Halaman

TRANSLATE

Kamis, 30 Desember 2010

Ninja's Demon Hunter(?) In Kuro Gakuen chp 42. End of One Thing, The Beginning of The New Thing

Sabit hitam Hinata tepat berada di depan mukaku dalam sekejap.

BRAK!!!!!!!

Sabit itu menancap di lantai, meski aku telah menghindar tetapi sabit itu mengenaiku sedikit.

-Apa maksudnya ini? Sekali Shinigami menandai targetnya, maka tidak ada yang bisa lolos. Apa itu artinya aku berakhir disini?

"Jangan menghindar...." Aku langsung melihat ke arah Hinata. Aku tidak berbicara sepatah kata pun.

"Kumohon.. Jangan membuatku lebih susah daripada ini... Rikimaru-kun."

"Hinata-san.... apa maksudnya ini??" "Sudah kubilang kan? Aku adalah Shinigami yang ditugaskan untuk mengambil nyawamu..." Kata Hinata dengan nada datar

"Kenapa? Atas dasar apa?"

Desakku Hinata pun terdiam sebentar dan menjawab

"Perintah, karena aku adalah Shinigami tingkat ke-2, terlebih lagi aku campuran.." Jawab Hinata

"Apa..?? Apa kau sudah gila Hinata-san?? Kau membunuh tanpa mengetahui alasannya? Coba pikirkan lagi Hinata-san !!" jeritku Tiba-tiba Sabit Hinata berada disampingku, aku langsung mengindar tetapi pecuma, sabit itu melukai lenganku dengan dalam.

"Hinata-san.." panggilku

"DIAM!!!!!!!" Jerit Hinata

"Shinigami tidak memerlukan alasan! Ketika ada perintah maka kami harus melaksanakannya!! Kami tidak bisa menolak meski ingin!!" Sambung Hinata dengan suara tinggi Hinata menarik sabitnya, wajahnya pun tertunduk, "karena itu Rikimaru-kun, kumohon... jangan buat aku lebih susah lagi..." katanya dengan nada yang rendah sambil menyerangku.

------------------------DI ASRAMA--------------------------

"Dimana Rikimaru?" tanya Kiriya,

"Entah... Tadi dia lari keluar secara tiba- tiba.." jawab Ayame.

"Mungkin Rikimaru-sama ada urusan.." kata Yue

"Kau tidak mencarinya??" tanya Minata Yue menggeleng,

"Ini masih di sekolah, kurasa akan aman-aman saja.." jawab Yue.

"Ada apa?" tanya Ren yang baru turun dari tangga, "Rikimaru lenyap..." kata Fuyu, "Oh... belum kembali ya..??" tanya Ren, Fuyu menggeleng. "Kenapa kalian memilih orang seprti itu sebagai partner? Dia bahkan tidak bisa melakukan synchro..." kata Byakku.

"Hei-hei... kontrak tanpa formasi sihir itu rumit lho... Karena mereka harus benar-benar menjadi satu..." balas Ren.

"Benar juga..... Kiriya... apa kau tidak harus berada di dekat Rikimaru seperti Ren dan Byakku?" tanya Yoshida. Kiriya menoleh, "Mereka berbeda dengan kami.." kata Ren, "Kami memang harus selalu dekat agar mudah melakukan synchro. Tetapi mereka dapat melakukan synchro meski terpisah jauh." jelas Ren.

"Pada dasarnya... Untuk melakukan synchro itu tergantung Valcyria itu sendiri..." sambung Ren. "Maksudnya...??" tanya Ayame, "Ada sesuatu yang harus dimengerti Valcyria, benar kan Kiriya?" tanya Ren sambil tersenyum. Muka Kiriya memerah, "Diam kau..." katanya sambil pergi keluar, Ren pun hanya tertawa kecil.

------------------------DI RUANGAN KETUA DEWAN MURID--------------------------

Luka di lenganku terasa perih, ditambah lagi dengan beberapa luka lain. Ini bagaikan kondisi tikus yang diincar oleh pemangsa. Sosok Hinata yang mengenakan jubah hitam, dan memanggul sebuah sabit bewarna merah kehitaman terlihat seperti Shinigami yang siap mencabut nyawa mangsanya.

Shinigami.......

Sebuah ekstensi yang berada di tengah-tengah antara dewa dan setan, sebuah kematian yang tidak bisa terhindarkan. Para Shinigami telah terikat dengan keharusan. Mereka tidak bisa menolak. Kecuali dalam suatu kondisi, dimana shinigami tersebut telah terikat dengan orang lain.

Aku teringat oleh buku tersebut, tetapi tanpa disangka Hinata sudah berada di depanku. Ia mengayunkan sabitnya dengan cepat. "Kenapa..?" tanya Hinata dengan tenang, "Kenapa kau terus menghindar?" tanya Hinata padaku yang sedang berada di belakang dirinya. "Maaf Hinata-san.." kataku, "Aku belum boleh mati sekarang..." jawabku dengan menegakan wajah. Hinata tampak sedikit terkejut mendengar perkataanku, "Jadi akhirnya akan begini ya?" balas Hinata. Aku mengangkat sebuah pisau yang berada di dalam ruangan itu karena aku tidak membawa senjata satupun. Hinata mengangkat sabitnya sekali lagi dan memanggulnya, "Sekali namamu berada di dalam daftar, maka tidak ada lagi yang bisa mengubahnya..." kata Hinata. Aku pun tertawa kecil, "Kalau begitu biar aku yang mengubahnya, karena aku belum boleh mati sekarang, Hinata-san..."

Hinata menyerangku dengan cepat, pisauku tidak akan bisa menahan sabit miliknya. Karena itu, aku mencoba mengindar ke arah samping sabit tersebut. Tetapi dalam sekejap sabit itu berubah arah mengejarku. Aku pun menghindarinya dengan menunduk dan melompat ke belakang. Saat aku menegakan wajahku kaki Hinata telah mengenaiku dengan telak. Aku terlempar ke belakang dan menabrak dinding, "Hehe... melawan Shinigami memang tidak gampang..." kataku sambil tertawa, Hinata tidak berbicara apa-apa. Aku pun menegakkan pisau itu kembali, Hinata kembali menyerang, serangannya yang tajam sulit dihindari. Luka ditubuhku pun semakin bertambah banyak, sampai aku terpojok di dinding. Hinata mengangkat sabitnya, "Pada akhirnya perlawananmu sia-sia, kau memungut pisau itu untuk melawanku, tetapi sayang sekali tidak berhasil. Kemampuan kami berbeda jauh denganmu.." Hinata mendekatiku yang penuh dengan luka, "Selamat tinggal, Rikimaru-kun.." Ia menebaskan sabitnya ke arahku dari atas.

Secara tiba-tiba tangan Hinta terhenti. Hinata terlihat heran, ia ingin menggerakkan tangannya tetapi tidak berhasil. "Kau, apa yang kau lakukan??" tanya Hinata, aku pun tersenyum dan berdiri. Saat itu juga Hinata pun melompat mundur, ia mencoba menggerakkan tangannya dan berhasil. Ia menatapku dengan tatapan heran, "Terjebak..." kataku dengan tenang. Hinata melihat sekeliling, "Jadi begitu.... pisau itu hanya pengalih perhatian ya...??" kata Hinata sambil tertawa, "Soalnya sulit untuk menipumu Hinata-san.." kataku, "Jadi semua gerakan menghindarmu tadi cuma untuk memasang ini saja?" tanyanya, "Tidak juga, menghindari seranganmu itu memang sulit." balasku, "Jadi, Teknik apa ini?" tanya Hinata.

Aku tersenyum kecil, "Teknik rahasia keluarga Shiruya, String of Curse..." Hinata kembali memanggul sabitnya, "Kau bisa bertahan sampai sini memang mengesankan, tetapi, apa kau pikir bisa menang melawanku dengan ini?" kata Hinata yang tiba-tiba berada di belakangku, "Ide ini memang bagus, kau memasang benang-benang di seluruh ruangan. Tetapi, aku dapat melihat semua itu, karena mataku berbeda dari mata kalian..." sambung Hinata. Aku pun tertawa kecil saat itu, "Tampaknya kau ada sedikit kesalahan Hinata-san.." Hinata pun menjadi heran. Saat itu juga sebuah pisau menggores pipi Hinata sedikit. Hinata yang terkejut segera menjauh, ia menatapku sambil memegang lukanya, "Kau bilang Pisau itu hanya untuk pengalih perhatian?" kataku sambil memegang pisau tersebut, "Tetapi sayangnya bukan..." sambungku, "Pada dasarnya teknik ini adalah untuk pertahanan, tetapi, dengan menabahkan senjata maka teknik ini bisa berubah." Aku menjatuhkan pisau tersebut, "Aku menggabungkan teknik keluarga Shiruya sebagai dasar, lalu teknik keluarga Kaga, yaitu Running Blade..." Pisau yang kujatuhkan mengenai sebuah benang yang kupasang, pisau itu berjalan mengikuti benang tersebut. Aku mengikat semua ujung benang di jariku, aku mengeser sedikit tempat benang-benang tersebut berada sehingga pisau tersebut berubah arah mengelilingiku, "Ini adalah teknik baru milikku. Teknik Ninja Demon Hunter, Rikimaru Own Style, String Assassin..."

Nafas Hinata semakin cepat, ia bersiap untuk menyerangku, aku pun bersiap dengan menarik benang-benang. Hinata pun berlari ke arahku, aku membuat benang di bagian bawah meregang, sehingga Hinata terjatuh. Di saat itu Hinata berputar ke belakangku, saat dia ingin menebasku, aku menebas pegangan sabit itu dengan keras sehingga sabit itu terjatuh. Aku pun terus menyerang, aku mengikat kedua tangan Hinata, dan kedua kakinya, Hinata meronta tetapi percuma, "Teknik ninja demon hunter, Spider Web" kataku dengan tenang. Pandangan Hinata bertemu denganku.

"Jadi bagaimana?" tanyaku dengan senyum, Hinata pun tersenyum susah "Bertahan sekaligus menyerang ya?" tanya Hinata, aku hanya tersenyum. "Tetapi sayang...." Perkataan itu menghapus senyum legaku "Nama sabit itu adalah Blood Scythe, kau tahu artinya kan?"

JLEEBB!!!!!!!

Sesuatu menusuk tubuhku, aku menoleh kebelakang. "Setiap Dead Sycthe memiliki karakteristik khusus. Milikku adalah Blood Scythe, dengan kata lain, aku dapat memanipulasi darah musuh." Kata Hinata yang melihatku terbaring di lantai dengan darah dalam jumlah banyak. Hinata yang telah bebas, mendekatiku, ia mengambil sabit miliknya, ia pun duduk disampingku. "Maafkan aku Rikimaru-kun, tetapi aku tak punya pilihan lain." kata Hinata yang beniat meninggalkan ruangan. Ketika ia berada di depan pintu, aku mengumpulkan semua tenaga yang tersisa. "Tunggu..." Hinata pun terkejut dan berbalik, aku yang berada di depannya langsung menempelkan darahku di leher Hinata. Hinata mengambil jarak, "Kau, bagaimana kau masih bisa hidup?" tanya Hinata yang heran, aku hanya tertawa kecil, "Sudah kubilang kan? Aku belum bisa mati sekarang.." kataku dengan payah. Darahku sudah banyak yang hilang, kesadaranku makin menghilang. Aku pun terjatuh dengan posisi berlutut. Hinata yang melihat itu perlahan mendekatiku, "Sudahlah, kau tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Jika kau tidak diberi perawatan mungkin 35 menit lagi kau akan mati." kata Hinata, aku pun menggerakkan telunjukku sedikit, "kau juga berada di kondisi yang sama.." kataku. Hinata pun menyadari kalau lehernya sedang terlilit dengan benang yang kupasang, ia menatapku,

"Ini lagi? kalau aku gunakan cara barusan.."

"Tidak akan berhasil..." kataku dengan cepat, Hinata pun terdiam.

"Lihatlah lehermu..." Hinata pun menyentuh lehernya dan terkejut

"Ya, itu adalah darahku. Kalau aku benar, sekali kau membentuk darah menjadi benda padat, maka yang lain pun akan begitu kan? Dengan kata lain, jika kau membentuk darahku menjadi tombak yang akan menusukku, maka artinya lehermu pun akan tertusuk." kataku dengan nafas yang berat. Wajah Hinata nampak kaget, tak lama ia tertawa. -Apa aku telah salah? Sial! Hinata pun membuang sabitnya, "Kau menang.." kata Hinata, aku mengangkat wajahku, "Apa yang kau katakan tadi benar Rikimaru-kun, aku sudah kalah.." sambungnya. Aku yang terkejut melepas benang itu dari lehernya, "Sejak awal, inilah yang kuharapkan. Semenjak aku menerima perintah membunuhmu, aku bingung apa yang harus kulakukan. Aku mencoba untuk menjadi dingin, tetapi, tidak berhasil. Aku tidak bisa mengambil nyawa temanku sendiri." kata Hinata sambil meneteskan air mata. "Hinata-san.." panggilku.

Hinata mengambil pisau yang terjatuh, ia mendekat kepadaku, "Rikimaru-kun.. tolong, akhiri hidupku.." katanya sambil membuatku memegang pisau itu. Aku terdiam, "Cuma ini cara akhir, Shinigami akan terus ditugaskan untuk mengincar mangsanya. Jika kau menghabisiku sekarang, itu bisa mengubah kematianmu. Karena itu, bunuh aku sekarang..." kata Hinata. Aku pun menggeleng, "Jangan Bercanda!! Sudah sejauh ini kalau kau tolak maka tidak ada artinya!! Jika Tidak..." Belum selesai Hinata berbicara, aku langsung memeluknya. Hinata pun terdiam karena kaget, "Tidak.." bisikku, "Bukankah kau sendiri yang mengatakan, aku tidak bisa membunuh temanku sendiri. Hal itu pun sama denganku Hinata-san, karena kau temanku.." sambungku. Hinata pun kembali tenang, "Lalu... Lalu apa yang harus kulakukan..." kata Hinata sambil menangis. Aku menjauhkan diriku dari Hinata, "Aku telah memikirkan satu hal.." Hinata pun mengangkat wajahnya, "Jadilah Partnerku Hinata-san. Dengan begitu, kau tekah terikat hubungan Partner. Sesama partner tidak boleh saling menghabisi. Di buku juga tertulis seperti itu." Hinata terdiam dan kembali menangis, aku memberikan tanganku, "Mungkin aku tidaklah bagus sepertimu, tetapi apa kau terima tawaranku tadi?" kataku sambil tersenyum kecil, Hinata memejamkan matanya, ia mengulurkan tangannya. Dan pada saat itu... "Tidak Bisa.." Sebuah pisau melesat ke arah tanganku, sehingga aku menariknya. Aku menoleh ke arah beranda, "Sudah kuduga hasilnya begini, keputusanku datang ternyata tepat.." Wajah Hinata berubah ketika mendengar suara tersebut, "Hei calon arwah.... jangan mempersulit masalah dong.." kata seseorang bersayap hitam dan memanggul dead scythe di beranda. Hinata seakan terkejut atas kehadiran orang itu, dengan kaku ia mengatakan, "Ketua..."

------------------------------------------------------------- By:  Yahya Scorellia Courtville

Tidak ada komentar: