"Di dalam mahkota es terdapat sebuah kunci yang dapat membuka pusat dunia. Dalam keadaan begini seharusnya benda tersebut harus di amankan tetapi dengan penjagaan ketat mendekatinya pun akan sulit. Dan satu-satunya hal yang tersisa adalah,,,,,,,,, menikah dengan putri dari penguasa wilayah ini."
BLETAK!!!!!!!!!!!!!!
"kau diam saja Ren," kataku dengan kesal. "tetapi apa memang tak ada cara lain untuk mendapatkannya?" tanya Hinata, "tidak! Itu cara yang terbagus." jawab Ren dengan cepat. "aku punya ide...." kata Fuyu, "kita ambil mahkota tersebut dan tinggalkan Rikimaru di belakang." kata Fuyu dengan santai, "kau ingin membunuhku?" kataku dengan heran, "tenang saja, aku cuma setengah bercanda." kata Fuyu dengan tertawa, "SETENGAH?" kataku dalam hati. "tetapi apa memang tak ada......." belum sempat Ayame berbicara aku langsung menyelanya, "ah,,,,, kenapa kita tidak mendiskusikannya di kamar Minata? Itu lebih baik dariipada di sini." kataku sambil tersenyum, "kenapa tiba-tiba..." tanya Ayame, "tidak apa-apa, ayo cepat,,,," kataku sambil mendorongnya. Ren, kakak, dan Hinata melirikku, aku memberikan isyarat agar mereka pergi, tiba-tiba Yue menarik lengan bajuku. Aku berbalik dan melihat ekspresinya yang cemas, "tenang, aku akan baik-baik saja." bisikku padanya. "Sudahlah,,,, ayo kita pergi." kata Ren, "ng, Rikimaru,,,, kamu tidak ikut?" tanya Ayame, "aku akan menyusul" kataku dengan senyum. Mereka semua pun sudah menghilang dari ruangan ini, "hah~ benar-benar menyusahkan." keluhku, "yah, daripada bersembunyi, lebih baik kalian tunjukan diri kalian selagi tidak ada orang." kataku sambil melihat ke arah tiang-tiang raksasa. Secara perlahan muncul 5 orang pelayan dari balik tiang-tiang tersebut, "pengkhianat, atau mata-mata?" tanyaku pada mereka tetapi mereka semua berjalan mendekat, "kalau begitu akan kucari tahu sendiri jawabannya." kataku sambil menarik pedangku. Tak disangka, 2 orang pelayan telah berada di depanku dengan sangat cepat, mereka memasang kuda-kuda untuk memukulku. Aku segera menghindar ke samping sehingga pukulan tersebut lepas dan menghantam tembok, tetapi ketika pukulan tersebut mengenai tembok tembok tersebut hancur. "apa? kekuatan apa itu?" pikirku, aku segera menebaskan pedangku ke tanah sehingga tanah pun tercongkel keluar, "teknik ninja keluarga Shiruya, Earth Bomb" aku melemparkan tanah yang telah tercongkel tersebut ke arah mereka dan tanah tersebut meledak. "ledakannya memang tidak besar, tetapi cukup untuk membuat mereka tidak bergerak, tiba-tiba dari balik asap mereka semua bukannya kalah, tetapi malah tambah liar. Mereka terus menyerangku, "gerakan mereka kaku, tetapi daya hancurnya kuat. Mereka juga liar, mengapa bisa begini? ini tidak wajar" pikirku, saat aku menghindar, aku melihat mata salah satu dari mereka, mata dengan pandangan kosong. "begitu rupanya..." kataku, aku segera mengambil kertas mantera, "teknik rahasia demon hunter keluarga Kaga, Purifying Fire" aku membakar mereka semua dengan api yang membakar segala sesuatu yang mengendalikan seseorang. Aku meloncat mundur kebelakang dan melihat apa reaksi dari api tersebut, para pelayan tersebut mulai bangun dan memegangi kepalanya, "ugh..... apa yang terjadi?" kata salah satu dari seorang pelayan tersebut, aku mendatangi pelayan tersebut,"yang mulia, ada apa?" tanyanya padaku, aku memegang kepalanya dan melihat matanya, pelayan tersebut keheranan. Setelah aku menatap atanya dengan serius aku pun melepaskannya, "tidak apa-apa." kataku sambil senyum dan pergi.
Aku pun kembali ke kamarku dimana semua orang berkumpul, aku membuka pintu dan Yue langsung mendatangiku, "Rikimaru-sama, apa kau tidak apa-apa?" tanya dengan cemas, "tenang saja Yue, aku tidak apa-apa." kataku, "jadi? kali ini apa?" tanya Ren. Aku berbalik ke arah Ren, "ini berita buruk, musuh kita bukan Youkai atau LORE, tetapi onmyoji." kataku tegas, "kau bercanda..." kata Ren, aku menggeleng, "para pelayan yang menyerangku telah dihipnotis atau semacamnya, pandangan mereka kosong terlebih lagi aku melihat ada lubang kecil di leher mereka. Karena itu ini tak salah lagi." kataku. "Kalau begitu sekarang masalahnya makin nambah, ini merepotkan." kata Ren, "tetapi apa yang ia incar?" tanya Ayame, "sudah tentu kristal tersebut." jawabku. "tetapi bukankah itu belum sempurna?" tanya Hinata, "yah,,,, mungkin saja dia tahu dimana pasangannya, yang pasti kita harus mendapatkan kristal itu." kataku tegas, "lalu gimana caranya? kristal tersebut dijaga oleh penjagaan yang sangat ketat, dan kau pun takka bisa memasukinya sembarangan." kata Minata, "yang itu masih kupikirkan" kataku padanya, "bodoh." ejek Minata, aku hanya tertawa saja. "yah sepertinya tidak ada jalan lain...." kata Ren, "kau punya rencana?" tanyaku, "satu-satunya rencana yang tersisa." jawabnya tegas, "apa itu?" tanyaku, "kalau kalian berdua menikah makan kalian akan mendapatkan itu dengan mudah kan?" jawabnya simpel, "kau mau mati?" kataku pada Ren, "heh? jadi itu ide yang buruk?" tanyanya, "TENTU SAJA......" terikku pada Ren, "yang benar saja! Mengapa aku harus menikah dengannya? Aku tidak mau!" jawabku tegas.
BRAK!!!!
Suara pitu yang dibuka secara kasar terdengar, aku menoleh ke arah pintu dan melihat Minata yang ingin keluar. Suasana pun menjadi hening sejenak, "ah,,, aku ingin keluar sebentar." kata Minata dengan suara yang kecil. Aku melihatnya pergi dan bertanya-tanya kenapa, Ren menatapku, "bodoh." katanya, aku terdiam karena kebingungan. Yue menarik lengan bajuku, "Rikimaru-sama, maaf tetapi apa yang kau lakukan sepertinya salah...." katanya.
Mereka semua meninggalkan kamarku, aku hanya berdiam diri saja. aku memikirkan, apa kesalahanku tetapi aku tidak mengetahuinya. Aku merebahkan diri di atas kasur, "hah~ mengerti seorang wanita itu adalah hal yang paling sulit untuk kulakukan...." keluhku, "yah sudahlah, memikirkan itu adalah urusan belakangan. Lagipula aku sudah memikirkan suatu rencana" kataku sambil bangkit dari tempat tidur. Aku berjalan keluar kamar dan pergi ke lorong menuju atas atap, di tengah lorong aku melihat Minata sedang menatap keluar melalui jendela. "apa yang kau lakukan disini, Minata?" kataku sambil tersenyum, Minata menatapku, "tidak ada." katanya dingin, "mengapa kau pergi secara tiba-tiba saja tadi?" tanyaku, "karena ada orang bodoh yang tidak menyadari kesalahannya." jawabnya ketus. Aku mendekatinya dan bersender di disampingnya, "apa sifatmu itu sudah bawaan dari kecil?" tanyaku sambil tersenyum, "entahlah..." jawabnya. Aku tersenyum kecil mendengar jawaban itu, "cahaya bulan disini terang sekali ya? meski belum purnama." kataku, "Kalau kau ada yang ingin dikatakan maka katakan saja, kau bukan tipe orang yang akan menanyakan hal itu sementara kau sudah tahu jawabannya. Terlebih lagi, kau kesini bukanlah untuk minta maaf atau mengetahui apa kesalahanmu bukan?" jawab Minata. "sifat dingin dan tenang lalu melakukan analisis yang jitu, karena itulah aku tidak membencimu." kataku padanya, Minata pun menoleh ke arahku, "yah, itu benar, soal apa kesalahanku bisa dipikirkan nanti, tetapi aku mempunyai rencana yang bagus.... karena itu aku butuh bantuanmu..." kataku pada Minata. Aku menoleh ke arah Minata dan melihatnya seperti terkejut, "mengapa?" tanyaku, "kau, kau bilang tidak membenciku?" tanyanya padaku, "hah? tentu saja, mengapa aku harus membenci temanku?" tanyaku, wajah Minata pun langsung berubah menjadi kesal, "hah? hei kenapa tiba-tiba kamu marah?" tanyaku panik, "aku tidak marah." jawabnya dingin sambil pergi, "ya kamu marah." kataku sambil mengikutinya, "tidak, daripada itu, aku ingin mendengar apa rencanamu?" kata Minata sambil berbalik ke arahku dan tersenyum, aku diam sejenak, "yah, mari kita kumpulkan semua orang."
by Yahya Valcyria Courtville
TRANSLATE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar