... (perempuan) : “i…ini dimana? (melihat sekeliling) aneh…padahal masih hujan, tapi orang-orang itu justru tetap melakukan aktivitas. Seakan-akan mereka sudah terbiasa saja…”
… (laki-laki) : “mereka memang sudah terbiasa dengan hal itu. Lagipula, di kota ini selalu turun hujan. Maksudku, tiada hari tanpa hujan di tempat ini.”
… (perempuan) : (kaget, lalu menoleh ke belakang) “si..siapa kamu? o.O Ba..bagaimana bisa aku ada di sini..?”
… (laki-laki) : “hehem.. namaku Akito Hikari, terserah kau mau memanggilku Akito atau Hikari atau yang lain, asal, jangan nama yang aneh-aneh! Kau di sini kan karena keinginanmu sendiri.. payah! Apa kau lupa?!”
… (perempuan) : “hah? Keinginanku sendiri? Keinginanku yang mana? Aku nggak ngerti.. tolong jelaskan lebih lanjut lagi.. kumohon..! Onegai..!!”
Akito : “fuh.. baiklah akan kujelaskan.. tapi, sebelum itu, beritahu dulu aku, siapa namamu? (mencoba mengingat) kalau tidak salah Yuki kan?”
Yuki : “eh? Bagaimana kau bisa tau? Hai’.., namaku Yuki Sanada, salam kenal ^^”
Akito : “baiklah, Yuki. Kita kembali lanjutkan pertanyaanmu tadi. Bukannya kau tadi menangis sambil mengatakan ingin pergi ke dimensi lain?? Nah, sekarang, keinginanmu sudah terkabul. Kita tidak lagi berada di dunia manusia. Berterima kasihlah padaku.”
Yuki : “hah? Hontou ni? Really? Sungguh? Kau tidak bohong kan? Dan lagi dengan ucapanmu sebelumnya. Kau mengatakan bahwa di sini selalu turun hujan. Apakah yang sudah kau katakan semua itu benar?”
Akito : “Yup! Semua yang kukatakan itu 100.000% benar. Aku tidak membohongimu. Kalau kau tidak percaya.., (tiba-tiba menarik tangan Yuki) sekarang juga, ayo kita berjalan ke sepanjang jalan raya ini!” (berlari -bersama Yuki- di sepanjang jalan raya di kota itu)
Yuki : “o..oi!! kita mau kemana?”
Akito : “kita akan berjalan (lebih tepatnya berlari) sampai ke halte bus yang ada di sana! Sekalian membuktikan, bahwa, sampai berapa lama pun kita menunggu, hujan itu tidak akan pernah berhenti. Bagaimana?”
Yuki : “......” (hanya diam saja karena tidak dapat menolak)
- Akhirnya Yuki terpaksa berlari bersama-sama Akito karena dia ditarik secara paksa. Di sepanjang jalan, Yuki hanya melihati sekeliling dan para penduduk di kota itu yang terus melakukan aktivitasnya. Beberapa penduduk kota itu sempat melihat Yuki dan tersenyum kepada Yuki, tapi, Yuki yang melihat itu hanya dapat membalasnya dengan senyuman kecil. Setelah berlari cukup lama, akhirnya mereka sampai di halte bus itu dan berteduh di sana. –
Yuki : “hah...haah… (terengah-engah) setelah..ini..kita mau..melakukan apa? Aku sangat lelah…”
Akito : “apa?! (ekspresi kaget) Hanya berlari bagitu saja kau sudah lelah? Fisikmu itu benar-benar payah yah? ckckck…”
Yuki : “memang… daridulu aku ini memang payah.. selalu menyusahkan orang lain.. apalagi dengan penyakit asmaku.. aku semakin tidak berguna dan payah karena hal itu..” (menundukkan kepalanya, seolah-olah sedang menangis)
Akito : “e..eh… (gugup) jangan menangis!! Aku tadi tidak bermaksud mengejekmu.. sungguh! A…aku tadi Cuma bercanda! Jangan menangis..!”
Yuki : “……….” (hanya diam saja)
Akito : (kebingungan ingin melakukan apa. Tiba-tiba melihat suatu bus datang lalu menarik tangan Yuki) “Ayo! Bus yang kita tunggu sudah datang. Aku akan mengajakmu ke rumahku!” (setelah itu berjalan memasuki bus)
Yuki : “……..”
- Setelah menaiki bus, Akito langsung memilih tempat duduk. Tangannya masih menggenggam tangan Yuki. Kemudian mereka berdua duduk di suatu kursi. Akito hanya dapat diam saja sambil melihati Yuki. –
Akito : “bagaimana ini? Aku merasa sangat bersalah. Tapi, dia hanya terus diam saja. Aku bingung.. arrgh… apa yang harus kulakukan?” (ucapnya dalam hati)
Yuki : “..kau bilang..kita akan ke rumahmu.. apa aku salah?”
Akito : (merasa lega sekaligus senang ketika mendengar perkataan Yuki) “begitulah! Aku mengajakmu ke rumahku. Pasti kau tidak mempunyai kenalan di sini selain aku. Dan lagi, kita tadi sudah hujan-hujanan. Lebih baik kita segera mengganti baju kita dan beristirahat. Bagaimana?”
Yuki : “hmm,, kau benar. Itu ide yang bagus.” (sambil sedikit tersenyum kepada Akito. Setelah itu melihat ke arah luar jendela bus.)
Akito : (mukanya menjadi agak memerah ketika melihat senyuman kecil dari Yuki. Karena malu dia langsung mengalihkan pandangannya.)
Kondektur bus : “permisi, saya akan meminta ongkosnya. Dimana anda akan turun?”
Akito : (menoleh ke arah kondektur) “seperti biasanya. Bukan satu orang, tapi dua orang!”
Kondektur bus : “oh, Akito! Dua orang? Memangnya kau pulang dengan siapa?”
Akito : (menunjuk ke arah Yuki)
Kondektur bus : “oh, begitu rupanya. Baiklah kalau begitu, ini karcismu!”
Akito : “terima kasih ya!”
Kondektur : “tentu saja! Karena itu merupakan tugasku.”
- Akhirnya Akito dan Yuki menaiki bus menuju rumah Akito. Di sepanjang jalan, Yuki
hanya diam saja sambil menikmati pemandangan yang tidak pernah dia lihat
sebelumnya. Sementara Akito hanya diam saja. Tiba-tiba bus yang mereka tumpangi
berhenti. Seketika itu juga Akito berdiri lalu menarik tangan Yuki dan keluar dari bus.
Setelah itu mereka berdua berjalan bersama. Tanpa terasa mereka berhenti di
sebuah rumah. Dan ternyata rumah itu adalah rumah Akito. Tanpa basa-basi, Akito
langsung berlari ke halaman depan rumah itu. Padahal tangannya masih
menggenggam tangan Yuki. Tiba-tiba saja pintu rumah itu terbuka, padahal Akito
tidak membukanya. Dari balik pintu itu muncullah sesosok wanita. –
Akito : “ka..kakak! kakak sudah pulang? Kapan kakak sampai di rumah?”
Kakak Akito : (memandangi Akito dan juga perempuan yang dibawanya -Yuki-) “Akito! Siapa dia? Perempuan yang daritadi tangannya kau pegangi terus.” (ekspresinya agak marah dan suaranya terdengar sangatlah dingin)
Akito : “oh, dia. Namanya Yuki Sanada. Dia teman baruku, kak. Kebetulan dia tidak punya rumah jadi a….” (belum sempat selesai Akito berbicara, Kakaknya langsung menarik Akito –dan juga Yuki- masuk ke dalam rumah)
Kakak Akito : “sst.. kalau berbicara tentang hal-hal yang penting jangan dibicarakan di luar rumah! Bukankah aku sudah mengingatkan hal itu padamu, haah?!” (sambil memukul kepala Akito dengan sebuah buku yang cukup tebal)
Akito : “aaww… sakit kak! Nggak perlu segitunya kan! Habisnya tadi kakak tanya siapa dia, jadi, kujelaskan semuanya.” (sambil memegangi kepalanya)
Kakak Akito : “iya.. aku tau itu. tapi, aku ingin dengar jawabannya dari yang bersangkutan.” (sambil memandangi Yuki.)
Yuki : “hah? Ba..barusan kau berbicara apa?” (akhirnya tersadar dari lamunannya)
Kakak Akito : “namamu siapa? Kau berasal darimana?”
Yuki : “a..aku Yuki Sanada… (gugup) aku berasal dari…” (belum sempat selesai berbicara Akito langsung memotong perkataannya)
Akito : “Dia berasal dari dimensi lain. Akulah yang mengajaknya ke sini. Oleh karena itu, dia tidak mengenal siapa-siapa selain aku.”
Kakak Akito : “ffuuuhh….. begitu rupanya.. pantas saja aku merasa ada hal yang sedikit aneh dari gadis ini…. Ternyata begitu…”
Akito : “Eh? Kakak tidak marah???” (keheranan)
Kakak Akito : “Tidak. Kali ini kumaafkan perbuatanmu. Karena… (langsung memeluk Yuki) kau sudah MEMBAWA gadis yang manis ini..!”
Akito : “hhaaaahh..??” (sangat keheranan)
Yuki : “to..tolong lepaskan… lagipula aku tidak semanis yang kau katakan tadi..”
Kakak Akito : (langsung melepaskan pelukannya bagitu saja) “Baiklah kalau begitu. Kau yang meminta loh!”
Akito : “KAKAK!! Jangan melakukan hal-hal yang aneh kepada Yuki!” (sangat kesal pada kakaknya)
Yuki : “ahaha.. sudahlah.. tidak apa-apa kok.. tenang saja! (menenangkan Akito, setelah itu menoleh ke kakaknya Akito) ngomong-ngomong nama anda siapa?”
Kakak Akito : “bBenar juga! Kita belum berkenalan, jadi, kau tidak tau namaku. Haru.. Haru Hikari. Itulah nama lengkapku. Salam kenal, Yuki-chan! ^^”
Yuki : “sa..salam kenal…” (sedikit malu)
Haru : “ah iya! Kau sudah makan atau belum, Yuki-chan?”
Yuki : “te..tenang saja..! aku sudah makan kok tadi..” (tiba-tiba perut Yuki mengeluarkan suara yang cukup keras.)
Haru : (mata berkilauan) “fufufu… perutmu berbunyi! Itu tandanya, kau sedang lapar kan? Kalau begitu, Ayoo kita ke ruang makaaan~!!!” (menarik tangan Yuki dan mengajaknya ke suatu tempat.)
Akito : “O..Oii!! tunggu aku! Aku juga lapar..” (berlari mengikuti kakaknya dan Yuki)
- Akhirnya mereka bertiga sekarang sedang berada di ruang makan. Akito langsung
duduk di suatu kursi, kemudian disusul oleh Yuki. Sementara Haru justru sedang sibuk
menaruh piring-piring di atas meja makan. –
Akito : “Ukh,, lama sekali makanannya….. Kapan kita akan mulai makan, kaa~k???”
Yuki : “Tunggu sebentar lagi, Akito-san… bersabarlah…”
Haru : “Apa yang dikatakan Yuki itu benar! Bersabarlah sedikit lagi! Apalagi,, kita kedatangan tamu istemewa.. Jadi,, kita harus menyuguhkan makanan yang lebih banyak dan lebih enak kepada tamu istemewa kita!!” (sambil meletakkan piring di atas meja makan.)
Akito : “Ukh… Iya iyaaa….. (terdiam sejenak) Masih lamakah..?” (duduk lemas tak bersemangat sambil memegangi perutnya.)
Haru : “kau tidak bisa lebih sabar lagi yah?! Dasar! (sedikit membanting piring yang dia letakkan) Nih,, semuanya sudah beres. Cepat makan sana!” (Nada suaranya sangatlah cetus dan kasar. Setelah itu dia duduk di sebuah kursi.)
Akito : “su..sumimasen… Maaf… Aku tadi tidak bermaksud membuat kakak marah… Kumohon jangan marah,, Onee-chan…” (memasang ekspresi memohon dan mata yang sangat berkilauan)
Yuki : (melihati Akito kemudian menoleh ke Haru.) “Tolong maafkan Akito-san,, Haru-sama. Dia tadi mungkin melakukan itu karena saking laparnya.”
Haru : (melihati Yuki lalu berpaling ke adiknya.) “haaahh... Baiklah, akan kumaafkan… Tapi, lain kali, jangan berbuat bodoh seperti itu lagi! Seperti anak kecil saja. Menjijikkan!”
Akito : (hanya diam saja karena tidak dapat mengelak perkataan pedas kakaknya.)
Yuki : “haha.. Akhirnya dimaafkan juga. Begitukan lebih baik! ^^” (sambil sedikit tertawa setelah melihat pertengkaran antara Akito dengan kakaknya, Haru.)
A + H : “waaah~~ Dia manis sekali kalau tertawa seperti itu..!” (ucap mereka di dalam hati sambil memasang ekspresi yang sama.)
Yuki : (Tidak sengaja menoleh ke arah dua bersaudara itu.) “Eh..? Eh? Ada apa?? Kenapa muka kalian memerah seperti itu?? Dan lagi,, kenapa kalian seperti sedang menahan tawa? Memangnya ada yang lucu yah??” (keheranan)
A + H : “ah… Tidak.. Tidak ada apa-apa kok!! Sungguh!!! (berbicara bebarengan berusaha meyakinkan Yuki.)
Yuki : “Begitukah? Baiklah kalau kalian berdua berkata begitu, Aku menjadi tidak penasaran lagi.. Walaupun masih sedikit penasaran siih… hehem..” (sambil tersenyum kecil ke Haru dan Akito.)
Haru : “sudahlah! Itu tidak penting! Ayo kita mulai makan siangnya.”
A + H + Y : “Itadakimasu!!”
- Setelah itu mereka memulai makan siang mereka bersama-sama. Akito langsung
mengambil semangkuk besar penuh berisikan dengan nasi dan lauk-pauknya.
Setelah mengambil makanan, Akito langsung menyerbu (memakan) makanannya
dengan sangat sangat sangat lahap. Melihat tingkah Akito, Yuki lagi-lagi
mengeluarkan tawa kecilnya, sementara Haru, kakak Akito, justru geleng-geleng
kepala melihat tingkah bodoh Adiknya. Setelah itu, Haru dan Yuki pun mulai
menyusul Akito. Mereka mulai mengambil makanan yang telah disiapkan. Mereka
pun memakan makanannya tak kalah lahapnya dengan Akito. Setelah beberapa
menit, akhirnya mereka selesai memakan makan siang mereka. –
Haru : “Akito, sebagai hukuman, tolong cuci semua piring-piring ini. Kalau tidak akan kuberi hukuman yang lebih berat lagi.” (sambil mengeluarkan pisau yang cukup besar dari balik bajunya.)
Akito : “i..iya… akan kulakukan… kumohon,, jangan tunjukkan lagi pisau itu..” (ekspresinya begitu ketakutan dan matanya sedikit mengeluarkan air mata.)
Haru : “khuhuhu… makanya jadi anak JANGAN BANYAK TINGKAH!!”
Yuki : “haha… cepat bereskan semua ini Akito-san… daripada kakakmu menghukummu yang lebih berat lagi.” (memandangi Akito)
Akito : “iyaa… aku tau itu..” (lalu berdiri dari duduknya dan mulai mengambili piring-piring yang ada di meja makan.)
Haru : “Yuki, apa kau ingat bagaimana kejadian waktu kau bisa ke sini?”
Yuki : “hmm,,,, aku tidak terlalu ingat.. yang kuingat, begitu aku membuka mataku, aku sudah berada di kota ini..”
Haru : “oh,, begitu rupanya..”
Yuki : “memangnya kenapa?” (penasaran.)
Haru : “Tidak apa-apa. Hanya saja, bajumu itu cukup unik. Karena, baju yang kau kenakan berbeda dengan model baju di kota ini.” (mengamati Yuki.)
Yuki : (mengamati pakaian yang dia gunakan. Ternyata dia masih mengenakan seragam sekolahnya.) “pantas saja aneh.. kan aku masih menggunakan seragamku.. lengkap dengan dasinya pula..” (ucapnya dalam hati)
Akito : “kaak,, kau masih menyimpan benda itu kan? Peninggalan dari nenek..” (sambil mencuci piring-piring tadi.)
Haru : “Pastinya. Kusimpan di tempat yang aman kok.” (menoleh ke arah Yuki. Dia melihat Yuki sedang diam berpikir.) “apa yang sedang kau pikirkan, Yuki??”
Yuki : (kaget) “ah.. tadi kau bicara apa barusan..? maaf,, aku tidak mendengarkan perkataanmu tadi..”
Haru : “ah,, sudah lupakan saja.. kau sudah berkeliling ke kota ini belum? Apa Akito sudah menunjukkan tempat-tempat menarik di kota ini?”
Yuki : “ahaha… belum.. Begitu bertemu dengan Akito, dia langsung menarikku ke rumahnya..”
Haru : “Dasar! Akito bodoh! Kenapa aku mempunyai adik bodoh dan cerewet seperti dia. Cih.”
Yuki : “Itu kan sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Jadi,, Bersabarlah saja!”
Haru : “hmm, kau benar. (sejenak berpikir) Oh ya! Karena Akito belum menunjukkan tempat-tempat di kota ini, aku yang akan menunjukkannya. Tapi menggunakan ini!” (sambil mengeluarkan suatu barang dari dalam jaket panjangnya.)
Yuki : “a..apa itu..? gulungan itu begitu tebal, dan… sedikit berdebu..” (mengamati barang yang dipegang oleh Haru.)
Haru : “ini adalah barang terpenting kami. Nenek kami memberikan ini untuk mempermudah kami apabila berpergian. (mulai membuka pita merah yang ada di gulungan itu dan membuka gulungan itu di atas meja.) Nah,, bagaimana? Benda ini sangatlah indah bukan?” (tersenyum bangga)
Yuki : “he..hebaat… (terpesona) Jadi,, isi gulungan tadi sangaatlaah indaah yaa… sugoii~!!” (sambil mengamati isi gulungan tadi.)
- Ternyata gulungan yang tadi ditunjukkan oleh Haru kepada Yuki adalah sebuah
peta. Tetapi, itu bukanlah peta biasa! Karena, begitu gulungan itu
dibuka, gulungan itu akan menunjukkan isi seluruh kota tempat tinggal Akito dan
Haru. Peta itu seakan-akan hidup dan bisa bergerak. Kalau peta - peta biasa yang
menunjukkan tempat air terjun paling-paling cuma hanya gambar dan tulisan Air
Terjun *****. Tetapi peta itu tidak! Di peta itu, air terjunnya sangatlah terbentuk dan
airnya dapat mengalir. Seakan-akan miniatur air terjun. Itulah yang membuat Yuki
terkagum-kagum saat Haru membuka gulungan yang dia punya. Sedangkan Akito
sedang dalam proses hukumannya. Walau begitu, dia tetap bisa mendengar apa
yang dibicarakan Yuki dengan kakaknya, Haru. –
Akito : “kaa~k,, bagaiamana kalau kakak jelaskan pada Yuki tentang kota kita dan Negara kita saja~~??” (berteriak sambil mencuci piring)
Haru : “Aku juga berpikiran begitu, bodoh! Oleh karena itu aku mengeluarkan peta khusus milik keluarga kita!” (Marah-marah kepada Akito sambil menoleh ke tempat cuci. Lalu, dia menoleh kembali ke arah Yuki) “haah~~ (menghela nafas) kita mulai saja dari kota kita. Sekarang kita berada di sini. (lalu menekan suatu tempat yang ada di peta) kita sedang berada di Rainy Town. Kota di mana selalu turun hujan. Hujan itu tidak akan pernah berhenti walaupun dihentikan menggunakan sihir yang kuat sekalipun. Tetapi, sebenarnya Rainy Town adalah sebuah kota yang merupakan bagian dari Weatherpalace. Mungkin terdengar agak aneh, tapi, Weatherpalace adalah nama Negara di dimensi ini. Kota-kota yang ada di Weatherpalace hanya ada 5 kota saja loh! Rainy Town, Light Town, Rainbow Town, Icen Town dan kota yang terakhir adalah Dark Town. Tiap kota memiliki ciri khas masing-masing dan ciri khas itulah yang membentuk nama kota itu. Misalkan saja, Rainy Town, ciri khasnya adalah selalu turun hujan, oleh karena itu, diberi nama Rainy Town. Walaupun di sini selalu turun hujan, tetapi kota ini tidak pernah sama sekali banjir loh! Tidak seperti di duniamu kan?”
Yuki : (sambil mengamati peta) “Hai’!! Itu benar sekali! Jika di duniaku, pastinya akan banjir. Karena, di sana banyak sungai yang selalu penuh tiap memasuki musim hujan.”
Haru : “haha.. Aku sangat beruntung bisa tinggal di sini daripada di duniamu. Bukan maksud menyindir looh..! (memandangi peta unik milik keluarganya) oh iya, coba lihat ini! (menyentuh suatu titik di peta) bagaimana? Indah kan? Itu adalah tempat andalan Rainbow Town, karena,, di tempat ini banyak sekali pelangi bermunculan. Para penduduknya pun ramah-ramah.”
Yuki : “waah… ternyata ada juga ya tempat yang seindah itu.. (mengamati apa yang ditunjukkan oleh peta) Kupikir itu semua hanya ada di buku cerita. Karena keadaan di duniaku mulai rusak dan itu karena ulah dan keserakahan manusia itu sendiri.”
Haru : “hmm,, di Negara ini kekayaan alamnya memang masih sangat banyak dan masih terjaga. Para manusianya pun hanya menggunakan sumber daya alam yang ada secukupnya. Mereka justru berhemat loh! Tetapi Negara Weatherpalace itu hanyalah Negara kecil, sehingga, terkadang di pandang sebelah mata oleh Negara-negara lain. Toh,, pada akhinya Negara-negara itu menghancurkan negaranya sendiri..”
Yuki : (kaget begitu mendengar perkataan Haru.) “hah? Menghancurkan negaranya sendiri? Apa maksudmu?”
Haru : “fuuh,, sepertinya harus kujelaskan agar kau mengerti.. Begini ceritanya. Dulu masih banyak Negara-negara lain yang daerah kekuasaannya cukup luas dan lebih kaya di banding Weatherpalace. Suatu hari, ada suatu Negara yang mengejek-ejek Weatherpalace di hadapan seluruh Negara lain yang ada di dimensi ini. Kepala pemimpin Weatherpalace hanya diam saja ketika Negara itu mencemooh negaranya. Hal itu menyebabkan Negara-negara lain ikut mengejek-ejek Negara kami. Walau hampir semua Negara di dimensi ini mengejek Weatherpalace, si Ketua (kepala pemerintahan) tetap diam saja menanggapi itu. dia justru mengumumkan dan memberi tau seluruh warga Weatherpalace untuk tidak menghiraukan hal itu dan lebih mementingkan kepetingan bersama serta rasa nasionalisme. Perkataan si Ketua menyebabkan seluruh penduduk percaya dan yakin. Mereka sama sekali tidak menghiraukan ejekan-ejekan itu dan justru bekerja lebih giat dari biasanya. Tiba-tiba, suatu hari, ada sebuah Negara yang melakukan perang saudara. Kalu tidak salah, perang itu dipicu hanya karena perbatasan lahan kepemilikan. Makin lama, perang saudara itu makin meluas dan menyebabkan Negara itu hancur berantakan. Kupikir setelah kejadian dari Negara itu tidak akan terulang lagi kejadian yang sama untuk kedua kalinya. Eh,, seminggu setelah hancurnya Negara itu,, banyak Negara-negara lain menyusul. Hal itu dipicu hanya karena memperebutkan daerah laut dan areal pertanian. Mereka melakukan perang besar-besaran dan mengadakan politik mencari teman antar Negara. Yang terlibat kebanyakan hanyalah Negara-negara besar saja. Tapi, sayangnya, Negara-negara kecil yang tidak ingin ikut-ikut justru terlibat dalam peperangan itu. Karena Weatherpalace diremehkan oleh Negara-negara lain, menyebabkan tidak ada satu pun Negara yang mengajak bergabung dalam peperangan itu. Ternyata, itu semua sudah diperhitungkan si Ketua dari dulu. Akibat perang besar-besaran itu, semua Negara pun mulai hancur perlahan-lahan tapi pasti. Dan hanya menunggu hitungan hari, Negara-negara itu sudah lenyap dan yang tersisa hanyalah Weatherpalace. Di peperangan itu, memang telah melahap banyak korban. Tapi, untungnya, ada beberapa yang bisa diselamatkan..”
Yuki : “be..benarkah..? bagaimana bisa mereka selamat..?”
Aru : “hmm,, beberapa orang langsung melarikan diri dari negaranya secara diam-diam. Mereka bersembunyi di Weatherpalace. Si ketua memperbolehkan hal itu dan justru mencari-cari informasi tentang peperangan itu dari orang-orang yang melarikan diri. Karena tidak tega mendengar cerita dari para pelarian, si Ketua langsung memerintahkan beberapa pasukannya untuk menemaninya ke sana dan mengevakuasi para remaja, anak-anak, orang tua, dan semua orang, yang paling tidak, masih bisa diselamatkan sebelum semuanya terlambat. Dan rencana itu pun berhasil. Para penduduk Negara lain yang berhasil diselamatkan diizinkan tinggal dimanapun yang mereka mau. Namun, kebanyakan orang lebih memilih Rainy Town daripada kota-kota lain. Hal itu menyebabkaan Rainy Town menjadi kota pengungsian. Walau begitu, untungnya, para penduduk asli Rainy Town tidak keberatan dengan kedatangan para pengungsi itu dan justru menyambut hangat kedatangan mereka. Itulah yang menyebabkan kenapa hanya Weatherpalace-lah satu-satunya Negara di dimensi ini. Kalau kau masih tidak percaya, coba saja kunjungi bangunan ini dan kau akan menjadi tau.. (menekan suatu tempat yang ada di peta) Pergilah ke gedung Penyaksian yang ada di Rainy Town. Karena di Rainy Town banyak sekali bukti bersejarah tentang Weatherpalace. (memandangi peta miliknya)
Yuki : (juga mengamati peta) “begitu rupanya.. hmm, aku jadi penasaran dan ingin sekali untuk berjalan-jalan ke seluruh Rainy Town ini.”
Akito : “Bagaimana kalau sekarang saja kita berjalan-jalan ke seluruh Rainy Town ?”
Haru : “kenapa kau bisa ada di sini?! Apa sudah kau cuci bersih semua piring yang ada?!” (sambil bersiap-siap akan mengeluarkan buku tebal dari saku jaketnya.)
Akito : “Pastinya! Semua piring-piring itu sudah beres kubersihkan. Jadi,, (menoleh ke Yuki) bolehkah aku dan Yuki sekarang pergi berjalan-jalan?”
Haru : “Tidak! Jangan pergi sekarang! Lihat itu! Matahari sudah mulai terbenam, itu tandanya malam akan tiba. Aku tidak mengizinkan siapa-siapa yang ada di rumah ini untuk keluar dari rumah pada waktu malam!” (nadanya begitu galak dan dia ngomong dengan begitu cepatnya)
A + Y : (melihat lagit dari jendela yang ada di rumah)
Akito : “benar juga.. Sekarang sudah menjelang malam dan rasanya sangat susah jika harus berkeliling waktu malam dan hujan.”
Yuki : “Sayang yah……. padahal aku sangat ingin sekali mengelilingi Rainy Town..”
Akito : (sejenak berpikir. Tiiing!! Akhirnya Akito mendapat sebuah ide.) “Aha~! *bukan bermaksud promosi modem loh~!* Bagaimana kalau kita mulai mengelilingi Rainy Town besok pagi saja? Karena, pada pagi hari, jalanan di Rainy Town tidak terlalu padat.”
Haru : “(sejenak berpikir) hmm,, ide yang cukup bagus. Tumben kau pintar?” (meremehkan adiknya)
Akito : “Itu berarti daridulu aku sebodoh itu yaah?! (menoleh ke Yuki) Bagaimana? Kau setuju tidak?”
Yuki : “Itu seeh terserah Akito-san saja.. saya hanya mengikuti Akito-san saja..”
Akito : “Kalau begitu sudah diputuskan! Besok pagi, kita akan mulai berkeliling di Rainy Town. (sangat bersemangat) Kakak mau ikut tidak?”
Haru : “Entahlah.. aku nggak jamin.. Tapi,, akan aku usahakan pulang lebih awal. (tidak sengaja menoleh ke Yuki lalu sejenak berpikir) oh iya! Kau pasti lelah kan,, Yuki-chan? Bagaimana kalu sekarang beristirahat saja, tetapi, sebelum itu,, jangan lupa ganti bajumu dulu.”
Yuki : “ba…baik… ma..maaf sudah merepotkanmu,, Haru-sama..”
Haru : “Jangan panggil aku Haru-sama ! Itu terlalu formal. Aku kurang suka hal itu. Ayo, sekarang kau kuantarkan ke kamar barumu. Letak kamarmu di lantai dua. Di sana juga ada lemari pakaian kok! Tidak apa-apa kan?
Yuki : “Iyaa…”
Akito : “Kalau begitu, ayo, sekarang kita ke kamar kakak untuk memberikan Yuki baju ganti yang tidak terlalu mencolok.”
Haru : (langsung menarik tangan Yuki dan mengajaknya ke kamarnya. Semetara itu, Akito mengikuti mereka berdua dari belakang.)
- Setelah berjalan dari ruang makan, Yuki, Akito dan Haru pergi ke kamar Haru. Haru
langsung memasuki kamarnya. Dia memerintahkan kepada Yuki agar menunggu di
luar kamar. Setelah cukup lama memilihkan baju yang pas untuk Yuki, akhirnya, Haru
keluar dari kamarnya. Dia langsung begitu saja melemparkan baju-baju yang dia
bawa ke Yuki. Yuki pun langsung menangkap baju-baju itu karena reflex. Setelah
bajunya diterima oleh Yuki,, Haru langsung mendorong Yuki masuk ke kamarnya. Akito
hanya diam saja melihat tingkah kakaknya. Sementara Yuki yang ada di dalam
kamar Haru langsung melepas seragam sekolahnya dan memakai baju yang telah
diberikan oleh Haru. Setelah selesai ganti baju, Yuki langsung keluar dari kamar itu.
Melihat Yuki yang keluar dari kamarnya, Haru langsung menarik tangan Yuki dan
mengajaknya ke lantai dua rumahnya. Ternyata mereka berhenti di suatu kamar dan
itu adalah kamar tidur untuk Yuki. Setelah itu, Haru langsung membuka pintu kamar itu
dan mempersilakan Yuki memasuki kamar itu. Tanpa pikir panjang lagi, Yuki langsung
memasuki kamar itu. Setelah itu, Haru langsung menutup pintu kamar itu dan kembali
ke kamarnya. Begitu pula Akito. Dia langsung menuju kamarnya lalu menutup pintu
kamarnya. Beberapa menit kemudian, suasana di rumah itu pun akhirnya menjadi
begitu sepi dan tenang. Karena, Akito, Haru dan Yuki sedang tertidur lelap di kamar
mereka. Pasti mereka sangatlah lelah karena seharian menghabiskan waktu dengan
aktivitas yang banyak. Besok mereka harus bangun pagi-pagi untuk pergi mengelilingi
Rainy Town.-
“Kira-kira apa saja yang akan terjadi besok? Akankah Yuki mengalami hal buruk di
sana? Atau justru Yuki harus kembali ke dunianya? Tetapi yang jelas, perjalanan yang
sangatlah panjang dan lelah namun menyenangkan masih menanti Yuki di cerita ini!”
By: Akira-Dino Saitou Heiwajima
TRANSLATE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar