Halaman

TRANSLATE

Sabtu, 10 April 2010

Ninja's Demon Hunter(?) In Kuro Gakuen chp 34. I'm Your Friend No Matter What!!!!!

Sebuah iblis meloncat ke arahku, aku segera menebasnya dengan pedangku yang telah tersulut api. Pada saat yang sama aku melihat kakak sedang diserang dari belakang, aku segera melemparkan pedangku ke arah iblis itu sehingga lenyap. Kakak yang mengetahui itu langsung berputar ke belakang dan menebas pedangku sehingga berubah posisi menjadi horizontal lalu memukul bagian ujung gagang sehingga pedang itu melesat ke arahku, aku menggeser kepalaku sedikit dan pedang itu menancap di tubuh iblis yang berada dibelakangku. "The Dance Phoenix, itu adalah teknik mematikan khusus dua orang. Teknik ini menyulut api ke senjata sendiri dan melakukan serangan tanpa komunikasi sedikitpun. Kita membedakan partner kita dengan hawa tubuh, bisa dibilang ini adalah teknik tingkat atas." kata Ren menjelaskan. Musuh terus berdatangan tanpa hentai, aku memasang kuda-kuda menyerang dengan menaikan pedangku sementara kakak hendak menebas iblis tersebut dengan gaya samurai. "Kuda-kuda itu..." kata Yue dengan nada yang berhati-hati, Ren segera memasang kekkai angin pada Ayame dkk, "kenapa? Kenapa kau memasang kekkai angin pada kami?" tanya Ayame, "shh.... diam dan lihatlah..." kata Ren menyuruh Ayame untuk diam. Kakak menebas iblis tersebut dengan tebasan sempurna dan kakak pun membungkuk, aku membuat lingkaran api di sekeliling kakak dan meloncat ke arah kakak. Kakak menancapkan pedangnya ke tanah dan tersenyum mengerikan, aku memegang tangannya lalu dia memutarku dengan cepat sehingga lingkaran api yang kubuat tadi berkibar lebih besar. Putaran itu semakin cepat dan karena adanya lingkaran api yang kubuat makan para iblis tidak dapat mendekat, pada akhirnya kakak melemparkanku ke udara dan menyingkir dari tempat ia berdiri barusan. Aku jatuh bebas dengan memasang kuda-kuda menancapkan pedangku ke tanah. Aku menancapkan pedangku ke tanah dari atas dan angin mulai berubah, "teknik ninja keluarga Shiruya, Blaze Field" dalam sekejap lingkaran api yang kubuat barusan membesar dan berputar.

KAAABBBOOOMMMM!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Terjadi ledakan besar dari lingkaran api tersebut, "apa sudah selesai?" tanya Ren yang muncul dari dalam asap tanpa terluka karena kekkai, "sepertinya...." jawabku dengan cepat. Aku menyarungkan pedangku karena sudah merasa aman, "MERUNDUK!!!!" teriak Ren sambil menekan kepalaku kebawah sehingga aku terjatuh dan ia memukulkan telapak tangannya kepada sebuah iblis yang masih hidup yang ingin menyerangku. Pukulan Ren mengenai bagian dada iblis tersebut dan dada iblis tersebut menjadi bolong akibat tekanan angin yang diberikan Ren. Aku bangkit dan menarik pedangku lagi, aku melihat iblis yang telah dibunuh oleh Ren itu mengeluarkan semacam bayangan hitam dan mengumpal, "jangan-jangan...." kataku dengan khawatir. Gumpalan hitam tersebut pecah menjadi dua dan membentuk tubuh, "Doble Regeneration...." sambung Ren, "mati satu tumbuh dua, sialan!!!! Kalau begini tidak ada habisnya!!!!" kataku kesal, Ren berdiam diri sebentar dan merapal mantera, "Wind from Heaven, Come here and help me, Protect me!!" di tanah terpasang lingkaran sihir dan angin-angin membentuk dinding dengan berputar seperti tornado dengan kami semua didalamnya. "Dinding ini hanya bertahan 8 menit, cepat susun rencana...." kata Ren. "Sekarang ada kemungkinan Minata sudah ada di danau itu, kita harus cepat" kataku menjelaskan, "aku punya ide, Rikimaru, kau pergi kesana untuk mengambil Minata, biar kami yang urus dibagian ini..." kata Ren memberikan solusi, "Tidak mungkin, mungkin sudah terlambat...." kataku menolak, "kalau kau sendiri memang terlambat, tapi lain ceritanya kalau kau bersama-sama Werewolf..." kata Ren. Aku melihat ke arah Yoshida, "bersama Yoshida kau pasti bisa mengejarnya...." kata Ren, "a, anu,,,, maaf.... tapi kecepatan kakiku tidaklah maksimal..." kata Yoshida, "malam ini bukan bulan purnama, aku tak bisa berubah, lagipula kalau berubah...." kata Yoshida dengan cemas, "tidak ada waktu untuk berdebat!" kataku sambil bersiap-siap melakukan sesuatu. Aku berdiri di depan Yoshida, "anu...." kata Yoshida cemas, "tutuplah matamu..." kataku. Yoshida memejamkan matanya, "Moonlight given a new birth to wolf. Tonight let this child be a wolf without moonlight..." Formasi sihir terbentuk dan bercahaya mengelilingi Yoshida, aku mendekati Yoshida secara perlahan, Ren pun bersiul, "waktunya sudah hampir habis...." katanya dengan tenang. Aku memegang bahu Yoshida, "apa yang akan dia lakukan?" tanya Ayame penasaran, Ren hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tanpa pikir panjang aku langsung mencium kening Yoshida, Ayame dkk terkejut dan bengong akibat perbuatanku kecuali Ren.

BLLAAARRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Ayame melimpar bola apinya padaku dan menginjakku, "apa yang kau lakukan hah?" katanya dengan marah, "tung-tunggu dulu...." kataku ingin menjelaskan, "Mesum!!! Bodoh!!! Bego!!!" kata Ayame sambil menginjakku berkali-kali. Ren hanya tertawa akibat hal itu...

Bisa-bisanya kau tertawa pada saat ini, awas kau!!!!

"Sudahlah Ayame, barusan adalah Ritual..." kata Ren melerai, "ritual?" tanya Ayame yang agak tenang, Ren menunjuk ke arah Yoshida. Formasi sihir yang kubuat telah mengeluarkan gumpalan hitam seperti iblis tersebut dan membungkus Yoshida, Yoshida terlihat seperti tertidur. Gumpalan tersebut seperti menjadi satu dengan tubuhnya, Yoshida pun muncul dengan wujud yang baru, dengan kuping serigala dan ekornya serta cakar. Aku mendekati Yoshida, "itu adalah sihir untuk mengubah manusia serigala tanpa bulan purnama, sanyangnya sihir itu hanya bisa dilakukan satu bulan satu kali..." kata Ren menjelaskan, mata Yoshida mulai terbuka dan aku tersenyum karena berhasil. Tanpa disangka hal yang pertama kali dilakukan oleh Yoshida adalah memukulku, "eh?" kataku heran, Yoshida mencengkram bajuku dan membantingku ke tanah, "Apa yang kau lakukan hah sialan!!!!!" tanya Yoshida dengan kasar. Aku sangat terkejut karena gaya bicara Yoshida berubah jauh dari yang biasa, tangan Yoshida mencengkram bajuku lagi, "aku sudah tanya apa yang kau lakukan hah????" tanya Yoshida dengan mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Jadi kalau Yoshida berubah ke wujud asli sifatnya berubah menjadi begini???? Makanya dia tadi tidak mau berubah???

" Hei kalian, kalau begini terus ga bakal maju nih, efek dinding angin juga sudah mau habis...." Sahut Ren, Yoshida melihatku dengan wajah yang sangat dekat, "kita lanjutkan nanti..." katanya sambil melepas tangannya dari bajuku. Aku berdiri, "Baiklah, ayo kita lakukan....." kataku bersiap-siap. Dinding angin pun semakin menipis, saat dinding angin itu menghilang Yoshida langsung menarik tanganku dan berlari dengan kecepatan yang luar biasa, "heh, tunggu dulu...." jeritku sambil diseret oleh Yoshida, "semoga hidupnya tenang...." kata Ren seolah-olah aku sudah mati.

"Wah, kenapa wajahmu menjadi seperti itu tuan putri?" tanya Omnyoji pada Minata, Minata diam tidak menjawab, "haha, benar-benar pendiam. Yah... aku penasaran apa yang terjadi dengan mereka..." kata Omnyoji tersebut sambil melihat kebelakang, "pasti..." kata Minata dengan suara kecil, "eng? apa yahg kau katakan barusan?" tanya Omnyoji tersebut. "Rikimaru pasti datang menyelamatkanku, dia sudah berjanji, itu pasti!!!!" kata Minata dengan nyaring, Omnyoji tersebut menurunkan Minata, "aku ga yakin akan seperti itu...." klata Omnyoji tersebut, "eh?" tanya Minata heran, "anak itu namanya Rikimaru ya? Mungkin saja dia sudah mati karena aku mengeluarkan pasukan iblis seperti itu..." kata Omnyoji tersebut, "Tidak, dia tidak akan kalah dengan hal semacam itu..." bentak Minata. Omnyoji tersebut terdiam, "hei nona, apa kau tahu siapa yang salah disini?" tanya omnyoji tersebut, "yang salah itu kau! Kau pikir karena siapa mereka semua bekerja susah payah sampai mempertaruhkan nyawa? Cuma demi nyawa kecil saja, apa kau tidak sadar? Kalau mereka mati itu adalah salahmu, kalau mereka terluka itu pun salahmu. Cepat atau lambat mereka akan membungmu karena itu, kau tidak punya siapa-siapa, kau hanya bisa merepotkan orang saja, kau itu pengganggu...." kata Omnyoji tersebebut, Minata terdiam dan raut wajahnya berubah,

"Kau selama ini selalu sendiri dan merepotkan orang saja kan?"
Bayang-bayang masa lalu berputar di kepala Minata

"Apa kau pernah untuk tidak membuat orang terluka?"
Minata terdiam

"Kau itu hanya akan jadi pengganggu, karena itu, ikutlah denganku, dengan begitu kau tidak perlu merisaukan hal-hal sepeti itu...."

"Hei..... Tunggu Yoshida!!!! Jangan menarikku, lenganku bisa putus!!!!" Teriakku, "berhentilah berteriak, bukankah kau yang punya ide!!" bentak Yoshida yang terus berlari, "yang punya ide itu Ren bukan aku!!!!!" balasku, "lagipula kalau lenganmu putus bisa kumakan." kata Yoshida dengan santai, mendengar itu aku terdiam, "aku akan dimakan, aku akan dimakan, aku akan dimakan...." gumamku dengan pucat. Saat itu Yoshida melihat cahaya dari arah kolam, "hei Rikimaru! Cahaya apa itu?" tanya Yoshida, aku masih bergumam dan tidak menjawab pertanyaannya, "kau ini..... kalau orang bertanya DENGARKAN!!!!!!!" Kata Yoshida sambil melemparku ke arah cahaya tersebut. Aku melayang lagi diudara, aku melihat omnyoji tersebut sedang merapal mantera dan

BRRUAKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Aku terjatuh di depan omnyoji tersebut dengan sangat keras

Dasar, setidaknya tidak perlu begini kan????? Apa jadinya kalau aku tidak memasang kekkai di tubuhku?

"Hee... kau berhasil sampai sini ya nak?" Aku pun berdiri, "yah meski cukup susah, sekarang, kembalikan Minata, Pak tua...." kataku sambil menatap omnyoji tersebut. Omnyoji tersebut terawa, "sudah lama aku tidak bertemu dengan orang yang menyenangkan sepertimu, tetapi sayangnya waktumu hidup sudah habis..." kata Omnyoji itu, "huh, aku tidak boleh mati sekarang!" kataku menari pedangku dan mengacungkannya ke arahnya, "wah, bukan aku yang harus kau perhatikan nak, dibelakangmu." Aku menoleh ke belakang dan melihat pemandangan yang mengerikan, Gouma telah bangkit. "Gouma, habisi orang itu...." kata omnyoji tersebut, Gouma itu melihat ke arahku dan membuka mulutnya, "sial!" Sebuah sinar keluar dari mulut Gouma tersebut dan menghantam tanah, tanah itu pun telah hancur seakan-akan terkena nom nuklir. Aku yang sempat mengindar masih terkena sedikit akibatnya sehingga aku mendapatkan luka di bagian perutku, "sial!!!" kataku kesal, "pergi!" suara yang kukenal, "pergi, jangan kesini...." benar, itu adalah suara Minata tetapi darimana? Aku teringat sesuatu dan melihat ke arah Gouma, "pergi..." tenyata benar, Minata ada di dalam Gouma......

"Minata!!!! Kau mendengarku kan? Ini aku Rikimaru Kaguya!!!" Teriakku yang mencoba menyadarkan Minata, "pergi....." kata Minata yang berada di dalam Gouma. Gouma itu menarik tangannya ke belakang dan memukulku, aku segera menghindar dengan meloncat ke bagian belakang Gouma dan mencoba menebasnya dengan pedangku. Sayangnya hal itu sia-sia, tubuh Gouma tidak dapat ditembus dengan pedangku. "Kelihatannya kau dalam bahaya ya nak?" kata omnyoji itu padaku, "Ugh!! Aku akan membawanya kembali dari dalam, lihat saja pak tua!!!" kataku sambil menghindar serangan Gouma, "kenapa? Kenapa kau mau berusaha sekaras itu demi anak itu?" tanya Omnyoji itu penasaran. Aku tertawa kecil, "Sudah jelaskan? Dia adalah temanku, aku tidak mungkin membiarkannya begini sendirian!" jawabku dengan nyaring. Mendengar hal itu gerakan Gouma terhenti, "teman...." kata Minata terbata-bata, "heh, hei nona sudah kubilang kan? Pada awalnya dia menganggapmu teman, tetapi setelah itu dia akan membuangmu..." kata Omnyoji tersebut, "Apa kau bilang?" kataku dengan nada meninggi, "Lihatlah, dia terluka parah akibat kamu. Terlebih lagi yang melakukan itu semua kamu, apa kau masih menganggapnya teman?" hasut omnyoji tersebut. Aku pun menjadi marah mendengar hal itu, "Bukan begitu Minata! Luka seperti ini bukan apa-apa, yang melakukannya bukan kamu, tapi orang itu!" kataku pada Minata, "Percayalah, aku tidak akan membuangmu!!! Kau adalah temanku!!!" sambungku, "kau..." kata Minata yang terdengar seperti menangis, "kau itu hanya pengganggu...." balas omnyoji tersebut dalam pikiran Minata, "sudah;ah, terima kenyataan itu...." sambung Omnyoji tersebut. Aku mendengar suara isak dari dalam Gouma tersebut, "Aku.... Aku tdiak pernah menganggapmu teman!" kata Minata sambil menangis, "hahaha..... benar-benar menyedihkan ya nak? Ironis...." kata omnyoji tersebut padaku yang sedang terdiam, "sudahlah, mari kita tutup" kata omnyoji tersebut menyuruh Gouma untuk mengahabisiku. Gouma pun membuka mulutnya, aku hanya berdiam diri tidak bergerak, saat itu juga sebuah serangan pengahncur dihadapkan padaku.

BLLLAAARRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Serangan itu mengahantam tubuhku, lingkungan sekitar menjadi hancur, "haha, aku yang menang, sekarang tidak ada pengganggu. Dan kau nona, kerjamu bagus, kau memang senjata yang hebat" puji omnyoji tersebut pada Minata, "siapa yang bilang sudah berakhir?" Omnyoji tersebut terkejut dan menoleh kebelakang dan melihatku yang berhasil menahan serangan Gouma keluar dari asap tebal. Wajah omnyoji tersebut memucat, "kau, tidak mungkin! Bagaimana Bisa!!!??" kata omnyoji tersebut tidak percaya. Aku menarik pedangku, "Namaku adalah Rikimaru Kaguya, seorang Ninja Demon Hunter. Dengan mempertaruhkan nama Kaga dan Shiruya aku bersumpah akan mengirim omnyoji ini ke pintu gerbang kematian." kataku dengan tenang, "hah? yang tadi pasti cuma kebetulan! Tidak ada orang yang bisa bertahan dari serangan Gouma." Gouma itu bersiap menyerangku lagi, dia membuka mulutnya. Saat itu juga ada sebuah tiang dari tanah menyumpal mulut Gouma dari bawah tanah, "apa?" kata omnyoji itu terkejut, "Teknik Demon hunter keluarga Kaga, Earth Stab!!" munculah 4 buah tiang tanah yang sama menancap di kedua tangan dan dua kaki Gouma sehingga ia tidak biasa bergerak. "Teknik Ninja keluarga Shiruya, Earth Clone...." Munculah 6 klon tanah miliku dan menyerang Gouma tersebut dengan berlari di tiang tanah yang kubuat. Mereka semua menancapkan pedang di bagian tubuh Gouma setelah itu aku meledakan klonku sendiri sehingga Gouma pun terhenti, "Kenapa? aku sudah mengatakan kalau aku tidak menganggapmu teman?" tanya Minata dengan nada yang lemah, "Hal seperti itu, mana aku peduli. Kau tidak menganggapku sebagai teman tetapi bagiku kau itu temanku, selama aku beranggapan begitu maka aku akan berlaku sebagaimana layaknya temanmu, Minata." kataku tersenyum. Aku mendekati Gouma tersebut dengan pelan dan menancapkan pedangku kepada Gouma itu, "sudahlah, ayo kita pulang Minata..." kataku, Minata menangis dan mengatakan, "ya..." aku pun tersenyum, "Teknik Ninja Demon Hunter, Rikimaru own stlye, Destruction Ice...." Tubuh Gouma pun membeku sampai ke atas sehingga gerakannya terhenti, "Mimpimu berakhir disini pak tua..." kataku sambil mencabut pedangku dari tubuh Gouma, dan itu menyebabkan es yang telah kubuat retak dan menghancurkan Gouma tersebut menjadi keping-keping es. Aku menangkap Minata yang telah tertidur dari dalam Gouma, "tidak mungkin, siapa kau sebenarnya?" kata Omnyoji tersebut ketakutan, aku menoleh ke hadapan omnyoji tersebut, saat itu juga Ren dkk telah datang karena para iblis telah hilang. "Ini sudah berakhir pak tua..." kataku lagi mendekatinya, "kerja bagus..." aku langsung melihat sekeliling karena itu adalah suara saat aku berada di kamar tidur sebelumnya. "Siapa Kau? Jangan sembunyi!!!" bentakku, orang itu tertawa, "suara itu adalah, Rouya-sama!!!" kata Omnyoji tersebut senang, "hahaha, kalian semua akan mati..." sahutnya pada kami. Saat itu juga munculah seseorang di balik badai salju, orang tersebut bermata hitam dan berambut abu-abu.

LORE? Bukan, aku tidak merasakan kehadiran LORE..........

"Namaku adalah Rouya Karaki, dan aku buka LORE...." kata orang tersebut dengan tenang, "Rouya-sama, ayo habisi mereka, dengan kekuatan Rouya-sama hal itu pasti mudah..." kata Omnyoji tersebut minta tolong. "Kau kalah ya? Kalau begitu aku tidak mempunyai urusan lagi denganmu..." kata Orang tersebut sambil membunuh Omnyoji tersebut, "Kau!!" kataku marah, ia melihat mataku, "Sudahlah Argentum [silver], aku tidak ingin bertarung sekarang. Lagipula kalau kita bertarung hasilnya adalah kekalahanmu. Akan kubiarkan kau mengambil Kagi ini karena yang menang itu kau." katanya sambil melempar Kagi ke tanganku, "siapa kau sebenarnya? Mengapa kau tahu hal itu?" Tanyaku dengan nada yang meninggi, "hal itu? Oh.... soal Argentum ya? Hahaha, itu tidak perlu kau ketahui, sudahlah, selamat tinggal." katanya sambil menghilang di balik badai salju, "Rikimaru...." sahut Ren, "Ya aku tahu, dia bukan orang sembarangan..." kataku. Saat itu Minata terbangun, "Ah, kau sudah bangun?" tanyaku, Minata hanya melihatku, "Sudah selesai, aku tahu semua yang kau ucapkan itu karena terpaksa, jadi sudahlah, ayo kita pulang.." kataku sambil tersenyum, Minata menangis dan mencengkram bajuku, "terima kasih, terima kasih" katanya sambil menangis, kami semua hanya tersenyum saat itu. Setelah kami kembali ke kastil Lia memeluk Minata dan mengucapkan terima kasih pada kami, pada malam itu pesta pernikahan diubah menjadi pesta karena Minata selamat.

Dan besoknya..................................

"Hei Rikimaru..... kapan kau selesai menyiapkan bekal?" tanya Minata, "Kenapa kalian tidak belajar membuat bekal sendiri sih? Aku jadi repot....." kataku yang masih memasak, "karena susah..." jawab Ayame, "Itu bukan jawaban!!!!!" bentakku, "Lalu apa Ren masih Tidur? Arghh.... seseorang bangunkan dia, kita hampir terlambat!!!" kataku dengan kesal.

Yah,,, hari-hari setelah insiden di kampung halaman Minata telah berakhir. Liburan tiga hari juga sudah berakhir, hari-hariku kembali seperti biasa, dimana kita semua tersenyum dan bahagia bersama teman temanku, meski ada sesuatu yang menggangguku.

"Ryouma-sama, apa yang selanjutnya akan tuan lakukan?"

"Tenanglah, jangan buru buru. Kita akan melihat lihat dahulu, lalu setelahnya kita beraksi. Persiapkan dirimu Argentum, bukan Rikimaru Kaguya...."

by Yahya Valcryria Courtville

Tidak ada komentar: