Halaman

TRANSLATE

Jumat, 07 Januari 2011

The Cursed Emperal Stone of Darkness -part 3-

"Tempat Tabib Yu Chin jauh tidak??" tanya Mai saat mereka mengawali perjalanan. Matahari tidak terlalu tinggi saat itu.
"Tidak terlalu jauh. Mungkin kita tiba di sana pada sore hari. Tapi... Aku juga tidak yakin?" jawab Myuta.
 "Kenapa?" tanya Mai dan Akito berbarengan.
"Soalnya aku gak pernah kesana."

DOEEEENNNNGGGG……

"Dasar Sotoy.!!" omel Mai dan Akito pada Myuta.
"Tapi aku tahu kalau tempatnya di atas bukit di utara.!!" Ujar Myuta kesal.

Sudah cukup lama mereka berjalan, tak terasa matahari sudah di atas kepala dan perut mereka sudah tidak dapat diajak bernegoisasi. Mereka pun berhenti sejenak di sebuah kota kecil untuk beristirahat. Setelah kenyang makan-makan, mereka segera melanjutkan perjalanan sebelum hari mulai gelap.

Matahari sudah condong ke barat, namun mereka belum juga tiba di rumah tabib Yu Chin.

"Heh, Myuta! Kau tak salah jalan?! Kenapa kita belum tiba juga?! Lihat, hari sudah mulai gelap.!!" omel Akito.
"Aku yakin tak salah jalan! Aku yakin, kita sebentar lagi sampai.!!" Ujar Myuta kesal.
"Lalu kenapa kita tak kunjung melihat rumah tabib itu?!"

Saat Myuta dan Akito berdebat, Mai melihat sesuatu dan berusaha memberitahukan pada Akiti dan Myuta hingga ia membentak mereka.

"Hei.!! Apakah itu, rumah si tabib?" tanya Mai.
"sepertinya.." ujar Myuta.

Tiba-tiba mereka melihat seorang pria paruh baya berdiri menyambut kedatangan Mai, Akito, dan Myuta.

"Kau.. Tabib Yu Chin?" Tanya Myuta.
"Ada perlu apa kalian kemari?" jawab pria itu.



Sudah 1 tahun tabib Yu Chin kehilangan cucunya, umurnya masih sangat muda sekitar 4 tahun, namun dia sudah menjadi pengikut iblis. Cucunya diculik pengikut iblis sebagai korban untuk membangkitkan iblis.

Saat itu, tabib Yu Chin sedang duduk di beranda rumahnya melihat halaman yang luas di kelilingi bukit. Tabib Yu Chin merasa rindu sekali dengan cucunya itu, Rin. Tiba-tiba ada seorang anak kcil berlarian kecil di halamannya. RIN??

"RIIINN . . !?" kakek paruh baya itu terkejut mlihat anak kecil yang ternyata mirip sekali dengan cucunya.
"kakek . . . ! Sini . . Jemput aku . . ! Kaki ku berdarah kakek!" pinta anak kecil itu pada tabib Yu Chin.

Tabib Yu Chin segera mendatangi anak yang mirip cucunya itu. Setelah dekat, tabib Yu Chin menanyakan kondisi 'cucu' nya itu.

"Rin, selama ini kamu kemana? kakimu kenapa? Sini biar kakek obati . . !" kata tabib Yu Chin.

GREEPP . . .

"Tertangkap!"

Kata seseorang tiba-tiba tersenyum puas.

"PENYIHIR . . .!!" tabib Yu Chin terkejut. ‎"kau pengikut iblis!" terka tabib Yu Chin lagi.
"Benar . . Aku Mily . . Yang menculik cucumu dulu!" kata Mily.
"Kembalikan cucu ku . . !" bentak tabib Yu Chin.
"oo . . Tidak bisa!! Ada syaratnya!" kata Mily lagi. *gayanya kayak Sule. . Wkwk*
"Cepat katakan, apa syaratnya!"
"Tukarlah dengan seorang gadis perawan!" kata Mily lagi.
"kenapa harus?!"
"Kau tidak ingin cucumu kembali??!"

Mily hilang setelah itu dengan tawa khas penyihirnya.



Mai merasa sangat senang. Bagus! Orang yang tepat.

"Begini kek, kami perlu bantuan kakek!!" kata Mai langsung.
"Sepertinya serius, mari kita masuk ke dalam!" ajak tabib Yu Chin ke dalam rumahnya.

mereka bertiga masuk ke dalam rumah tabib Yu Chin. Kami duduk setelah di prsilahkannya. Mai mulai menceritakan masalahnya.

"Kakek, bantu aku kakek . . . Kakak ku telah berubah jadi monster!?"

Tabib Yu Chin tertegun tidak percaya.

"Apa maksudmu, nak?" tanya tabib Yu chin.

Mai mulai terisak. Mai menceritakan kejadian tempo itu, saat kakaknya tiba-tiba ingin mencekiknya. Myuta menyeka air mata Mai. Membuat Mai paham bahwa Myuta itu orang yang ramah dan peka.

Tabib Yu Chin mengangguk tanda mengerti.

Kini myuta yang berbicara, "Kenalkan kami sebelumnya, kek! Dia Akito Kenzaki, aku Myuta Yukimura, dan gadis yang perlu pertolongan ini bernama Mai Suzumi!"
Giliran Akito yang bersuara, "Kemarin kami di serang penyihir bernama Mily dan Kumi. Dia sepertinya berhubungan dengan sang iblis yang mengendalikan kakak Mai…! Dia juga menyinggung-nyinggung tentang tongkat sihir!"
"Sepertinya masalah kita sama!" simpul tabib Yu Chin. "Tahun lalu, cucuku di culik oleh sang iblis dan hingga sekarang dia tidak pernah kembali . . !" ktanya juga menceritakan mslhnya.
"Bagaimana cara menyelamatkan kakak ku, kek?!" Tanya Mai.
"Sebenarnya aku tidak tau" jawabnya tenang.
"Tapi peri hutan bilang kau tau . . Dan dia mmberikan ku tongkat sihir ini!"

Mai menunjukkan tongkat sihir yang di terimanya dari peri hutan. Tabib Yu Chin menyambutnya. Di lihatnya tongkat sihir itu lekat-lekat.

"Luar biasa! Peri hutan tidak akan memberikan tongkat ini kesembarang orang! Kalian orang-orang terpilih . . !" katanya kagum.

Akito, Myuta, dan Mai terdiam beberapa saat.

"Kami tidak mengerti, kek! Kenapa dengan tongkat sihir itu?!" tanya Myuta.



Matahari kian terik siang ini, seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang, Hanrui terus berjalan tak tentu arah. Wajahnya pucat, lebih pucat dibanding dengan pakaian putihnya yang ia kenakan.

"Bertahanlah, kau sanggup Hanrui....!" gumamnya pelan.

BRUK………



‎"Maaf, lagi-lagi aku tidak tau . . . Tapi sepertinya tongkat ini akan berguna!"

Tabib Yu Chin lalu membuka-buka lacinya, "Dapat!" serunya.

Dia menyerahkan buku tipis yang sangat kuno.

"Ini . . ! Ini aku simpan turun temurun. Pergunakan ini sebaik-baiknya . . Jangan sampai jatuh ketangan orang yang jahat. . !" pesannya.

Mai membuka lembar pertama.

"BUKU PANDUAN SIHIR!" kata Akito dan Myuta bersamaan.

"Pelajari mantra-mantra itu . . Dan kau dapat menggunakan tongkat sihirnya!!" katanya lagi.

Mai mengangguk.

"Apakah peri hutan ada bilang sesuatu!?" tabib Yu Chin kini lebih sedikit santai. Dia duduk di kursinya.

Mai mengingat-ingat perkataan peri hutan.

"Ada! katanya kakak tidak dapat di selamat lagi jika keadaan bumi, bulan, dan matahari berada pada suatu garis lurus, yang saat itu sedang terjadi gerhana bulan dan matahari secara bersamaan...!!"
"Itu saat pergantian tahun . . ! Terjadi 500 tahun sekali..!" kata Akito, Myuta, dan Tabib Yu Chin bersamaan.
Mai panik, "Memang, kapan pergantian tahun itu?!"
"DUA HARI LAGI . . !" jawab Akito.

Tubuh Mai jadi lemas seketika. Tak tahan dengan kenyataan yang dia alami. Mai berusaha membuat dirinya kuat. Mai berdiri.

"Ayo kita selamatkan kakak sekarang!" pintanya pada mereka memaksa.
"Tapi hari sudah gelap, kita harus tinggal di sini dulu !" kata akito.
"Sebaiknya malam ini, kau manfaatkan saja untuk menghapal mantra-mantra itu . . ! Aku akan membantumu!" kata Myuta.

Mai akhirnya menurut saja.

Tiba-tiba tabib Yu Chin berkata, "Sepertinya aku tau cara menyelamatkan kakakmu . . !" katanya cukup mengalihkan perhatian Mai.

Mai serius memandang wajah tabib Yu Chin.

"Cari anak perawan . . Dan persembahkan pada sang iblis!"

Kata-kata terakhir tabib Yu Chin itu cukup membuat sekujur badan Akito, Myuta, dan Mai lemas tak bergerak.



Akito, Myuta, dan Mai masih sibuk melihat buku sihir itu. Tabib Yu Chin hanya duduk diam. Kejadian barusan membuat tabib Yu Chin berpikir secara mendalam. Orang barusan, apa benar dia pengikut iblis? Suasananya terasa berbeda, ditambah lonceng yang dirambutnya, dia benar-benar mirip Rin.

"meong. . . "

Less pun menyadarkan tabib Yu Chin dari lamunannya.

"Anda memelihara kucing yang lucu" kata Mai.

Tabib Yu Chin hanya tersenyum sambil menyiapkan makanan untuk Less.

"Terima kasih. Tapi ini bukan kucingku"
"Eh! Lalu milik siapa?" tanya Mai kaget.
"Milik cucu ku, Rin. . " kata tabib Yu Chin dengan senyum yang mengarah pada Less.



Pagi-pagi sekali Akito, Myuta, dan Mai berangkat. Menuju tempat sang iblis.
tak lupa mereka berpamitan dengan tabib Yu Chin.

"Terimakasih, kek!" kata Akito, Myuta, dan Mai.

Tabib Yu Chin hanya tersenyum sambil mengelus kucingnya, Less.

"Kek, bagaimana perasaan kakek sekarang!? Setelah kehilangan cucu kakek?!" kata Myuta.
"Awalnya sangat sedih, karena dia satu-satunya pelita hati ku. Tapi sekarang aku sudah tidak apa-apa. . !" kata tabib Yu Chin dengan begitu tenang.
"kakek, apa kakek ingin bertemu dengan cucu kakek lagi?!" kata Mai.

Tabib Yu Chin menggeleng.

"Tidak, tidak perlu! Cucu ku sudah tenang disana!" ktanya lagi tersenyum puas.

Akito, Myuta, dan Mai pergi meninggalkan tabib Yu Chin. Sebelum itu, Mai memeluk tabib Yu Chin meminta doanya.
Myuta menarik tanganku.

"Kek, kami pergi dulu! Doakan kami agar bisa menolong kakak Mai . . !" kata Akito.

Akito, Myuta, dan Mai pun pergi.





Tidak ada komentar: