Aku berdiri dan mengatur nafas dengan tenang. Aku mengangkat Kiriya yang sedang dalam wujud senjata dengan posisi menusuk. Aku membuka mataku dan melihat Ren yang berada di depanku mengangkat LORE miliknya yang berbentuk pistol ke depan kepalanya. Tak lama ia mengibaskan pistol itu ke samping, "Ayo mulai..." katanya sambil menatapku. Aku melangkahkan kaki kiriku ke depan, dengan menjadikan kaki kananku sebagai tumpuan aku memutar Kiriya dan menancapkannya di tanah. Ren memutar pistolnya dan mengokangnya, "SYNCHRO!!!!!" Kataku dan Ren bersama-sama. Senjataku dan Ren bersinar, sinar itu sangat terang. Secara perlahan sinar itu memudar lalu, tidak terjadi apa-apa....
"Eh....??" kataku yang bingung karena tidak terjadi apa-apa. SYNCHRO adalah kemampuan khusus yang Valcyria untuk memaksimalkan LORE miliknya dalam bertarung. Masing-masing LORE memiliki kemampuan khusus, dengan memakai Synchro Valcryia dapat melakukan telepati dengan lore miliknya dan kemampuannya akan bertambah. Setelah mendapatkan Lore harusnya kemampuan ini akan muncul dengan sendirinya, tetapi, kenapa tidak terjadi apa-apa?
Tiba-tiba saja ada sebuah bulu bewarna putih jatuh di depan mataku. "Bulu.... putih....?" Aku segera melihat ke arah Ren. Aku terdiam sejenak, Ren sedang dikelilingi bulu-bulu burung bewarna putih, terlebih lagi, tetapan matanya berbeda, ia terlihat seperti orang yang berbeda, tak ada celah untuknya sekarang. Tanpa sengaja kulihat Yoshida menjatuhkan vas bunga dari lantai dua, tepat dibawah itu Ren berdiri.
DOORR........................
Bunyi tembakan terdengar nyaring dan berasal dari arah Ren. Tetapi, aku tidak melihat Ren melakukan tembakan itu, terlebihnya, vas barusan tidak pecah. Ren menembak bukan untuk menghancurkan vas itu, tapi mengubah arah jatuhnya dengan gesekan angin dari peluru barusan dan vas itu. Ini kekuan dari Synchro..... kemampuan yang melebihi demon hunter, kemampuan untuk menghancurkan LORE.....
"Luar biasa...." kata Ren yang terkejut sendiri, "Ini kemampuan dari Byakku..." Ren pun melihat ke arahku, "Ng? Kenapa kamu biasa saja...?" tanya Ren, aku menggeleng, "Hm... mungkin karena kamu melakukan kontrak tanpa medium." kata Ren, "Mungkin juga." Balasku, "Mungkin itu ada baiknya. Ketika melakukan Synchro, tenaga Valcryia akan banyak dipakai. Jika kau memakai medium hal itu tidak masalah, tetapi kau tidak. Sehingga yang terpakai kekuatan kehidupanmu, kalau kau sering menggunakannya maka kau akan lenyap, kautahu itu kan?" kata Ren. Aku pun hnya tersenyum, "Jangan bodoh, itu adalah keputusanku sendiri... lagipula, aku belum boleh mati sekarang..."
Aku dan Ren pun berjalan ke bagian timur sekolah dimana terdapat sebuah gym yang besar. entah kenapa, hari ini di gym ramai sekali, seperti ada acara. Ditengah jalan aku bertemu dengan Ayame, ia sepertinya ingin ke kelas. "Hei.... Ayame.... tunggu sebentar.." panggilku, Ayame pun menoleh, "Ada apa?" Aku pun mendekatinya, "Sebenarnya, ada acara apa di Gym itu?" tanyaku sambil menunjuk Gym yang ramai itu, "Ah~ itu..." saat Ayame ingin menjelaskan, kepala sekolah pun tiba-tiba muncul dan berkata, "Kejutan..." Aku segera berbalik dan melihat kepala sekolah sedang menghisap rokok pipanya. "Kejutan?" tanyaku dengan heran, "Oh!? kau belum tahu ya? Malam ini adalah ulang tahun seseorang yang sangat besar di Kuro Gakuen." kata kepala sekolah, "Nanti malam akan ada pesta disana, makanya sedang disiapkan, tentu saja orang itu tidak tahu akan hal ini..." sambung Ayame, "Orang besar ya? Aku jadi ingin bertemu orang itu..." kataku dengan tertawa. Ayame dan kepala sekolah pun menatapku dengan tatapan aneh, "Ada apa?" tanyaku heran, "Apa maksudmu Rikimaru-kun?" tanya kepala sekolah, "Bukankah kau sangat sering bertemu dengannya?" sambung Ayame.
-Siapa? Orang yang selama ini kutemui? Ayame, Yoshida, Minata, Fuyu, Yubisaki-sensei, Ren, Yue, kepala sekolah?
Aku melirik ke arah Ayame, ia bilang itu kejutan, tapi ia mengetahuinya, jadi pasti bukan dia.
Yoshida? Yah~ bisa jadi, tapi, orang besar? kurasa bukan....
Minata? Dia putri dari sebuah keluarga bangsawan, bisa dikatakan orang besar juga. Tapi bukankah dia tidak terlalu suka dengan hal seperti ini? Mungkin bukan.
Fuyu? Orang itu kekanak-kanakan.... tidak mungkin.
Aku pun melirik ke arah Ren...
apa mungkin dia? 100% tidak mungkin.....
"Meski aku tak tahu apa yang kau pikirkan, tetapi sepertinya itu membuatku kesal..." kata Ren yang melihatku membuang wajah, "Cuma perasaanmu saja..." kataku santai. "Kau benar-benar kejam ya? Kau bisa tidak mengingat setu orang seperti itu..." kata Ayame sambil melirikku, "Dia itu ketua murid sekolah ini Rikimaru-kun, Hinata...." kata kepala sekolah. "Oh dia ya....??" kataku dengan polos. "EH!!!!!????" Kepala sekolah pun membawa kami ke ruangannya sambil bercerita di tengah jalan, "Hinata adalah ketua murid terbaik yang pernah kami miliki." kata kepala sekolah, "Terbaik? Bukankah dia setengah Youkai?" kataku. Kepala sekolah pun membuka pintu ruangannya dan duduk di kursi, "Apa kau tahu dia itu campuran apa?" tanya kepala sekolah padaku, aku pun menggeleng. Kepala sekolah memejamkan matanya sebentar, "Yah~ paling tidak lama kau juga tahu.." katanya, aku menatap ke arah Ayame, "Apa kau tahu?" tanyaku, "Tidak... di asrama tidak ada yang tahu tentang itu..." jawab Ayame. , "Oh iya... Rikimaru-kun..." kata kepala sekolah, "Ya? Ada apa?" tanyaku yang mengambil secangkir teh. "Apa kau akan menjadikan Hinata-san partner?" tanya kepala sekolah dengan santai.
PROOTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Aku menumpahkan teh yang kuminum, "APA-APAAN ITU??!!" kataku dengan muka yang merah, "Yah~ karena kalian lumayan sering bersama maka sudah jelas kan kalian cocok untuk jadi partner? Atau... kau tidak suka pada Hinata-san?" tanya kepala sekolah. "Bukan begitu...!!!!" pembicaraan itu membuatku jadi gelabakan, "Lagipula, kalau Hinata-san itu orang besar, pastinya ia sudah punya partner..." kataku. Saat itu situasi pun menjadi hening, aku mengatakan itu sembarangan, aku melupakan sesuatu hal yang peting. Bagi Youkai, campuran itu dianggap buruk, terutama bagi jenisnya, bisa dianggap aib, "Maaf.." kataku dengan nada kecil. "Yah~ Hinata-san sekarang belum mempunyai partner. Meski ada yang meminta, ia menolaknya, karena ia berada di 2 dunia, manusia dan Youkai... karena itu..." saat itu Ren tertawa, "Alasan bodoh..." Aku tahu apa yang ingin Ren katakan, karena itu aku langsung menatapnya. Melihatku Ren pun diam dan tidak melanjutkan kata-katanya, meski Ayame agak terlihat kebingungan. "Nah~ lalu, kenapa kalian ada di ruanganku?" tanya kepala sekolah dengan polos
Bukankah kau yang mengajak kami....??
Aku pun berjalan meninggalkan ruangan kepala sekolah, ketika aku hampir sampai di dekat pintu kepala seklah melemparkan sebuah buku padaku. Aku pun menangkapnya, aku melihat judulnya, [PARTNER OF DEATH]. "Bacalah buku itu, lumayan untuk menambah pengetahuanmu..." kata kepala sekolah dengan senyum. Ketika dijalan Ayame pun berkata, "Hei, apa kalian mau membantu persiapan?" Aku dan Ren pun menoleh, "Kurasa aku tidak..." kataku, "Hm... boleh juga, sekalian untuk menghilangkan rasa bosan.." jawab Ren, "Lalu, jangan lupa untuk datang nanti..." kata Ayame sambil pergi ke arah Gym bersama Ren. Aku berjalan ke arah asrama melewati kolam yang mengalir di sepanjang sekolah. Hari itu sudah lumayan sore, angin pun membawa dedaunan dari daerah hutan yang berada di sebelah kananku. Entah kenapa, aku merasakan hawa yang aneh di hunatan itu, aku pun memasukinya.
Apa cuma perasaanku saja....??
"Mencari sesuatu?" Aku segera mencari pemilik suara itu, "Disini..." kata orang tersebut, Aku melihat ke atas. Hinata sedang berada di atas pohon seperti pertama kali kami bertemu. Aku pun memandanginya tanpa bicara apa-apa, Hinata juga melakukan hal yang sama denganku. Kami pun diam beberapa menit...
..............
.............................
...........................................
Aku pun berjalan keluar hutan, "HEI!!!!!" teriak Hinata dengan kesal, aku pun menoleh, "Ada apa?" tanyaku, "Kenapa kamu malah pergi!!??" katanya dengan marah dan megeluarkan sedikit air mata,
"Kau tahu kan kalau aku takut ketinggian!!?" sambung Hinata,
"Maka dari itu.... Bukankah itu hobimu?"
"Hidupmu pendek ya...??" balas Hinata dengan hawa membunuh
Setelah Hinata berhasil turun dia pun marah padaku, "Yang benar saja!! Kenapa kau pikir itu hobiku!!??" tanyanya, "Yah~ seharusnya orang yang takut ketinggian tidak akan naik pohon, karena ia tahu kalau dirinya tidak bisa turun kan?" kataku menjelaskan, "Itu beda.. Aku mempunyai alasan untuk naik kesana.." kata Hinata, "Apa itu?" Hinata pun menatapku, "Melihat Gym..." jawabnya
Kepala sekolah.... maaf.... acara itu akan gagal.....
"Jadi kau tahu tentang itu?" tanyaku, "Bagaimana tidak? Apa ada orang yang tidak sadar dengan kehebohan besar di Gym itu?" kata Hinata.
-Masuk akal..............
Aku pun berjalan bersama Hinata, "Lalu, apa yang akan kau lakukan nanti malam?" tanyaku, "Eh? Yah... sudah pasti akan datang kan? Mereka sudah menyiapkannya..." kata Hinata, "Kalau begitu... aku harus menyiapkan hadiah ya..." Hinata pun menoleh ke arahku, "Ah.. itu tidak perlu...." kata Hinta dengan sopan, "Tidak, kau sudah membantuku beberapa kali, anggap saja sebagai rasa terima kasih.." kataku dengan tersenyum, "Yah... kalau kau memaksa sih, tapi, jangan bilang karena mencari hadiah untukku nilaimu turun..." kata Hinata dengan tegas, aku pun hanya tertawa kecil. Tak lama, ponsel Hinata berbunyi, ia mengangkatnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, tetapi tampaknya itu adalah hal yang serius. Raut wajah Hinata yang semula cerah berubah. Hinata pun menyimpan ponselnya, "Aku tak tahu kalau disini bisa memakai ponsel..." HInata pun melihat ke arahku secara kaku, "Ah! Bukan, itu bukan sembarang ponsel..." kata Hinata dengan nada kecil, entah apa yang terjadi padanya. Saat itu juga Hinata melihat buku yang kupegang, "Rikimaru-kun, buku itu..." Aku melihat buku itu sejenak, "Ah... ini? Ini diberikan oleh kepala sekolah tadi, apa kau pernah membacanya Hinata-san?" tanyaku, "Ya.... pernah..."
Aku pun berpisah dengan Hinata di perempatan jalan, "Sampai jumpa.. Hinata-san..." Hinata masih terlihat down. Karena sepertinya ia tidak menjawab tadi aku meninggalkannya. "Rikimaru-kun..." panggil Hinata, aku pun berbalik, "Apa kau bisa datang malam ini ke ruangan khusus ketua dewan murid jam 9?" tanya Hinata, "Eh? kenapa?" tanyaku. Hinata tidak menjawab, ia masih terlihat down, apa boleh buat, "Baiklah... sampai jumpa..." kataku, Hinata tetap tidak menjawab. Aku berjalan lumayan jauh, tetapi aku masih dapat melihat Hinata dibelakangku, ia seperti mengatakan sesuatu, yang kudengar cukup jelas adalah, "Selamat Tinggal..."
Aku pun berjalan ke asrama. Aku memasuki pintu depan asrama dan langsung berjalan ke lantai 2, aku membuka pintu kamarku, "Lama....." protes Kiriya sewaktu melihatku, "Kau akan terbiasa.." kataku cuek, "Ng? Mana yang lain?" tanya Kiriya, "Lagi mengerjakan sesuatu..." kataku sambil menaruh tas, "Hei... aku ingin keluar, aku bosan disini..." balas Kiriya. Aku menatap Kiriya sejenak, "Ajak saja yang lain... mereka ada di Gym..." kataku. Kiriya menatapku dengan tatapan kosong.
-Benar juga..... Kiriya tidak tahu dimana itu.....
Aku mengambil sebuah kertas dan menggambarkan Kiriya peta, "Disini.... kau mengerti kan?" tanyaku ragu-ragu, Kiriya memandangi peta itu sejenakdan mengangguk. Ia keluar sambil membawa peta itu, aku pun menghela nafas.
-Dengan kata lain... aku sendiri disini ya...? Kata Ayame, Yue juga membantu disana....
Aku pun melihat buku yang diberikan kepala sekolah padaku, aku mengambilnya dan membacanya di tempat tidur. [PARTNER OF DEAD] Dari judulnya kau sudah tahu itu buku fiksi. Aku membuka halaman buku itu dan membacanya, seperti yang kuduga, itu buku cerita. Isinya adalah tentang Grim Reaper, dewa kematian (Shinigami). Disitu disebutkan kalau mereka dibagi 3 tingkat, tingkat pertama yang bertugas memberikan perintah. Tingkat kedua adalah yang melaksanakan perintah dari tingkat pertama. Dan yang ketiga adalah yang bertugas sebagai pencatat jiwa yang telah diambil, mereka juga melakukan pencatatan orang yang akan diambil jiwanya. Menurut cerita, dewa kematian itu adalah orang yang berjubah hitam, berwujud tengkorak, dan memakai sebuah sabit kematian (dead scythe). Kenyataannya berbeda, mereka seperti manusia, membaur dengan manusia akan membuat pekerjaan mereka lebih mudah. Lalu, sabit adalah senjata utama mereka, tetapi bukan bererti mereka tidak bisa memakai senjata lain. Dewa kematian bisa menggunakan, hampir seluruh senjata, itu adalah ciri khas dewa kematian.
-Cerita yang membosankan, ini membuatku ngantuk......
...................................
.......................................................
.........................................................................
............................................................................................
........................................................................................................
Aku pun terbangun ketika Ayame memasuki kamarku. Ia menyalakan lampu, "Hei-hei, apa yang kau lakukan disini..." kata Ayame dengan nada kesal, aku yang masih setengah sadar masih tidak mengerti. "Kau tahu jam berapa sekarang?" tanya Ayame, aku melihat jam, "Jam 10:25 malam" kataku dengan nada ngantuk, "Benar, dan kau melewatkan acara ulang tahun Hinata..." kata Ayame. Entah kenapa, rasanya aku melupakan sesuatu yang lumayan penting....
"Apa kau bisa datang malam ini ke ruangan khusus ketua dewan murid jam 9?" Janjiku dengan Hinata pun muncul dikepalaku. Sekali lagi aku melihat jam, [10:27].
"GYYYYYYAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Aku langsung berlari keluar asrama tanpa pikir panjang. Aku melewati jalan kolam karena disitu lebih dekat. Ruangan khusus ketua dewan murid terletak di samping bangunan dewan murid. Dan untuk bisa sampai disana, harus melewati tangga yang panjang, "Kenapa bangunan di sekolah ini aneh begini!!!!???" kataku kesal sambil menaiki tangga itu. Aku pun sampai di depan pintu ruangan itu, aku meneguk liur dan berharap agar Hinata tidak marah. Aku membuka pintu itu dan melihat Hinata sedang tertidur di sofa. "Hinata-san..." panggilku dengan pelan, Hinata pun terbangun, ia berbalik dan menatapku sesaat lalu berjalan menuju lemari, "Tutup pintunya..." kata Hinata dengan nada datar. Aku pun menutup pintu itu seperti yang disuruh, "Um... ma, maaf Hinata-san..... aku tadi tertidur..." kataku sambil menunduk. Hinata diam dan tidak berbicara, aku mengangkat kepalaku dan melihat kalau ia sedang menatapku.
"Tidak masalah, Rikimaru-kun..." kata Hinata
"Eh...??"
"Sebenarnya, aku akan lebih senang kalau kau tidak datang, tetapi, pada akhirnya kau pun datang..." kata Hinata dengan wajah yang tidak terlalu jelas karena gelap
"Apa maksudmu?"
"Rikimaru-kun....... Apa kau sudah membaca buku yang diberikan kepala sekolah itu?" tanya Hinata, aku pun mengangguk
"Yah... buku itu buku fantasi kan, tentang Grim Reaper..." kataku sambil tertawa sedikit, tetapi Hinata tidak tertawa.
"Itu bukan fantasi....." kata Hinata
Hinata berjalan ke arah sebuah kursi, di kursi itu terdapat sebuah jubah hitam yang ujungnya penuh dengan sobekan. "Mereka seperti manusia, mereka membaur dengan manusia..." kata Hinata sambil mengenakan jubah itu, "Mereka juga dapat menggunakan semua senjata, seperti kamu, Rikimaru-kun". Aku memandangi Hinata dengan tatapan curiga. Hinata mengangkat tangannya, sebuah tanda bahwa ia adalah jenis campuran terlihat, "Hinata-san... jangan-jangan...". Hinata mendekat satu langkah, "Para dewa kematian mempunyai dead scythe yang berbeda. Mereka menyembunyikannya dengan elemen yang sesuai..." Hinata menggores tangannya yang mempunyai tanda itu dengan pisau kecil, "Hinata-san....!!!!" teriakku melihat perbuatan Hinata yang mengejutkan, tetapi gerakanku berhenti ketika melihat darah yang dikeluarkan Hinata menggumpal dan membentuk sesuatu, "Materialize My Dead Scythe, Blood Scythe...." kata Hinata. Gumpalan darah tadi langsung berubah menjadi sebuah sabit bewarna merah darah, ditambah, ukurannya yang besar. Hinata menebaskan sabit itu dan berkata, "Rikimaru Kaguya... Aku akan mengambil nyawamu......" Aku terdiam dan tidak bisa berkata-kata, "Hinata-san... Kau...... Campuran Shinigami..." kataku yang tidak percaya, "Beristirahatlah dengan tenang..." kata Hinata sambil menyerangku.
----------------------------------------------------------- By: Yahya Scorellia Courtville
TRANSLATE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar