah tanah itu, tetapi Nakumano meyakinkannya untuk tidak memikirkan dirinya dulu, karena baginya menyelamatkan orang lain itu lebih penting dari pada dirinya sendiri.
“Tunggu, bagaimana dengan Nakumano?!” Ritch baru tersadar saat mereka sudah berhasil berlari menjauh dari penjara bawah tanah tadi.
“Biarkan saja,” Jawab Ubeako dengan nada menyindir,” Gak penting tau ngurusin kayak gituan.”
“Nakumano dia...,” Achouni tiba- tiba angkat bicara, ”mau nyusul kita nanti, dan sebelum itu dia menyuruhku memberi tahu kalian agar kalian berempat berpencar menjadi 2 kelompok.” Yirobig, Deycot, Ritch, dan Ubeako tidak mengerti.
“Kata Nakumano, kita harus mencabut obor yang ada di dalam sebuah kastil di tengah pulau ini, lalu membakar buku tua itu dengan apinya,” Jelas Achouni, ia berhenti berlari untuk mengambil napas sebentar, begitu pula dengan yang lainnya.
“Jadi apa yang harus kita lakukan?” Tanya Yirobig.
“Ubeako dan kamu,” Achouni menunjuk kedua anak itu,” kalian cobalah temukan teman- teman yang lainnya dan beritahu tentang kejadian-kejadian yang menimpa kita,” Achouni berhenti sebentar untuk kembali mengambil napas, ”Aku, Ritch, dan Deycot pergi ke kastil itu untuk mengambil obornya dan membawanya kembali ke Nakumano sebelum terlambat.” Deycot, Ritch, Yirobig, dan Ubeako terperangah,” Tunggu, memangnya ada apa dengan obor itu?” Kali ini Ritch yang bertanya. Achouni menggeleng tidak tahu,” Mana kutahu, baru saja Nakumano mau menjelaskannya padaku, Momo sudah datang.”
“Kenapa kau percaya banget sama omongannya si Nakumano itu? Kan belum tentu bener,” Ubeako masih menyangkal karena ia malas di suruh-suruh Nakumano.
“Tentu saja percaya, karena dia punya buku tentang segala isi pulau ini!,” Jawab Achouni penuh kemenangan. Sekali lagi Yirobig, Ritch, Deycot, dan Ubeako terperangah.
“Eh, tunggu, tunggu. Aku enggak ngerti, dari mana dia dapet buku kayak gitu?” Ubeako masih keras kepala.
“Dari perpustakaan.”
“Kok bisa?”
“Tanya aja sendiri sama orangnya!!!” Ritch, Deycot, dan Yirobig serempak membantu Achouni karena mulai bosan dengan perdebatan mereka berdua yang dari tadi enggak selesai-selesai.
“Sekarang, dari pada kita terlambat lebih baik kita bergegas sekarang!!” Ajak Achouni sambil berlari ke arah kastil itu berada, Deycot dan Ritch mengikutinya dari belakang. Sedangkan Yirobig dan Ubeako, mereka berdua berusaha untuk menemukan teman- teman mereka yang lainnya.

Kembali ke penjara bawah tanah, Momo sangat marah karena Achouni dkk berhasil melarikan diri. Saking marahnya, kelima zombienya sampai-sampai ia hancurkan dengan tangannya sendiri,” SIALAN, BERANINYA MEREKA MELARIKAN DIRI!! TEMAN- TEMANMU AKAN SEGERA MATI!!!” Geramnya tanpa henti sambil menunjuk-nunjuk Nakumano yang sedang duduk tenang di penjara barunya. Nakumano diam saja melihat Momo marah-marah.
”Hey, jangan marah-marah terus, nanti wajahmu cepat tua lho!” Ledek Nakumano.
“Memang aku sudah tua!!!” Momo mendelik ke arahnya, tatapannya terlihat seperti ingin memakan Nakumano hidup-hidup. Tetapi wajah Nakumano tidak mengekspresikan apa-apa, seperti tidak menghiraukan tatapan Momo yang makin mengganas saja. Diluar dugaan Momo, Nakumano justru membalas tatapan ganasnya.
“Hei, matamu kenapa merah? Sakit mata ya?” Ledeknya lagi sambil menunjuk ke tempat Momo berdiri.
“Ergh... apa katamu?!! Lihat saja, aku akan MEM-BU-NUH-MU!!!!”
“Terserah kau mau membunuhku atau tidak, tetapi mereka yang berhasil keluar dari penjara bawah tanahmu ini, sudah mengetahui rahasia cara menghancurkan dan mengalahkanmu beserta keabadianmu,” Kata Nakumano. Momo terkejut setengah mati mendengar perkataan Nakumano, tetapi ia berusaha untuk menutupi keterkejutannya itu, maka Momo pun berlalu meninggalkan Nakumano. Kau pikir aku akan membebaskanmu dan teman-temanmu itu hanya dengan gertakan kecil seperti, heh?!! Sayangnya, aku punya sebuah rencana juga!! Seru Momo dalam hatinya. Lagipula, aku sudah menyembunyikan kelemahanku yang sebenarnya di tempat lain, dan hanya akulah yang mengetahuinya!!!

Isabella dan Ezhira-Shui terbangun saat pundak mereka berdua di goyang-goyangkan oleh sebuah tangan. Ketika mereka membuka kedua mata mereka, yang mereka lihat adalah Ikoni dan Inotsuka. “ZOMBIEE!!” Jerit Isabella sambil menunjuk ke muka Ikoni, bahkan teriakannya sampai membangunkan semua teman- temannya yang sedang ayik terlelap.

“Ikoni, Inotsuka, kemana Feisha dan Alex?” Tanya Takumo setelah keadaan kembali normal.
“Enggak tau. Waktu itu mereka berdua lari meninggalkanku dan Ikoni,” Jawab Inotsuka sambil menggeleng.
“Terus, kenapa kalian bisa ke sini?” Kali ini Neystle yang menanyai mereka berdua.
“Mungkin kalian semua gak percaya, tapi tadi kami bertemu dengan kuntilanak dan sundel bolong yang ngerinya minta ampun,” Jawab Ikoni ketakutan.
“Jadi, Feisha dan Alex nyasar entah ke mana, gitu?” Eivva angkat bicara. Ikoni dan Inotsuka mengangguk bersamaan.
“Bukan hanya kalian kok yang ngalamin keanehan,” Sahut Harrifa.
“Oh ya?” Semua anak mengangguk.
“Saat makan pagi tadi, nasi kami mandadak berubah menjadi kumpulan belatung, kecoa, dan binatang-binatang menjijikan lainnya deh,” Jawab Algernoon.
“Kok bisa?” Ikoni mengernyitkan dahinya tidak percaya.
“Bisalah!” Jawab Denada sok tahu.
“Itu karena sebelum masak nasi, Iruyo dan Rannish yang menjadi koki kamu tadi pagi, di beri beras oleh seorang nenek-nenek,” Jelas Ezhira- Shui.
“Ada yang enggak beres sama pulau ini,” Sela Asilly curiga.
“Sebenarnya apa yang telah terjadi pada kita semua?” Semua anak terdiam, tidak ada tahu jawaban dari pertanyaan yang barusan di katakan oleh Tiesle. Di saat semua terdiam, tiba- tiba Ubeako dan Yirobig muncul dari balik semak- semak, mengagetkan mereka semua.
“Untunglah, berhasil di temukan,” Ujar Yirobig bangga. Ubeako ikut muncul di sebelahnya dengan napas terengah-engah.

“APA KATAMU?!!!” Semua anak terkejut saat mendengar cerita dari Yirobig mengenai pulau ini. Hampir semuanya tidak percaya, tetapi Yirobig berhasil meyakinkan mereka dengan cerita- cerita mengenai keaneh-anehan yang terjadi di pulau ini, mulai dari Nakumano dan Achouni yang tertangkap oleh Momo si anak kecil berambut putih yang misterius, sebuah kapal pesiar yang megah dan mewah terdampar di tepi pantai beserta dengan para penumpangnya yang mati mengenaskan, perkemahan mereka di serang oleh ratusan zombie, dan yang terakhir legenda tentang pulau Kematian yang waktu itu di bacakan oleh Vicky di depan kelas ternyata benar, maksudanya nyata.
“Oh ya, mana buktinya?” Denada masih tidak percaya.
“Nakumano menemukan buku yang menceritakan tentang pulau,” Jawab Yirobig.
“Menemukan? dimana?” Kini Isabella yang bertanya.
“Katanya Achouni sih, di perpustakaan sekolah,” Yirobig berusaha mengingat-ingat. “Sekarang Nakumano, Achouni, Ritch, dan Deycot mana?” Tanya Ezhira-Shui penuh kekhawatiran.
“Achouni, Ritch, dan Deycot pergi ke sebuah kastil yang letaknya di tengah-tengah pulau ini, lalu Nakumano...,” Yirobig berhenti menjawab. Ia mengingat-ngingat sebentar. “...dimana ya....?”
“Nakumano kenapa memangnya?” Asilly makin tidak sabaran mendengar jawaban dari Yirobig. “Dia di kurung di dalam penjara bawah tanah!” Ubeako menyambung jawaban Yirobig dengan ketus.
“Apa?” Semua anak memandang Yirobig dan Ubeako dengan heran. Bukan karena kaget, tapi karena mereka memang tidak terlalu mendengar jawaban Ubeako, jadinya kayak orang budek gitu deh.
“Katanya kalian semua berhasil meloloskan diri, tetapi kenapa masih tersisa satu orang?!” Imiko mulai sebal karena topik pembicaraan mereka terasa di bulak-balikkan.
“Terus, kayak mana Nakumano? Apa dia marah karena di tinggal kalian?”
“Enggak, dia malahan yang membuat kami berhasil bebas dari penjara bawah tanah itu,” Sela Yirobig. Ubeako melirik kesal,” Alah, palingan dia cuma pengen sok kepahlawanan aja di depan kita semua, biar bisa di hormatin!” Katanya sinis.
“Itu enggak bener lagi, mana mungkin Nakumano kayak gitu!” Sergah Ikoni cepat sebelum Ubeako mencerocos lebih parah lagi.
“Ya, Nakumano itu bukan tipe orang yang suka di hormatin,” Timpal Inotsuka.
“Repot-repot amat dia berbuat mempertaruhkan nyawa seperti itu hanya demi ingin di hormati seperti pahlawan,” Tambah Asselut. “Tapi mungkin juga sih.”
“Heh, percaya banget sih kalian! Aku enggak tuh!” Ubeako tetap ngotot.
“Terserah, sekarang kita harus kayak mana, Yirobig?” Tanya Takumo mengalihkan pembicaraan. Yirobig berpikir sebentar,” Gimana ya?”
“Kita tolong Nakumano aja dulu,” Usul Neystle. Beberapa anak mengangguk setuju. Ubeako menjadi semakin panas. “Oi, gimana kalo Nakumano itu bersengkokol dengan anak kecil menyeramkan bernama Momo itu?” Ubeako berusaha menghasut mereka semua. Tetapi malang nian nasibnya, tidak ada yang mau mendengar hasutannya yang udah basi itu.
“Jangan, katanya Achouni kalau udah berhasil bertemu dengan yang lainnya, kita harus ikut pergi ke kastil!” Cegah Yirobig.
“Enggak adil dong! Bukannya...,” Belum sempat Algernoon melanjutkan kata- katanya, Yirobig sudah menyelanya terlebih dahulu.
“Ini perintah dari Nakumano. Katanya ia bisa kok keluar dari penjara bawah tanah itu seorang diri.” Semua anak terdiam lagi, tetapi setelah itu mereka mengangguk setuju.
“Baiklah, kita juga akan ke kastil,” Kata mereka akhirnya. Dan setelah itu, mereka semua menuju ke kastil bersama-sama. Walau pun mereka tidak tahu di mana letak kastil itu dengan benar, tetapi Achouni sudah memberi tahu Yirobig cara menemuka jalannya, yaitu cobalah dengar suara anak kecil yang menangis, karena itu sebenarnya petunjuk untuk pergi ke kastil, dan bukannya suara untuk menakuti mereka.
“Mm... oh ya! Momo itu siapa?”
“Aku enggak terlalu tau sih, tapi katanya Achouni Momo itu adalah hantu penunggu pulau ini.
Tiba- tiba Iruyo berteriak dari belakang mereka,” Tunggu dulu, Rannish mana?!” Semua anak terdiam,” Benar juga dari tadi aku tidak ngeliat penampakan Rannish,” Timpal Neystle. Mereka semua mulai panik, tetapi Yirobig menyuruh mereka agar tetap tenang, ”Sudahlah, nanti kita bisa temukan dia, sekarang lebih baik kalo kita bergegas menuju kastil.” Mau tidak mau mereka setuju. Sebenarnya kemana Rannish? Dimanakan dia sekarang? Padahal sebelumnya dia masih ada bersama dengan mereka?

Sementara itu, tanpa sengaja, Achouni, Deycot, dan Ritch bertemu dengan Alex dan Feisha. Saat itu mereka berdua tengah bersembunyi di balik semak-semak belukar. Untung saja tadi tidak terinjak oleh Deycot, kalau terinjak fatal deh akibatnya.
“Kenapa kalian bersembunyi?” Tanya Achouni bingung.
“Stt.... tadi kami berdua mendengar suara langkah kaki, ada banyak lagi!” Jawab Feisha bisik- bisik. Achouni mengangkat sebelah alisnya,” Bukannya bagus, suara langkah kakikan itu berarti manusia.”
“Stt.... udah, pokoknya diem!!” Feisha menarik lengan Achouni sampai Achouni ikut terjatuh. Suara langkah kaki itu makin terdengar, tidak ingin mengambil resiko, Deycot dan Ritch juga ikut bersembunyi. Makin lama langkah kaki itu makin dekat, dan pada akhirnya ternyata itu adalah Tim 1, Tim 3, dan Tim 7. Mereka berlima menarik napas lega, lalu bangkit bersamaan.
“WAA!!!” Anderla terkejut melihat wajah Feisha yang terlihat menakutkan saat malam hari.
“Wa, we, wo, ini aku, Feisha!” Katanya sebal sambil mendorong tubuh Anderla sampai mental 2m.
“Ritch, Deycot, Feisha, Alex, Achouni!” Sambut Iverla senang. Mereka merasa ada yang janggal, kalau ada Achouni seharusnya ada Nakumano juga. Bukannya sebelumnya Achouni dan Nakumano pergi bersama.
“Mana Nakumano?” Tanya Zeakicha sambil celingak-celinguk mencari sosoknya.
“Nakumano enggak bareng kita,” Jawab Achouni pelan.
“APA?! Kok bisa?” Yang lainnya terkejut. Achouni lalu menceritakan kejadiannya.

“Jadi begitu,” Gumam Vicky pelan setelah mendengar cerita Achouni.
“Terus Nakumano kayak mana, masa kita tinggal sih?” Tanya Angelyna, pusing.
“Katanya dia akan menyusul,” Jawab Achouni, suaranya terdengar seperti tidak yakin.
“Jadi sekarang, kita harus gimana?” Sela Aterlinas.
“Kita ke kastil, sebentar lagi juga sampai,” Kali ini Ritch yang menjawab.
“Tunggu, tunggu, kastil apa? Maksudnya apa?” Michihiko tidak mengerti dengan topik pembicaraan mereka.
“Kastil? Kastil yang mana?” Aterlinas juga ikut melontarkan pertanyaan.
“Begini, katanya Nakumano kita harus mengambil sebuah obor bernama obor suci. Letaknya di dalam sebuah kastil di tengah pulau ini!” Jelas Achouni.
“Memang untuk apa obor itu?” Kali ini Yosumuke yang bertanya.
“Katanya sih, untuk membakar buku tua yang ia temukan di perpustakaan, terus katanya lagi buku itu milik Momo dan berisi tentang sejarah pulau ini,” Achouni kurang yakin dengan jawabannya.
“Nah, Momo itu siapa?” Tanya Tyson makin bingung.
“Kata Achuni, Momo itu seorang anak kecil misterius yang menjadi dalang dari semua hal yang kita alami selama ini,” Jawab Deycot.
“Jadi, sekarang kita... pergi ke kastil dulu nih?”
“Ya, seperti itulah!” Balas Ritch.
“Lalu, tadi katamu di mana letak kastilnya?” Tanya Yuxellius.
“Entahlah, tetapi kita sudah dekat kok,” Jawab Achouni sambil mengangkat kedua pundaknya.
“Kamu yakin bener sih sebentar lagi nyampe, memangnya kamu tau tempat nya dimana?” Sambung Akumitsu.
“Hmm iya, karena suara tangisan anak kecil itu semakin keras dan semakin kedengaran,” Katanya yakin.
“Suara, anak kecil menangis?” Feisha mengerutkan keningnya.
“Ya, suara itulah yang menuntun kita menuju kastil!” Jelas Ritch,” Sekarang, kita harus segera ke kastil!!”
“Benar juga. Ayo kita harus cepat!” Ajak Achouni sambil kembali berlari menuju tempat kastil itu berada. Peleasha, Vicky, Aterlinas, Anderla, Yuxellius, Angelyna, Katheleen, Iverla, Tyson, Akumitsu, Zeakicha, Michihiko, Yusumuke, Derry, Feisha, Alex, Ritch, dan Deycot mengikutinya dari belakang.
“Dengar ya, apapun yang terjadi kita harus saling membantu untuk keluar dari pulau ini!!”
“YAA!!”
Ditengah perjalanan menuju kastil, tiba-tiba tanah di sekitar pulau bergertar, semua anak terkejut sekaligus ketakutan. Rupanya, Momo membangkitkan semua pasukan hantunya. Mulai dari zombie, drakula, vampire, kuntilanak, pocong, tuyul, sundel bolong, suster ngesot, jin penunggu, dan masih banyak lagi. Momo memerintahkan semua pasukan hantunya agar mencegah tujuan apa pun yang saat ini sedang di laksanakan oleh Achouni dan anak- anak yang lainnya. Para pasukan hantu itu menurut dengan mudahnya. Momo kembali menyeringai menyeramkan sambil berkata, ”Setelah tertangkap, mereka semua akan segera menjadi makanan kalian!! Ha..! Ha..! Ha..!”



To be continued.....










































































by Naravina Youichi

Tidak ada komentar: