"Tas pakaian?" Teriak Ren
"Siap..." sahutku yang sedang mengepak barang
Ren pun keluar dari kamar mandi dengan sikat gigi di dalam mulutnya, "Bghaima hengan autwal geretha?" Aku pun menoleh ke arahnya dengan tatapan kosong, "Keluarkan dulu barang itu dari mulutmu, lalu bicara" kataku sambil kembali mengepak barang. Ren pun kembali ke kamar mandi sebentar lalu keluar lagi, "Bagaimana dengan jadwal kereta?" tanya Ren kali ini dengan jelas, "Entah, katanya kepala sekolah akan mengurusnya" kataku sambil menutup tas dan duduk di kasur.
"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Ren sambil membuka lemari dan memasang pakaian
"Entah, coba saja lihat di kamar sebelah." kataku cuek
"Kau mau aku dilempar api, es, dah benda lain?" kata Ren ketus
"Ide bagus, setidaknya api dan es itu seimbang.." balasku
"Kau..." kata Ren dengan sedikit kesal
Saat itu pun pintu kamar telah berbunyi, "Apa kalian sudah selesai?" tanya Ayame, "Tunggu sebentar, pergilah ke bawah duluan" sahutku yang masih di atas tempat tidur. Ren pun menengok ke arah barang bawaan, "Kalau dipikir barang kita sdikit ya.." katanya, "Yah, tak perlu membawa barang banyak, karena kita kembali ke rumah masing-masing." kataku, "Apa kau serius tak mau membawa mereka semua kecualo Yue dan Kiriya?" tanya Ren lagi. Aku pun berdiri, "Kau mau aku menampung mereka semua dirumah? Apa kau sudah memperkirakan apa yang akan dikatakan ibuku saat itu terjadi?" tanyaku dengan hawa gelap, "Ya.. benar juga.." kata Ren sambil mengingat kelakuan ibuku. Aku dan Ren pun membawa barang-barang dan turun kebawah, saat tiba pun mataku langsung tertuju kepada seluruh penghuni asrama, mereka semua menggunakan pakaian yang berbeda dari biasanya.
-Apa ini untuk perpisahan?
"Rikimaru-kun, kalau kau tak cepat kereta akan lewat, itu adalah kereta satu-satunya.." kata Hinata yang muncul dari pintu depan, ia pun menggunakan pakaian yang berbeda. "Satu-satunya?" kata Ren, "ya, satu-satunya, dengan kata lain, jika kau melewatkannya, maka kau tak bisa kembali. Dan kalau itu terjadi, kau akan dipulangkan dengan cara yang dirancang oleh ibumu sewaktu kau mau dikirim ke sini.
-Aku dikirim kesini? Bukankah waktu itu........ dengan paket?
Aku dan Ren pun langsung berlari ke stasiun kecil yang berada di luar sekolah dengan laju. Sesampainya nafasku terengah-engah, "Kita masih sempat kan?" tanya Ren dengan nafas yang sama denganku, "Sepertinya..." kataku yang hampir pingsan.
(Di asrama)
"Laju..." kata Minata
"Kecepatan yang luar biasa.." Sambung Yoshida
"Sepertinya Ibu Rikimaru adalah senjata yang efektif.." kata Hinata
"Daripada itu, apa kalian serius tentang rencana ini?" Sambung Hinata dengan nada ragu
Ayame dkk pun mengangguk, Hinata pun menghebuskan nafas panjang, "Aku tak tanggung apa yang akan terjadi." katanya
(Di Stasiun)
Aku duduk di bangku kayu panjang, "Tangkap" Aku pun menangkap kopi kalengan, aku mengalihkan pandanganku ke arah kanan, "Minumlah, itu traktiranku.." kata ren sambil membuka minumannya, "Aku mengharapkan lebih..." kataku tanpa terima kasih, "Kalau begitu kembalikan kopi itu.." kata Ren ketus. Kami pun diam sejenak, "Hei.." sahut Ren, "Apa?" tanyaku dengan cuek, "Bagaimana kau akan menjelaskan tentang Kiriya kepada Ibumu?" tanya Ren dengan serius. Aku pun diam dan meneguk kopi itu, "Aku akan menjelaskan apa yang harus kujelaskan.." kataku, "Walau kau sudah memperkirakan hasilnya?" sambung Ren. Saat itu Ayame dan yang lain pun muncul, "Ah, ketemu..." kata Fuyu, "Rikimaru-sama, sebentar lagi kita akan berangkat." kata Yue. Aku pun berdiri dan menghampiri mereka, sementara Ren hanya bersandar di tiang, ia hanya memandangku, entah apa yang ada di pikirannya. "Hei Ren, apa yang kau lakukan disana?" panggilku, ia un tersenyum, "Bukan apa-apa.." katanya sambil berjalan mendekat.
Kami pun berbicara sebentar, tak lama, kereta pun datang. "INi saatnya.." kata Ren sambil masuk ke dalam kereta. Yue dan Kiriya sudah masuk duluan, mereka membawa barang ke gerbong bagasi. Kereta yang akan kami tumpangi adalah kereta kecil, yang hanya memiliki 2 gerbong, satu untuk penumpang, dan satu lagi untuk barang. "Kalau begitu, selamat tinggal.." kataku dengan tersenyum, "Ya.. sampai nanti.." kata Ayame dengan wajah yang biasa, "Sampai nanti?" tanyaku yang menyadari bahwa itu adalah salam perpisahan yang aneh, "Eh! Ah! Kalau kaut tidak pergi sekarang kau bisa terlambat bukan? Apa ibumu tidak masalah dengan itu?" tanya Ayame dengan sedikit aneh, seakan menyembunyikan sesuatu, tetapi, aku tak memperdulikannya. Aku langsung masuk ke dalam kereta dan duduk di tempat yang telah tersedia. Saat kereta berjalan, aku tak melihat sosok Ayame dkk, begitu juga dengan Ren
"Kemana mereka?" tanyaku yang merasa sedikit aneh
"Entah, aku tak ada melihat mereka" kata Ren cuek
"Kalau kau pikir, bukankah seharusnya Yue sudah kembali?" Perkataan Ren membuatku sadar, "Benar juga, ini sudah ada lebih dari 5 menit semenjak mereka pergi ke gerbong barang." kataku yang menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres. "Kalau kau lihat baik-baik, bukankah kereta ini terlalu sepi?" tanya Ren, aku pun berdiri dan melihat sekeliling, "Tampaknya ada sesuatu yang tak beres.." kataku sambil mengambil katanaku.
-Apa kita diserang? Tetapi sampai Yue dan Kiriya? Ini musuh yang kuat
Aku dan Ren berjalan secara perlahan ke arah gerbong belakang, "Apa kau merasakan sesuatu Byaku?" tanya Ren pada Byaku yang berada di tangannya, "Tidak.. terlalu sunyi... hawa keberadaan pun tak terasa" Jawab Byaku. Aku dan Ren pun sampai pada pintu yang menuju ke gerbong belakang, kami pun bersandar pada pinggir pintu itu. "Kau siap?" kataku yang berniat untuk menerobos, Ren pun mengangguk. Pada saat kami ingin masuk pintu itu pun terbuka, akibat hal itu kakiku tersandung dan terjatuh. Suasana ruangan itu gelap, tampaknya lampunya telah dimatikan. "HUAA.... Ada sesuatu yang kuinjak..." Suara yang tak asing pun menggelegar. Di saat yang sama, entah kenapa aku mencium bau harum.
KLIKK.....
Lampu pun menyala, aku terjatuh dan menopang badanku dengan kedua tangan, dan yang mengagetkan adalah, Hinata ada di bawahku. Kenapa dia ada disini? Bukankah harusnya dia tinggal bersama Ayame dkk di sana, dan aku menyadari kalau seluruh penghuni asrama ada disini, apa maksudnya?? "Hei.." panggil Hinata, aku pun menoleh ke bawah, tetapi ia langsung memukulku dengan keras, "Sampai kapan kau mau tetap begini??" teriak Hinata sambil memukulku. Aku pun termundur dan menabrak rak barang, alhasil koper-koper pun berjatuhan di atas kepalaku, dan sudah jelas, aku pingsan.
Aku pun membuka mataku, masih di kereta yang sama, tetapi di gerbong yang berbeda, "sudah sadar?" pertanyaan Ren membuatku sadar seutuhnya, "Tampaknya yang tadi itu keras sekali.." kata Ren sambil menyodorkan teh. Aku yang baru sadar masih bingung, "Rikimaru-sama, kau baik-baik saja?" tanya Yue. Aku pun berbalik, "Ya, aku tak apa-ap..." perkataanku berhenti seketika melihat seluruh penghuni asrama ada di belakang, "Yo.. sudah bangun.." kata Ayame dengan santai, aku pun tersenyum, "Ya, aku sudah sadar seluruhnya.." kataku menjawab, "BUKAN ITU YANG HARUSNYA KAU KATAKAN!!!" teriakku dengan cepat. Muka mereka pun langsung berubah, "Yang pertama kenapa kalian ada disini? Bukankah harusnya kalian menetap disana? Lalu apa maksud dari tas-tas itu?" tanyaku sambil menunjuk tas-tas yg mereka bawa. "Tenanglah dulu Rikimaru-kun, menurut aturan, seharusnya partner tak boleh terpisah.." kata Hinata, "Jadi, dengan kata lain mereka akan tinggal di rumahmu, hahaha..." kata Ren tertawa. Aku langsung mencekik leher Ren dengan aura hitam yang kuat, "Bagimana kalau sampai disini kau kukirim lewat paket? Jangan khawatir, akan kubuat tubuhmu masuk dalam kotaknya.." kataku sambil mengguncang tubuhnya, "Untuk beberapa saat kau cocok dengan ibumu.." balas Ren dengan tertekan. "Benar juga!" kataku yang menyadari sesuatu, aku menoleh ke arah Hinata, "Kalau begitu yang tadi itu adalah ar-GUHH!!!!" Hinata memukul perutku tanpa pikir, "Jangan ingat hal yang tak perlu" katanya dengan senyum yang dipalsukan, "S~i~a~p~" kataku dengan sekarat.
Tampaknya masalahku selalu muncul, ah.. mungkin aku memang dikutuk, "Kenapa kau down begitu? Lihatlah keluar.." sahut Ren. Aku pun menatap keluar jendela, terlihat pemandangan hutan dan gunung-gunung tinggi, dan tak lama, bangunan-bangunan pun nampak."Huwa... lihat! Apa itu yang mereka sebut dengan pesawat??" teriak Fuyu, Mereka pun menjadi ribut satu sama lain. Aku menatap mereka semua dari jauh
-Kalau dipikir, ini adalah saat pertama mereka keluar dari perguruan itu bukan? Selama ini mereka belum pernah menginjakan kaki keluar
"Penjara Hitam.." kataku dengan suaru kecil, "Ng? kau mengatakan sesuatu?" tanya Ren, aku pun menggeleng, "Tidak, ayo bersiap untuk turun." kataku sambil berdiri. Kami pun turun di stasiun kosong yang dekat dengan pusat kota, Stasiun yang gelap itu kosong. Saat melangkahkan kaki keluar pun cahaya matahi langsung menyinari kami, "Selamat datang, di Shinosaki.." kataku menyambut.
Ayame dkk tampak heboh dan melihat kesana-sini, tentu saja, ini adalah hal yang baru bagi mereka, "Rikimaru, apa cukup segini?" tanya Yue sambil memperlihatkan sayuran, "Ya, itu cukup untuk nanti malam" kataku yang sedang membayar. Aku pun keluar dari toko, Ayame dkk telah menunggu, "Ayo pergi.." kata Ren, aku pun mengehentikannya, "Tunggu, kenapa tidak lewat simpangan sakura saja?" ajakku, "Bukankah malah tambah jauh?" balas Ren, "Yah, aku sudah lama tidak kesana, kau juga begitu bukan?" kataku sambil tersenyum, "Baik-baik.." kata Ren sambil mengubah arah jalannya. Kami pun sampai di simpangan sakura, sesuai namanya, ada banyak bunga Sakura, meskipun seperti taman, tetapi sedikit orang yang ada kesini, atau bahkan tidak ada. Dan di tengah, ada sebuah pohon Sakura yang paling besar, "Hee... jadi sudah mekar semua ya.." kata Ren, "Kau benar.." kataku sambil tersenyum. Aku berjalan mendekati pohon itu dan meletakan tanganku di batangnya, "Haha.. sudah hampir ada 3 bulan ya.." kataku disertai lonceng yang ada di tanganku berbunyi. Tetapi pada saat itu juga pohon itu bergoyang padahal tak ada angin, "KYAA...." suara seseorang pun terdengar dari atas pohon, aku segera meloncat kebelakang.
BRRUUKK!!!!!!!!!!!
Ada seseorang cewek yang jatuh dari atas pohon, "Hei! kau tak apa-apa?" kataku dengan sedikit terkejut. "Meong.." Ada sebuah kucing yang meloncat ke atas kepalaku. Aku mengangkat kucing itu, "Rico..??" kataku dengan terkejut, lonceng di tanganku pun berbunyi lagi. Orang yang terjatuh tadi pun mengangkat wajahnya, "Suara itu.." pandangan kami pun bertemu. Seorang gadis berambut hitam panjang dan bermata coklat kehitaman itu pun berkata dengan pelan, "Rikimaru... Kun?" Gadis itu mengikat rambut sebelah kirinya dengan pita bewarna kuning, ia juga mengenakan baju bewarna putih, ditambah, sebuah lonceng kecil terikat di pita kuningnya. Aku mengenal gadis ini, "Rin..??" panggilku. Gadis itu pun berdiri dengan wajah kebingungan, "Kenapa kau ada disini? Bukankah seharusnya kau.." Saat itu Ren langsung memotong, "Liburan musim panas yang dimajukan.." katanya sambil merebahkan diri di belakangku, "Ah..Ren-kun.." kata gadis itu, "Yo.. lma tak bertemu Rin-chan.."' kata Ren menyapanya. Ren pun mejelaskan keadaan dengan rinci, disamping itu, Ayame dkk terlihat bingung, "Apa yang anda lakukan barusan Rin-sama?" Tanya Yue, "Ah! Yue? Lama tak bertemu.." kata Rin yang berlari ke arah Yue dan menggenggam tangannya, "Tadi Rico naik ke atas, dan aku pun berniat menurunkannya, tetapi yah.. seperti yang kau lihat.." kata Rin dengan tertawa, aku pun menghela nafas, "Jangan memaksakan dirimu.." kataku padanya, "Hei Rin-chan.. bagaimana kalau kau ikut kami?" tanya Ren sambil tersenyum, "Ikut?" kata Rin dangan heran, Ren pun mengangkat belanjaannya, "Pesta.." kata Ren.
Aku, Ren dan Rin pun berjalan di depan sambil mengobrol, sementara, Ayame dkk mengikuti dibelakang, Ayame pun menarik Yue, "Hei.. Siapa wanita itu?" tanya Ayame dengan berbisik, "Dia? Dia adalah Rin, Rin Haruka.." jawab Yue, "Lalu, apa hubungannya dengan Rikimaru?" tanya Hinata, "Yah.. dia orang yang penting... nanti kau tahu sendiri" jawab Yue lagi, "Apakah dia youkai?" tanya Minata, kali ini Yue tetap memandang ke depan, "Dia manusia.." jawab Yue, "Eh?" kata Ayame dkk bersamaan, "Jadi dia manusia? Melihat lingkungan Rikimaru jadi terkesan aneh.." kata Hinata, "Ya.. seharusnya.." kata Yue lagi. Tak jauh terlihat Rumah yang luas dan bergaya Jepang kuno, di pintu depannya tertulis, [Mira Kaga]
"Sampai..." kata Ren, "He.. jadi ini Rumahmu? Besar juga.." kata Ayame terkesima, pada saat itu aku segera berbalik, "Kenapa?" tanya Rin, "Entah kenapa aku merasakan firasat buruk.." kataku dengan keringan dingin dan hendak kabur. Mereka memaksaku membuka pintu, tanpa sengaja, pintu itu pun terbuka, ada sesosok pria berambut coklat kemerahan dengan bola mata yang sama denganku, ada sebatang rokok dimulutnya. Ia mengenakan yukata bewarna biru muda, "Ah.. kau sudah datang?" katanya, aku pun mendongkak ke atas, "Aku pulang kakak.." kataku. Kakak agak terlihat berbeda karena sekarang rambutnya menjadi panjang hampir mengenai bahu, "Ibu ada di ruangan besar, pergilah.." suruh kakak, "Ah.. anu.. aku kelupaan sesuatu.." kataku yang berniat kabur, tetapi kakak menangkapku, "Tidak akan kubiarkan, rasakanlah apa yang kurasakan saat aku kembali.." kata kakak sambil melemparku ke pintu yang menuju ruangan besar. Aku meneguk liurku membayangkan apa yang akan ibu lakukan
-Tetapi, mana ada ibu yang ingin membunuh anaknya sendiri, mungkin tak apa-apa..
Aku pun menggeser pintu itu dan berkata, "Aku pulang.."
Syutt.... JLEBB!!!!!!
Sebuah pisau panjang menancap di pintu geser itu, jika aku menggesernya secara penuh, aku mungkin sudah kena. "Oh.. kau berhasil mematahkan jebakannya, selamat datang Rikimaru.." kata seorang wanita bermata biru dan berambut abu-abu panjang, itu adalah ibuku. Aku tak mampu berkata-kata, "Kenapa kau disitu? Mendekatlah.." Perintah ibu dengan senyumnya yang menyeramkan. Aku pun melangkahkan satu kaki ke depan, tidak terjadi apa-apa, mungkin kali ini tidak apa-apa. Saat aku melangkahkan kakiku untuk kedua kalinya, kedua dinding yang ada disampingku langsung mengeluarkan tombak dalam jumlah yang besar, aku dapat menghindarinya, meski dengan jarak 1 mm. "Akira-sama, apa yang terjadi dengan kepalamu? tanya Yue yang menyadari ada luka di pelipis Kakak. Kakak pun memegang luka itu, "Ah, ini.. Ini bekas luka karena kejatuhan beban 100kg" Balas Kakak.
BRAAAKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!
"Seperti itu.." Kata kakak yang membuka pintu ruangan besar dan menunjukku yang sedang berada di bawah beban 100 kg yg tiba-tiba muncul dari atas, "Wah.. kita punya banyak tamu ya hari ini?" kata ibu dengan senyum yang ramah.
-Tampaknya hidup disini akan lebih berat..
---------------------- By: Yahya Scorellia Courtville
TRANSLATE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar