Halaman

TRANSLATE

Rabu, 16 Desember 2009

Death Island chp 5

5. Kastil

Nakumano membuka kembali buku tua miliknya. Sebelumnya ia tidak menyangka sama sekali bahwa buku tua itu ternyata buku harian milik Momo. Tertulis jelas diakhir halaman “Buku ini milik : Kiyono no Momo”. Tetapi kenapa bisa berada di luar pulau Kematian? Nakumano membalik satu demi satu halaman buku tua yang sudah melapuk itu. Sebelum Momo tadi datang, ia sempat membaca kelemahan mengenai pewaris asli dari Sang Ratu Hantu, yaitu ibu Momo sendiri.
Tidak heran kalau para hantu itu begitu patuh pada Momo. Satu- satunya kelemahan yang tertulis di buku tua itu adalah,

Bakar buku tua ini, bakarlah dari api
Yang berasal dari obor suci
Obor suci itu berada di
Dalam kastil Kegelapan,
Kastil di mana tempat pertama
Kalinya Momo di lahirkan,
Dimana saat Sang Ratu menurunkan
Segala kemampuan dan kesaktiannya pada dirinya.
Dimana saat pertama kali obor di hidupkan....

Dan tidak lama setelah itu, ia menemukan sebuah fakta yang mengejutkan lagi, di bacanya sederet tulisan yang hampir agak pudar, tetapi untungnya masih bisa terbaca,” Jam pasir keramat milik Ibuku dapat mengacaukan waktu, hancurkan dan musnahkanlah!” Nakumano terdiam, dimana letak jam pasir itu? Batinnya.
“Tidak, tidak, sekarang yang terpenting, aku harus bisa keluar dulu dari sini!” Hatinya membulatkan tekadnya. Kembali ia membaca buku tua itu, dan ia berhasil menemukan sebuah jalan pintas dari penjara bawah tanah ke kastil. Nakumano mendekat ke pintu kurungan, di lihatnya sekeliling tempatnya di kurung. Sepi, tidak ada satu pun penjaga. Ini kesempatan! Batinnya. Buru-buru di keluarkannya sebuah kawat yang persis seperti milik Achouni tadi, lalu di gunakannya untuk membuka pintu sel.
CKLEK! Berhasil, dalam sekejap Nakumano berhasil membuka pintu kurungannya. Buru-buru ia berlari meninggalkan penjara bawah tanah itu. Tetapi rupanya, itu hanya siasat Momo, tidak lama setelah ia berhasil keluar dari kurungan, segerombol zombie mengenakan baju zirahnya telah mencegatnya dan menutup pintu menuju luar. “Celaka...,” Para zombie itu menyeret langkah mereka perlahan, karena memang pada dasarnya langkah zombie itu lamban. Nakumano mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya, sebuah pisau lipat. “Setahuku, zombie itu sangat rapuh, sekali pun mengenakan baju zirah!!” Tanpa banyak tanya, Nakumano langsung menerjang sebagian zombie itu. Dan benar saja, para zombie itu tidak jauh berbeda dengan gerombolan zombie yang menyerang perkemahan mereka kemarin, tubuh mereka sangat rapuh. Hanya dengan sekali pukulan, zombie itu berhasil di kalahkannya. Dan hanya dengan waktu singkat, Nakumano berhasil mengalahkan semua zombie. “Berhasil...,” Tiba- tiba ia mendengar sesuatu. Pintu menuju keluar perlahan tertutup oleh sebuah batu besar yang tiba-tiba muncul di depan pintu itu. Nakumano menjadi panik, kalau sampai ia tidak keluar dari penjara bawah tanah yang mencekam itu, semua rencananya bisa kacau. Ia secepat mungkin berlari menuju pintu keluar walau pun kecil kemungkinan keberhasilannya.
Ia melompat di detik-detik terakhir. Berhasil, ia berhasil keluar, tetapi sayang, karena lengah ia lupa bahwa kaki kirinya masih berada di ambang pintu keluar dan kakinya terjepit oleh batu besar yang menutup pintu keluar itu. Karena terhalang oleh kaki Nakumano, batu itu berhenti bergerak, tetapi bukan berarti berhenti total, justru batu itu semakin kuat menekan kaki Nakumano.
“AAA!!” Nakumano menjerit kesakitan, ia berjuang keras menarik kakinya keluar dari himpitan batu, kalau sampai gagal, kaki kirinya bisa remuk. Ia terus menerus berjuang menarik kaki kirinya, dan akhirnya berhasil juga. Ia memegangi kaki kirinya yang sudah mengeluarkan banyak darah karena tergores bebatuan. “Sekarang, aku harus ke kastil!!” Nakumano bangkit, walau pun kaki kirinya terluka, ia tetap pergi ke kastil melewati jalan pintas rahasia yang denahnya jelas tertera di buku tua itu.

Yirobig, Ikoni, Inotsuka, Imiko, Tiasle, Harrifa, Asselut, Iruyo, Isabella, Ezhira-Shui, Takumo, Algernoon, Denada, Eivva, Neystle, Asilly, Feisha, Alex, dan Ubeako tanpa sengaja bertemu dengan Achouni, Deycot, Ritch, Angelyna, Katheleen, Iverla, Tyson, Akumitsu, Vicky, Aterlinas, Peleasha, Anderla, Yuxellius, Derry, Michihiko, Yosumuke, dan Zeakicha.
Mereka semua sangat senang karena dapat bertemu kembali. Tadinya mereka pikir, mereka semua tidak akan pernah bisa bertemu lagi untuk selamanya. Tiba-tiba Tyson melihat sebuah bangunan yang menjulang tinggi ke atas. Bangunan itu tidak terlalu jelas karena tertutup oleh kabut tebal. Tyson memberi tahu teman-temannya tentang bangunan yang barusan ia temukan itu.
Dan setelah di perhatikan dengan teliti, rupanya bangunan itu adalah sebuah tower. Satu-satunya tower yang ada di pulalu Kematian. Tetapi tower itu sudah tua, tidak terawat dan rusak. Bangunannya nyaris semua sudah berkarat, catnya banyak yang terkelupas, selain itu juga banyak tumbuh lumut di sana- sini.
“Jadi, dulu sebenarnya di pulau ini sudah terdapat listrik dan sinyal, tetapi karena tower yang satu-satunya menjadi alat komunikasi mereka ini rusak, makanya sekarang tidak terdapat sinyal lagi di pulau ini,” Eivva berusaha menebak dengan logika.
“Yeah, mungkin saja,” Timpal Aterlinas. Tiba-tiba perhatiannya tertuju pada sebuah bangunan besar di atas sebuah bukit. Bangunan itu tampak terlihat jelas karena perlahan kabut mulai menipis. “Semuanya, coba lihat di sana,” Katanya sambil menunjuk ke arah bangunan besar itu.
“Itukan...,” Achouni bergumam, “Kastil.” Semua anak menoleh kepadanya.
“Itu toh kastilnya jelek banget!” Sindir Ubeako. Tidak ada satu pun anak yang menanggapinya, ia menjadi kesal.
“Sekarang kita harus kesana!” Cepat-cepat mereka semua berlari menuju kastil itu.

Nakumano berhenti di depan sebuah bangunan yang besar dan megah,” Sudah sampai,” Gumamnya,” Sudah sampai di kastil!” Ternyata dengan waktu bersamaan, ia juga berhasil sampai di kastil berkat buku tua itu. Diam-diam ia masuk ke dalam kastil. Sesampai di dalam kastil, ia menyimpan buku tuanya di dalam ranselnya lagi. “Mulai dari sini, aku harus lebih waspada dan lebih teliti lagi.”

Tidak lama setelah itu, Peleasha, Aterlinas, Vicky, Anderla, Yuxellius, Yirobig, Ritch, Deycot, Angelyna, Katheleen, Iverla, Tyson, Akumitsu, Ikoni, Inotsuka, Feisha, Alex, Tiasle, Imiko, Harrifa, Asselut, Iruyo, Isabella, Ezhira- Shui, Takumo, Algernoon, Zeakicha, Michihiko, Yosumuke, Derry, Achouni, Denada, Eivva, Neystle, Asilly, dan Ubeako tiba di depan pintu kastil. Yirobig dan Deycot membuka pintu depan kastil yang super besar dan super berat dengan susah payah. Baru saja mereka menginjakkan kaki mereka di dalam kastil, tiba- tiba puluhan pisau dan pedang yang semulanya tertata rapi di dinding (hiasan) melayang ke arah mereka.
“AWAS!!” Buru-buru Yuxellius, Anderla, Tyson, Iruyo, Alex, Ritch, dan Deycot mengambil perisai dari dinding (hiasan juga) untuk melindungi mereka semua. JLAB! JLAB! JLAB! Pisau-pisau dan pedang-pedang yang melayang ke arah mereka tertancap di perisai yang di bawa oleh Anderla dkk.
“Sekarang, kita harus ke mana?” Tanya Zeakicha pada Achouni. Achouni menggeleng,
“Aku tidak tau, Nakumano tidak memberi tahu di mana tempat obor itu.” PLAK! Zeakicha menepuk dahinya.
“Apa lebih baik kalau kita berpencar?” Usul Tyson.
“Enggak, itu terlalu beresiko!” Tolak Anderla keras. Momo mengamati mereka dari jauh sambil tertawa terkekeh-kekeh, ”He..he..Sebentar lagi, akan di mulai....”

Nakumano melintasi sebuah dapur dan ia tidak menghiraukan hal itu sampai ia mendengar suara Rannish dalam dapur tersebut. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik, “Rannish?” Walau pun ragu, Nakumano tetap memberanikan diri untuk masuk ke dalam dapur itu.
KRIET... Pintu dapur terbuka, Rannish yang sedang memasak menjadi terkejut. Ketika ia berbalik, Nakumano sudah ada di depannya, “Kenapa kau bisa berada di sini?” Tanya Nakumano heran.
“Aku... mm... seingatku waktu itu aku terhisap ke dalam tanah, dan begitu sadar aku sudah berada di dapur ini.”
“Sendirian?” Rannish menggeleng cepat.
“Enggak, begitu bangun, ada 5 suster ngesot mengerumuniku. Aku terkejut dan bingung harus melakukan apa. Lalu salah satu suster ngesot itu memberikanku sebuah buku resep untuk memasak. Maksudnya aku di suruh masak sama mereka. Entah apa yang akan mereka makan, tetapi bumbu yang harus kumasak super duper banyak lho!”
“Kenapa kau tidak mencoba untuk kabur saja?”
“Ha... ha... ha... Memasak itukan hobiku, jadi untuk apa kabur?”
“Walau pun kau disuruh sama setan?”
“Walau pun sama iblis pun, it’s okay! Asalkan itu memasak!”
“Ck... ck...,” Nakumano geleng- geleng tidak percaya.
“Celaka, nantikan Yang Mulia Momo mau menemuiku!!” Pekik Rannish panik. Momo? Momo mau kesini? Tidak!! Aku harus bersembunyi secepat mungkin!! Batin Nakumano ikut- ikutan panik.
“Rannish, kapan Momo akan ke sini?” Tanya Nakumano dengan nada mengharap, Semoga tidak sebentar lagi. Rannish melihat kuah supnya yang mulai mendidih, “Hmm... 3 menit lagi,” Jawabnya.
“Celaka!!” Buru- buru Nakumano mencari tempat untuk bersembunyi, tetapi di mana?! Seumur- umur ia paling tidak ahli kalau soal sumput-menyumput karena tidak pandai mencari tempat bersembunyi yang strategis. “Aha!” Ia berhasil menemukan sebuah tempat yang cocok, yaitu di sebuah lemari yang kosong. Tempatnya memang mencolok, tetapi tidak akan ketahuan bila ia bersembunyi didalam sana, pikir Nakumano penuh kemenangan. Cepat-cepat ia bersembunyi di dalam sana. Rannish semula heran dengan kelakuan Nakumano, tetapi ia akhirnya mengerti maksud kelakuan Nakumano barusan.
Tepat seperti perkataan Rannish, Momo masuk ke dapur bersama 2 anjing vampire-nya yang berukuran lebih besar dari tubuh Momo.
“Masakannya udah selesai?” Tanya Momo. Kedua anjingnya berkeliling dapur karena mencium bau yang asing.
“Sudah,” Jawab Rannish tenang- tenang saja. Momo tersenyum puas. “Bagus. Aku minta kau mempersiapkan golok sebanyak mungkin karena sebentar lagi kau akan sibuk mencincang- cincang daging yang sangat banyak jumlahnya,” Kata Momo sambil berbalik meninggalkan dapur. Kedua anjingnya yang tadi dia tinggalakn di dapur bersama Rannish.
“Fuh.... sepertinya Momo sudah pergi,” Gumam Nakumano lega.
“?!” Pendengaran kedua anjing Momo tadi sangat tajam dari anjing biasa, dan tanpa di sengaja kedua anjing itu mendengar gumaman Nakumano. Rannish menyadari hal itu, ia berusaha mencegah kedua anjing itu mendekati tempat Nakumano bersembunyi, tetapi hal itu justru membuat kedua anjing Momo curiga. Nakumano mendengar suara Rannish berteriak karena di gigit oleh salah satu anjing Momo.
“ADOW!!!” Jeritnya sambil melepaskan tangannya yang barusan di gigit. Kedua anjing itu melepas gigitan mereka, Rannish terjatuh sambil memegangi lengannya yang berdarah dan terluka hebat karena barusan di gigit oleh kedua anjing Momo.
“Rannish!!” Nakumano keluar dari tempat persembunyiannya, ”Apa?” Kedua anjing Momo tadi langsung menatap Nakumano dengan tatapan ingin memakannya hidup-hidup.
“Celaka!” Di lihatnya air liur kedua anjing Momo sudah menetes-netes saking kelaparannya.
“GUK!!” Salah satu anjing itu menyerang Nakumano terlebih dahulu.
“AAA!!” Lengan Nakumano di gigit olehnya. Seketika darah merembes dari lengan jaket Nakumano dan menetes-netes di lantai. Anjing satunya lalu melompat dan menggigit lengan Nakumano yang lainnya, ” Ukh...,” Nakumano berusaha menahan sakit yang luar biasa. Tidak tega melihat temannya diserang, Rannish menguatkan dirinya untuk membantu Nakumano. Rannish melihat sekelilingnya, dan ia berhasil menemukan 2 buah pisau yang masih mengkilap di atas meja. Cepat- cepat di ambilnya kedua pisau itu , lalu....
JLEB!! Rannish menusukkan dua buah pisau sekaligus ke tubuh kedua anjing Momo. “Kaing....,” Kedua anjing Momo mengaing kesakitan sambil melepaskan gigitan mereka. Lalu tidak lama, tubuh kedua anjing itu mengering dan meledak menjadi butiran- butiran pasir.
“Nakumano, gak apa-apakan?” Tanya Rannish sambil mengambil beberapa pisau lagi untuk berjaga-jaga kalau-kalau nanti muncul anjing Momo yang lainnya.
“Ya,” Jawab Nakumano. Dilihatnya pisau yang tadi di tusukkan oleh Rannish ke tubuh kedua anjing itu. Diangkatnya kedua pisau itu sekaligus, lalu diamatinya,“Hm... ini pisau yang terbuat dari perak, kelemahan para vampire dan drakula, kemungkinan anjing yang barusan tadi adalah vampire dan kalau bukan berarti drakula,” Gumam Nakumano.
“Nakumano, ayo kita pergi, nanti Momo dan anjing-anjingnya itu dateng lagi lho!” Ranish mengingatkan sambil berjalan duluan keluar dari dapur.
“Ya!” Nakumano mengikutinya dari belakang.

“Ngomong-ngomong, kamu sendiri kenapa bisa ada di sini?” Tanya Rannish pada Nakumano saat mereka sedang bersama-sama mencari obor suci itu.
“Hmm... ceritanya panjang,” Jawab Nakumano malas.
“Oh ya, waktu itu aku pernah nguping nih pembicaraan Momo dengan 2 anak buahnya.”
“Pembicaraan apa?”
“Soal obor suci, katanya sih bukan Momo sembunyiin, tapi malah di pajang di depan pintu utama kastil.” Nakumano terbelalak mendengar perkataan Rannish.
“Kalau begitu, berarti gampang nemuinnya dong!” Nakumano mulai kembali bersemangat.
“Tidak, bukannya begitu. Obor di depan pintu kastil utamakan jumlahnya banyak, jadi.... apa gak ruwet nyarinya?”
“Tenang saja, aku sudah tau ciri- ciri obor suci itu kok,” Balas Nakumano enteng.

Sementara itu, Akumitsu dkk belum beranjak sedikit pun dari tempat semula karena mereka semua di kepung oleh gerombolan anjing vampire yang sama seperti kedua anjing yang menggigit Nakumano dan Rannish tadi. Momo yang baru saja kembali dari dapur dan terkejut karena melihat Nakumano dan Rannish sudah tidak ada, justru kedua anjingnya yang malah sudah menjadi pasir. Momo pun kemudian menjalankan rencana terakhirnya.

“Gile, anjingnya banyak banget!!” Kata Ritch sambil mengerjap-ngerjap matanya karena tidak percaya.
“Mana gede-gede lagi!” Timpal Asselut.
“Kalau di kota kita mana ada anjing jenis kayak gini ya?” Sahut Iruyo.
“Coba kasih tulang,” Usul Ikoni.
“Disini gak tulang begok!” Balas Ritch.
“Berakhirlah nasib kita sekarang.....,” Kata Akumitsu dengan nada sedih.
Tiba- tiba mereka mendengar suara tawa yang sangat keras dari arah tangga menuju lantai 2.
“Suara siapa itu?” Tanya Aterlinas kepada teman- temannya.
“Jangan- jangan itu...,” Gumam Deycot.
“Momo..,” Achouni melanjutkan kata-katanya. Dan benar saja, Momo muncul menuruni tangga itu sambil tertawa-tawa keras.
“Jadi, dia Momo?” Iverla tidak percaya dengan yang dilihatnya.
“Itu sih, kayaknya seumuran sama kayak adikku,” Timpal Angelyna.
“Menurutmu, dia dalang dari semua ini?” Ubeako sok ngotot tidak percaya.
“Berisik lo!” Sela Ikoni pada Ubeako. Ubeako merengut kesal.
“Baguslah, kalian semua sudah tertangkap,” Kata Momo senang.
“Ehe, memang bagus menurutmu, anak kecil!!” Denada menyindirnya, dan Momo paling tidak suka di sindir. Seketika di pandangnya Denada dengan tatapan penuh rasa kebencian. Momo berjalan mendekat ke arahnya, dan ketika sampai, langsung dicekiknya Denada.
“Berani sekali kau bicara seperti itu kepada Ratu sepertiku, dasar manusia sok mahluk tersuci!!” Kata Momo sambil menyeringai menyeramkan. Denada megap-megap tidak bisa bernapas. “khep..pas...khan....akh..
ku...,” Pinta Denada, tanpa terasa air matanya menetes, Anderla mengambil sebuah pedang yang semula tertancap di perisai Yuxellius lalu ia mengayunkannya ke arah Momo. Momo dengan cepat menyadari hal itu, lalu hanya dengan sekali gerakan, pedang Anderla terlepas dari tangannya sendiri dan justru melayang ke arah Vicky.
“KYAA!” Vicky sudah ketakutan, tetapi untungnya tiba- tiba pedang itu berhenti bergerak tepat di depan lehernya. Vicky nyaris pingsan karena tadinya ia sempat mengira kalau nyawanya akan segera melayang, semua anak pun menghela napas lega.
“Kalau kalian coba-coba untuk menghalangiku membunuh anak ini, aku juga akan membunuh kalian, dan menterror kota tempat kalian tinggal!!” Ancam Momo, matanya mendelik ke arah Vicky, “Berterima kasihlah karena aku masih memberinya kesempatan hidup.” Momo menguatkan cekikannya, Denada makin tidak bisa bernapas. Tetapi kemudian, sebuah pisau melayang dan berhasil mengenai salah satu punggung anjing vampire itu. Dan dalam sekejap anjing vampire itu berubah menjadi pasir. Hal itu membuat Momo mengalihkan perhatiannya.
“Kalian...,” Gumam Momo, tatapan matanya seketika berubah menjadi tajam.
“Nakumano, Rannish!” Seru Michihiko kaget dan tidak percaya.
“Hah...hah...hah... sampai juga akhirnya, ”Nakumano tersenyum penuh kemenangan saat melihat jejeran obor di sekitarnya, pasti salah satu dari obor itu adalah obor suci, Batinnya.
“Rannish, syukurlah kukira kau sudah mati!!!” Sahut Iruyo senang bercampur haru yang luar biasa. Dari jauh Rannish hanya mengacungkan jempolnya saja.
“Benarkan, Nakumano bisa keluar dari penjara bawah tanah itu,” Kata Achouni dengan perasaan bangga. “Ya, ya, lumayan,” Balas Ubeako, ”Heh, kalau cuman kayak gitu sih, semua orang juga bisa,” Remehnya. Tetapi Achouni tidak mendengarkan.
“Kalau begini, semua udah pada ngumpul dong,” Kata Angelyna, kepercayaan dirinya mulai pulih kembali. Peleasha mengamati pisau yang tadi di lemparkan oleh Rannish kepada anjing vampire yang barusan mati dan berubah menjadi pasir itu.
“Pisau ini, terbuat dari perak,” Katanya, lalu ia cepat-cepat mencari benda di sekitarnya yang terbuat dari perak. “Benar, semua pedang inikan terbuat dari perak!”
“Vicky, Aterlinas!!” Panggilnya. Vicky dan Aterlinas menoleh dan terkejut karena tiba- tiba Peleasha melemparkan 2 buah pedang ke arah mereka berdua. Cepat-cepat Aterlinas menangkap gagangnya.
“Pelasha, untuk apa?” Tanya Aterlinas sambil memberikan satu pedangnya lagi kepada Vicky.
“Pedang ini terbuat dari perak,” Jawabnya singkat.
“Apa hubungannya?” Kali ini Vicky yang bertanya.
“Para anjing vampire itu memiliki kelemahan, yaitu mereka akan musnah apa bila bersentuhan dengan benda yang terbuat dari perak,” Jelas Peleasha.
“Begitu ya, jadi...,” Aterlinas mengerti, lalu ditusukkannya pedang yang tadi di pegangnya ke salah satu anjing vampire yang berada di dekatnya, dan hasilnya, anjing itu musnah menjadi pasir. Vicky pun melakukan hal yang sama seperti Aterlinas. Lama kelamaan anak yang lainnya ikut melakukan hal yang sama seperti di lakukan oleh Vicky, Peleasha, dan Aterlinas. Momo terperangah dan akhirnya ia melepaskan juga cekikannya pada Denada.
Denada terjatuh dan terbatuk-batuk, lalu ia berusaha mengambil napas lagi agar merasa lebih baik. Setelah itu ia bangkit berdiri walau pun gerakannya masih lunglai. Ia mengambil sebuah pisau yang tertancap di perisai milik Tyson lalu membantu teman- temanny yang lain memusnahkan para anjing vampire itu.
Nakumano mengambil kesempatan ini untuk mencari obor suci yang berada di antara obor-obor biasa lainnya. Sedangkan Rannish, ia bergabung bersama teman- temannnya yang lain. Momo belum menyadari tindakan Nakumano, dan ia hanya menyaksikan anjing- anjingnya yang perlahan-lahan habis musnah menjadi pasir. Nakumano mengeluarkan buku tuanya, lalu ia mulai mencoba dengan obor yang pertama, di dekatkannya buku tua itu dengan obor yang pertama. Nihil, tidak terjadi apa- apa, buku tua itu tidak terbakar sama sekali.
Obor ke 2, ke 3, ke 4, ke 5, sampai yang ke 12, semuanya belum ada yang menunjukkan satu pun ciri dari obor suci. Nakumano mulai lelah, ia melihat ke tempat teman-temannya, Celaka, para anjing vampire itu makin sedikit, dan kalo mereka semua sudah musnah sebelum aku menemukan obor sucinya, pasti Momo akan menyadari tindakanku! Batinnya panik. Lalu digapainya obor ke 13 dan di dekatkannya dengan buku tuanya, ”Aku mohon, berhasillah!” Momo yang semula santai menyaksikkan anjing- anjing vampirenya musnah satu persatu, tiba-tiba ia merasa sakit yang luar biasa pada dirinya, tubuhnya terasa panas seperti terbakar.
“AAAAA!!!” Jeritnya, Nakumano dan anak-anak yang lainnya menoleh ke arahnya, ”Ini,” Nakumano menoleh ke buku tuanya lagi,” Terbakar. Ini obor suci!” Serunya dengan bangga. Momo mendengar hal itu, lalu dengan sekejap ia teleport ke tempat Nakumano dan langsung merebut obor suci itu.
“Hey!!!” Nakumano terkejut karena tiba- tiba Momo merebut obor suci itu.
“Ambillah kalau kau sanggup!!” Katanya sambil tertawa-tawa penuh kemenangan, bersamaan dengan itu ia terbang naik ke lantai 2.
“Kejar dia!!” Sahut Akumitsu sambil berlari menaiki tangga.
“YAA!!!” Jawab anak yang lainnya serempak sembari ikut menaiki tangga, Nakumano mengikuti mereka dari belakang.
“Kita pasti akan mendapatkan obor suci lagi!!!” Kata Akumitsu semangat.
Sial, kenapa anak itu bisa membuatku merasakan sakit seperti terbakar, padahal, walau pun dengan obor suci dia tidak mungkin bisa! Batin Momo sambil terus terbang menaiki lantai-lantai selanjutnya. Apa jangan-jangan, dia punya buku itu! Sial, kalau ternyata benar, aku dalam bahaya, aku tidak ingin mati sekarang, aku harus membunuh mereka semua!!!
Sementara itu, Akumitsu dkk tiba di depan 2 buah pintu. Di tengah-tengah kedua pintu itu terdapat sebuah papan petunjuk. Tulisan yang tertera di papan itu adalah:


Hal yang kalian benci, akan
Kalian temui di dalam sana
Dan jika kalian berhasil melewatinya,
Hal yang kalian inginkan akan di kabulkan


Mereka semua terperangah saat selesai membaca tulisan tersebut. Ubeako tertawa- tawa bagaikan orang gila yang baru saja masuk RSJ. Semua anak memandangnya dengan satu pikiran sama, ini anak stress atau sarap.
“Eh, kayak gituan itu gak usah di percaya!!” Katanya sambil terus tertawa.
“Mungkin aja bener, kitakan gak sedang main film, jadi mungkin aja,” Sergah Iverla. Tawa Ubeako malah jadi semakin menjadi- jadi.
“Kalo gitu,” Akumitsu membuka salah satu pintu, ”Kamu masuk duluan sana!” Katanya sambil menunjuk Ubeako. “Hah, aku?!” Ubeako menaikkan sebelah alisnya sambil menunjuk dirinya sendiri.“Serius lo?!” Tanyanya setengah meledek.
“Kalo gak percaya harus di buktiinkan!!” Kata Ikoni setengah berteriak padanya. Ubeako malah terkekeh-kekeh persis kayak nenek-nenek.
“Cepet buktiin,” Timpal Zeakicha.
“Buruan, kelemet-lemet amat sih!!” Michihiko ikut menambahi.
“Dasar mulut bebek, cepat masuk!!” Nakumano kehabisan kesabaran karena melihat tingkah Ubeako yang benar-benar nyaris menjadi orang gila, di tendangnya bokong Ubeako sampai terlempar masuk ke dalam pintu yang sudah di bukakan oleh Akumitsu. Lalu di tutupnya lagi pintu itu.
Ubeako masuk ke dalam sebuah ruangan yang gelap gulita dan ia tidak dapat melihat apa-apa, ia berjalan tidak tentu arah sampai pada akhirnya ia menabrak dinding, BRUK!! “Aduh...,” Ubeako merintih kesakitan sambil mengelus-elus monyongnya. “Celaka, bibirku berdarah, pasti gara-gara menubruk dinding barusan,” Gumamnya jengkel. Ubeako meraba permukaan dinding yang baru saja di tuburknya tadi, dan ia menemukan sebuah tombol. Ditekannya tombol itu lalu sebuah lampu tepat di atasnya menyala.
“Fiuh... syukurlah, ternyata ini tombol lampu,” Katanya lega. Ubeako mengamati sekeliling ruangan, tetapi kosong, itu hanya ruangan kosong! Sampai pada akhirnya ia menemukan sebuah cermin. Ia mendekat ke cermin itu. Ketika sampai, ia bercermin sesaat, ”Hmm... ternyata bibirku lumayan seksi juga ya kalau berdarah, terlihat sensual karena warna darahku merah,” Katanya membanggakan dirinya sendiri. Seksi dari mana? Adanya juga mau muntah yang mau ngeliat!! Bener gak?! Pasti bener!
Lama-kelamaan bayangan dirinya di cermin itu berubah, mulai dari rambutnya yang semula berantakan n’ ancur abis, kini di cermin terlihat sangat rapi, wajahnya yang semula terlihat seperti nenek-nenek (kalo lagi stress) kini terlihat sangat cantik, menawan, anggun, tubuhnya yang pendek dan kurus mendadak berubah menjadi tinggi semampai dan langsing, maksudnya enggak kurus enggak gendut, bibirnya yang semula doer dan manyun ke depan kini terlihat normal.
Ubeako terkagum-kagum melihat perubahan pada dirinya itu, tetapi sayangnya itu hanya terlihat di cermin, aslinya sih.... gak berubah sedikit pun, baik dalam mau pun luar fisik. Tetapi tiba-tiba permukaan tempat Ubeako berpijak terbuka dan Ubeako terjatuh ke dalamnya.
“Tolong!!!!” Jeritnya. Jertitannya itu tidak kedengaran karena ruangan tempat Ubeako tadi kedap suara.

“Ubeako lama banget sih!” Keluh Angelyna.
“Udahlah, tinggal aja! Bisa setahun nunggu dia itu keluar!!” Potong Ikoni.
“Iya bener, udahlah kita tinggalin aja Tyson, keburu tua nanti!!” Timpal Alex.
“C’mon, kita berangkat!” Neystle berjalan duluan ke luar diikuti semua teman-temannya. Tetapi baru saja mereka melangkah meninggalkan ruangan yang tadi, sebuah bola raksasa berduri menggelinding ke arah mereka dengan cepat. Neystle yang saat itu berada di barisan terdepan terkejut. Ia berbalik dan memperingati teman- temannya.
“LARI, ADA BOLA BERDURI RAKSASA DI DEPAN!!!” Jeritnya. Semua anak tersentak kaget. Beberapa anak berjinjit mencoba melihat, dan ternyata benar! Bola itu makin mendekat ke tempat mereka. “SEMUANYA, JIKA MASIH SAYANG PADA NYAWA MASING-MASING, KUPERINGATKAN UNTUK LARI SECEPAT MUNGKIN!!!” Yuxellius juga ikut memperingati yang lain.
Kemana pun mereka lari, bola berduri itu pasti mengejar mereka, karena pada dasarnya memang cuma ada satu jalan, mana jalannya lurus menurun lagi, gak ada liku- likunya. Kecepatan bola berduri itu makin bertambah, semua anak pun ikut menambah kecepatan berlari mereka. “Celaka, di depan jalan buntu,” Alex, Neystle, dan Iruyo yang sampai terlebih dahulu terkejut saat melihat jalan di depan mereka buntu. Neystle meraba dinding yang ada di depannya itu.
“Bagaimana ini?” Tanya Ritch kepada kedua temannya. Baik Neystle mau pun Alex keduanya sama menggeleng. Akumitsu dan yang lainnya baru saja tiba, dan di belakang mereka bola berduri itu masih saja terus menggelinding ke tempat mereka.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Beberapa anak mulai terlihat panik.
“Kali ini kita akan mati tertusuk-tusuk duri bola itu,” Kata Angelyna. “Ini dia yang di sebut keadaan gawat darurat,” Tambah Inotsuka. “Nakumano, ada petunjuk dari buku tuamu gak?” Tanya Ikoni kepada Nakumano. Nakumano seketika teringat kepada buku tuanya, ”Benar juga!”
Buru- buru ia mengeluarkan buku tuanya dari dalam ransel, lalu di bolak-baliknya halaman buku tua itu. “Ya, ketemu, denah kastil ini!” Nakumano mulai teliti mencari tempat mereka berada sekarang,”Ini dia, di sekitar sini, ada, ada... lubang!!” Katanya dengan nada penuh harapan. Semua anak memandangnya.
“Dimana lubang itu?” Tanya Tyson buru- buru.
“Itu...,” Nakumano tidak langsung menjawab, di lihatnya jalan buntu tadi,” Ada di dinding itu,” katanya sambil menunjuk ke dinding jalan buntu. Semua anak melongo,” Tapikan itu jalan buntu!” Sela Aterlinas.
“Enggak, aku yakin ada di....,” Nakumano menyimpan lagi buku tuanya di dalam ransel, setelah itu mengambil ancang-ancang sebentar lalu berlari mendobrak dinding jalan buntu tadi, “....Sana!!!”
“Hoi, ngapain diem aja, ayo bantu!!” Ajak Yirobig sambil ikut membantu mendobrak dinding jalan buntu itu.
“Benar juga. Ayo!!!” Kini tidak cuma Nakumano dan Yirobig saja, tetapi Ritch, Deycot, dan yang lainnya ikut membantu. Apa pun akan di lakukan, agar mereka bisa selamat dari bola berduri itu.
Bola itu kini hanya berada hitungan meter di belakang mereka, 10m... 7m...4m.... 3m... DRUAK!!! Dinding jalan buntu berhasil di dobrak, cepat-cepat mereka masuk ke dalam walau pun sebenarnya lubang yang berhasil mereka dobrak
tidak cukup besar.
“Celaka, Yirobig tidak bisa masuk, perutnya terlalu besar!!!” Seru Neystle tiba-tiba. Semua anak buru-buru membantu menarik Yirobig keluar dari lubang.
“TARIK! TARIK!!” Yosumuke berhenti menarik lalu mengeluarkan sebuah pacul dari ranselnya. (Wuidih.. O.o)
“SEMUA AWAS!!!” Katanya sambil mengayunkan paculnya di sekitar lubang. Lubang berhasil di perbesar dan Yirobig dapat masuk ke dalam. 3 detik kemudian, bola berduri tadi menghantam lubang tersebut.
BRAKK!!! Bola berduri itu berhenti bergerak, dan semua anak mengehela napas lega. Yosumuke meletakkan paculnya yang sudah hancur. Sambil mengelap keringat dengan lengannya, ia memandang Michihiko sambil tersenyum. Michihiko yang tidak sengaja menoleh ke arahnya, kembali menjadi jijik.
Masalah satu belum selesai muncul masalah lain, permukaan tempat mereka berpijak tiba-tiba bergetar hebat, dan perlahan-lahan permukaan itu runtuh, cepat-cepat mereka kembali bangkit dan berlari lagi. Ritch melihat tangga menuju ke lantai atas, dan ia pun langsung memberi tahu teman- temannya.“Semuanya cepat, ada tangga di sana!!” Serunya sambil terus berlari ke arah tangga itu tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.



To be continued.................
























































by Naravina Youichi



Tidak ada komentar: