[Squere]
Aku tak tahu maksud pertanyaan Mavros. Terlebih tentang kuda, aku tak tahu apa pun! Bagaimana ini? Secepat itukah identitasku terbongkat oleh orang asing? Aku trdiam mematung lama sekali.
Hening……….
“Sudahlah, tak perlu di lanjutkan. Terima kasih sudah menolongku, Squere!” dia pu duduk kembali
“Jadi, apa yang dilakukan bangsawan di sini?”
Kenapa bangsawan lagi?? “Ha? Ma… maksud kamu dengan bangsawan apa?” tanyaku masih berpura-pura.
[Mavros]
Orang yang keras kepala ya?! Aku melihat keluar sekali lagi.
“Woa.. Ada segerombolan tentara bawa kereta kuda yang megah…..”
“Wah, aku juga ingin lihat! Sedang apa ya mereka ke sini?” sahutnya sekenanya untuk mempertahankan identitasnya.
“Aku bohong! Kenapa kau kaget? Bukankah hal itu biasa? Terlebih lagi, sekarang sedang di adakan pertemuan antar kerajaan, Pangeran Bernaith..!!” kataku dengan senyum licik.
[Squere]
Ah, baguslah dia masih mengira aku pangeran, setidaknya penyamaranku agak berguna.
“La.. lalu kau mau apa jika tahu aku seorang pangeran?” tanyaku yang bingung setelah melihat senyum liciknya, “Bagaimana kau bisa tau tentang kerajaan dan bangsawan?” lanjutku.
Dia menatap wajahku, “Pertama, kuda. Bagi orang biasa, kuda sebagus itu tidak akan mungkin di tinggalkan di luar saat hujan deras. Dan yang ke dua, walau samar, di sadel kuda itu ada huruf B dan R, yaitu lambang keluarga bangsawan Bernaith!” jelas Mavros.
“Wow, kau jeli sekali!” aku mengakui kepandaiannya, toh hanya dia yang tahu siapa aku. “Apakah kau bangsawan juga?” tanyaku asal ceplos, lumayan untuk mendapat teman baru.
Pertanyaan ini membuatnya terdiam sejenak. Dia tersenyum kecil, “Bukan, tapi aku lumayan tahu banyak soal kerajaan”
Dia memperhatikan wajahku agak lama dan tampak berpikir akan sesuatu.
“Oh, kalau begitu kita berteman ya!” ucapku polos.
Aku tak punya prasangka apa pun tentangnya. Mungkin dia memang bukan siapa-siapa, tapa wajahnya mirip… mirip siapa ya? Tau ah…
“Oh iya, kalau kamu tahu siapa aku, jangan bilang siapa-siapa ya?!”
Aku melihat jamku. Ah tidak!! Aku sudah amat sangat terlambat! Bagaimana ini? Aku bisa dimarahi ayah, aku yakin wajahku sudah bingung bukan main. Aduh…..
[Mavros]
“Hei, dari tadi aku penasaran.. coba lepaskan ikatan rambumu..” kataku dengan serius dan penuh curiga.
“Ah, eh?” terlihat sekali dia salah tingkah. Dia refleks memegang ikatan rambutnya, berusaha menyembunyikan sesuatu.
“Mavros, untuk apa? kau tahu identitasku saja sudah cukup kan?!” jawab Squere kesal.
“Ada yang membuatku penasaran. Lepas saja..” desakku sambil mendekatinya.
“Ah, um, aku tidak mau!” dia terpojok, dan aku semakin mendekatinya.
Aku menatap Squere, “Hei, di belakangmu itu sarang laba-laba. Laba-labanya ada di rambutmu tuh…!”
[Squere]
Aku yakin wajahku memucat sekarang! Dia bohong atau serius? Apa yang harus ku laukan?
“Hahaha… kau bercanda…!” aku menjawab denagan senatural mungkin. Tapi sial, sepertinya dia benar, karena aku merasakan ada yang bergerak di kepalaku.
“Awas, ada 2 ekor tuh.. ukurannya juga besar!”
Apa? Dua? Oh, tidak aku takut sekali, sial. “ahaha.. Cuma 2 kan?!”
Demi harga diriku, aku memberanikan diri menyentuh kepalaku dan mencari-cari makhluk yang tak ingin ku lihat itu.
Saat aku meraba-raba, kurasakan ada yang benar-benar berjalan di tanganku. Dengan bodohnya aku mengarahkan tanganku tepat di depan mataku. Aku melihatnya dan menyentuhnya, kepalaku pusing. Dan semua jadi gelap.
[Mavros]
Seorang pangeran bangsawan takut pada serangga? Sepertinya dugaan ku benar.
“Sudah ku bilangkan…”
Jadi, sekarang ada bangsawan dalam gubuk yang kondisinya pingsan. Jadi apa yang harus aku lakukan? Kalau aku pergi maka tidak akan muncul masalah-masalah yang membuatku repot. Aku berjalan kea rah pintu ke luar, tetapi perhatianku teralihkan. “Dasar merepotkan …” kataku sambil memindahkan Squere ke tumpukan jerami.
“leon...! tuan Leon….!!!” Squere berteriak sangat keras sampai menghentikan langkahku di pintu masuk.
“Kau sudah sadar? Buat orang kaget saja tiba-tiba pingsan begitu… lalu, siapa iu Leon?” tanyaku penasaran.
“Hahaha.. maaf!! Aku tak tahu jika ternyata Mavros itu jantungan…!!” ejekku padanya. “Seperti yang kamu tahu, akhir-akhir ini kerajaan satu dengan yanglainnya sering mengadakan kunjungan untuk mempererat kekerabatan, dan kali ini giliranku mengunjungi pangeran Leon…! Mavros, kau kan tau banyak tentang bangsawan!” jelasnya panjang lebar.
“Sudahlah! Aku jadi terlambat nih gara-gara kau… coba saja kalau kau tadi tidak membongkar identitasku, pasti aku sudah sampai dari tadi….” Jawabnya kesal.
Dia mencoba berdiri, tapi sayang kakinya masih lemas. Aku merasa sedikit kesal karena hal itu. “Bukan salahku, penyamaranmu saja yang payah…” aku melemparkan cermin ke Squere, “Tuh, perbaiki riasanmu…!!!” kataku sambil tersenyum licik.
[Squere]
Aku menangkap cermin itu. hah,, dandanan ku? Ternyata orang ini menyebalkan, jika tahu akan seperti ini ku tinggal saja tadi. Mana tidak bilang terima kasih karena sudah di tolong.
“Hei, kau ternyata menyebalkan! Kau tadi pakai acara pingsan juga sih.. kau tadi mau meninggalkan ku kan? Dasar tak tau terima kasih!” kataku emosi sambil meperbaiki penyamaran. “Harusnya kau dulu yang blang terima kasih, lagian kalau bukan karena laba-laba, aku idak akan osan tau. Oh iya, jangan panggil aku ‘lady’ cukup ‘Squere’, kamu boleh panggil aku lady kalau aku jadi ‘Riesh’ , OK?!”
“Baiklah.. Terima kasih atas pertolonganmu.. lalu, berhenti atau tidak hasinya sama saja. Kau akan terlambat, jalan di depan itu tidak akan bisa di lewati jika sedang hujan. Kalau di paksaka bisa-bisa mati. Lalu, mengapa kau yang datang ke sana tidak membawa pelayan ata pengawal sedikit pun?” ucap Mavros.
“Oke… sama-sama… hm.. ya setidaknya masih bisa menyingkat waktu.. akumalas bawa-bawa pengawal… bosan, tidak bisa bebas…”
Mavros hanya mengangguk tanda mengerti.
“kau bilang kau kekurangan makan? Apa kau mau ikut? Di istana Zettel pasti banyak jamuan!” tawarku padanya. Sebenarnya dari tadi aku mendengar perutnya bunyi, kasiahan… berapa hari dia tidak makan ya? Ucapanku membuatnya terdiam heran.
“Hah?! Kau itu demam atau bodoh? Yang di undang itu adalah warga kerajaan, aku tak punya kepentingan di sana”. Dia merogoh tas pinggang miliknya, “dan suara yang kau dengar itu bukan suara perutku, tapi orgel rusak ini” katanya sambil memperlihatkan orgel bewarna coklat yang rusak.
TO BE CONTINUED....................
BY: HOSHI WRITERS' MEMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar