Halaman

TRANSLATE

Sabtu, 28 Mei 2011

The Lost Princess -Chapter 1-

Tujuanku… menemukan orang itu.

Tap! Tap! Tap!

Walaupun seisi dunia menghalangiku…


“Hei! Tunggu, nona!” seorang pria setengah baya berteriak memanggil seorang gadis yang memiliki rambut berwarna biru yang panjang dan bergelombang yang tengah berlari itu. Gadis itu pun berhenti dan menoleh ke arah sumber suara.
“Gelangmu terjatuh.” pria itu memungut sebuah gelang perak yang mempunyai ukiran berbentuk daun maple dan melangkah ke arah gadis tersebut untuk mengembalikannya.
“Te-terima kasih!” ucap gadis itu tergesa-gesa. Dari arah asal ia berlari, terlihat beberapa orang sedang berlari ke arah gadis tersebut.
“U-ugh. Cepat sekali lari mereka.” gadis itu mengeluh kemudian melanjutkan larinya dengan cepat.
“Tolong tangkap gadis itu! Dia putri Foliery yang kabur dari rumah!” teriak salah seorang yang ikut mengejar gadis tersebut. Sang putri itu semakin mempercepat larinya yang luar biasa cepat untuk ukuran seorang gadis.
“Hoeee, kenapa yang mengejar jadi semakin banyaaak??” >.<”



-Chapter 1-


 “Dimana gadis tadi? Larinya cepat sekali!”
“Ayo kita cari disana!”
“Kita harus cepat menemukannya!”
Tak lama kemudian tempat itu pun kembali sepi karena para pengejar segera pergi, tak mau membuang waktu.
“Sudah aman.” sebuah suara terdengar dari arah semak-semak di belakang sebuah pohon. Seorang pemuda berambut perak sedang mendekap mulut sang putri, menyelamatkannya dari kejaran massa.
“Hmmph! Hmpphh!”
“Upz, sorry!” laki-laki itu pun spontan melepaskan tangannya dari mulut gadis itu yang langsung menarik napas panjang.
“Huff… Terima kasih sudah menyelamatkanku.” ucap gadis itu kemudian berdiri sambil merapikan gaun birunya. Si pemuda berambut perak itu pun ikut berdiri dan memperhatikan gadis di depannya dengan seksama.
“Kau itu…” ucapan laki-laki itu berhenti, terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
Gawat, pikir gadis itu. Kalau orang ini sampai tahu aku ini Valeriana, bisa-bisa dia juga akan menangkapku!
“Errr… Kalau begitu, aku pergi dulu!” Valeriana sudah siap untuk kembali berlari meninggalkan tempat itu ketika laki-laki tersebut dengan cepat menahan tangannya.
“Tunggu dulu. Valeriana!” Glek. Gawat. Apakah perjalanannya akan berakhir sampai disitu? Padahal sudah dengan susah payah akhirnya ia bisa berhasil kabur dari rumahnya!
“To-tolong jangan beri tahu siapa-siapa kalau aku ini Valeriana! Kumohon! Tolong aku!” pinta Valeriana memohon pada pemuda di hadapannya itu. Sedangkan laki-laki berambut perak itu hanya menatap Valeriana dengan bingung dan memperhatikan wajah gadis bermata Aquamarine itu sekali lagi dengan ragu-ragu.
“Eh? Va-valeriana?”

***

“Jadi Valeriana tidak berhasil ditemukan?” sebuah suara yang berat terdengar dari ruangan yang terlihat mewah itu.
“Maafkan saya. Nona Valeriana berlari sangat kencang sehingga anak buah saya tidak berhasil mengejarnya.” seorang laki-laki berambut hitam menjawab dengan menundukkan kepalanya. Matanya yang berwarna kuning madu melirik majikan di hadapannya dengan was-was. Namun pria tua di depannya hanya menghela napas berat dan menggelengkan kepalanya.
“Anak itu memang jago dalam hal melarikan diri seperti ini. Dia sering memamerkan kemampuan berlarinya itu. Tidak heran kalau kalian tidak bisa menangkapnya.” pria berjas abu-abu itu hanya tersenyum memandang langit di luar jendelanya. Cahaya matahari yang menembus jendela tersebut membuat kerutan-kerutan tanda penuaan di wajahnya terlihat semakin jelas. Di atas meja kerja di sampingnya berdiri sebuah bingkai yang berisi foto dirinya saat masih muda bersama seorang wanita cantik bermata onyx. Rambutnya yang panjang dan lurus memiliki warna yang sama dengan gadis yang saat ini sedang melarikan diri dari rumah itu.
“Benar-benar mirip ibunya.” gumam pria itu dengan suara yang nyaris tidak terdengar. “Kalau begitu cari lagi sampai ketemu, Damon. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada putriku.”
Mendengar perintah dari atasannya, pemuda bernama Damon itu langsung mengangguk tanda mengerti. “Baik, Tuan Foliery.”

***

“Aku Yuuta.” cowok bermata silver itu memperkenalkan dirinya seraya memberikan minuman yang baru saja dibelinya pada Valeriana, lalu terdiam menunggu reaksi gadis itu saat ia menyebutkan namanya. Namun Valeriana hanya menerima minuman itu dan ikut terdiam.
“Jadi… Valeriana Foliery? Kau mau kemana?” tanya Yuuta yang sontak membuat Valeriana mengingat kembali tujuan awal ia pergi dari rumah.
“A-aku… sedang mencari seseorang…” Valeriana menjawab dengan pipi yang mulai merona.
“Hn? Pacarmu ya?” Yuuta memperhatikan semburat merah yang muncul di pipi Valeriana.
“Bu-bukan kok! A-aku pun tidak begitu yakin mengenalnya…” ucap Valeriana dengan tatapan kosong memandangi kaleng minuman yang dipegangnya.
“Mungkin kau heran melihat aku yang seorang putri Foliery ini kabur dari rumah. Namun aku merasa, ada yang sesuatu yang salah dengan hidupku.” Valeriana menoleh dan menatap tajam Yuuta.
“Maksudmu?” Yuuta membalas tatapan Valeriana.
“Apakah aku aneh jika aku merasa asing dengan diriku sendiri?” Setetes keringat dingin muncul di kening Yuuta. Valeriana masih menatap Yuuta seakan meminta jawaban. Namun sebelum Yuuta sempat membuka mulutnya, gadis itu segera memalingkan wajahnya dan berdiri.
“Haah, sudahlah… Kepalaku jadi sakit dan perutku jadi lapar!” seru Valeriana merentangkan kedua tangannya dan sebuah cengiran menghiasi wajahnya.
“Terima kasih telah menolongku. Aku harus pergi sekarang.” Valeriana tersenyum dan segera berbalik meninggalkan Yuuta. Namun lagi-lagi Yuuta menahan tangan Valeriana sebelum gadis itu pergi meninggalkannya.
“Menarik. Aku ikut denganmu.” ucap Yuuta begitu cepat sehingga Valeriana tidak begitu yakin dengan apa yang didengarnya.
“E-eh? Apa?” tanya Valeriana yang masih merasa bingung.
“Kubilang, aku ikut denganmu.” Yuuta menjawab dengan nada malas dan mulai menarik tangan Valeriana sehingga gadis itu harus menyamakan langkahnya dengan pemuda di depannya.
“Tapi kenapa?” Valeriana tidak puas dengan jawaban Yuuta. Bukannya menjelaskan, Yuuta malah melepas jubah panjang berwarna krem miliknya yang sejak tadi ia kenakan, lalu melemparnya ke arah Valeriana.
“Pakailah. Setelah ini kita pergi mencari baju ganti dan makanan untukmu. Kau tidak mau perjalananmu berhenti hanya karena tertangkap gara-gara kau berjalan-jalan dengan gaun yang mencolok seperti itukan?” Valeriana menatap jubah itu dan menoleh ke arah Yuuta. Dasar menyebalkan. Tapi ada benarnya juga. Ia tidak melakukan persiapan dan membawa apa pun ketika melarikan diri. Bodohnya.
“Terima kasih.” Valeriana kembali mengucapkan kata itu dengan cepat lalu memakai jubah yang dipegangnya itu. Ia memutuskan untuk tidak meneruskan pertanyaannya tadi dan lebih baik segera mencari kebutuhan yang ia perlukan terlebih dahulu. Untunglah ia masih ingat membawa uangnya di dalam tas selempang kecil berwarna putih yang ia pakai itu. Sejenak terlintas dalam pikirannya, apakah tidak apa-apa melakukan perjalanan dengan orang asing yang baru dikenalnya seperti Yuuta ini? Ia kan tidak tahu apa maksud dan tujuan Yuuta untuk ikut dengannya. Walaupun terlihat seperti orang baik-baik, tapi tidak seharusnya ia mempercayai orang asing kan?
Namun…
Valeriana kembali menatap sosok Yuuta di depannya yang masih menggandeng tangannya dan membawanya entah kemana.
Kenapa ia merasa aman dan familiar di dekatnya?

***

Bruk.
Seorang pria jatuh tersungkur dengan sebuah pedang yang masih menancap di punggungnya. Darah mengalir terus menerus dari beberapa luka sayatan yang dihasilkan oleh pedang yang sama. Tipis kemungkinan untuk dirinya bertahan hidup lebih lama lagi dengan kondisi tubuh yang parah seperti itu. Di sampingnya, berdiri seorang pemuda berjubah hitam memandangnya dengan dingin. Pemuda berambut pirang itu kemudian mencabut pedang miliknya dari tubuh yang sudah tak bernyawa di depannya lalu membersihkan darah yang menempel di pedang itu dengan jubah miliknya.
“Sembilan puluh empat.” laki-laki itu berbisik dengan suara pelan menatap mayat itu dengan matanya yang merah menyala, lalu tersenyum miris. Tiba-tiba iris matanya perlahan-lahan berubah warna menjadi biru bersamaan dengan menghilangnya senyuman dingin yang tadi menghiasi wajahnya. Dalam sekejap keringat dingin mulai menyelimuti pemuda pirang itu dan refleks menjatuhkan pedangnya ke tanah, seakan terkejut melihat pemandangan yang berada di hadapannya.
“Sial…!” gumamnya. Wajahnya pucat dan perutnya mual. Ia segera bersandar pada sebuah pohon di dekatnya sambil menahan kepalanya yang mulai terasa pusing.
“Ada apa Hiromu? Kau masih belum terbiasa juga?” sebuah suara yang merdu keluar dari mulut seorang perempuan cantik yang sedang duduk sambil tersenyum dengan santainya di batang pohon yang menjadi sandaran laki-laki bernama Hiromu tersebut. Sedangkan Hiromu hanya diam dengan tatapan kosong dan tidak mempedulikan kehadiran gadis berambut coklat yang memakai gaun hitam itu.
“Padahal kau sudah membunuh 94 orang. Tapi sikapmu masih saja seperti itu.” gadis itu kemudian melompat turun dan berdiri tepat di samping Hiromu. Ia membetulkan posisi topi kerucut di kepalanya yang miring akibat lompatannya tadi. Sepertinya topi itu telah menjadi ciri khas tersendiri untuk dirinya. Hiromu bangkit dan mengambil pedang miliknya.
“Kau itu memang paling keren kalau sedang membunuh… Tak kusangka kemampuanmu hebat juga. Padahal aku dulu mengira kau ini hanya seorang pengawal yang tergila-gila pada majikannya. Tapi aku tidak salah mengambilmu sebagai partnerku.” ucap gadis itu melirik Hiromu dengan mata Ruby miliknya.
Jreebb!!
Pedang Hiromu dengan cepat menancap di pohon tepat di samping kepala gadis itu. Beberapa helai rambutnya yang panjang dan lurus jatuh ke tanah karena tebasan pedang tersebut. Namun gadis itu tetap tenang dan tidak bergeming sedikit pun. Hiromu menatapnya dingin penuh dengan kebencian.
“Enam orang lagi. Dan aku akan terbebas dari perjanjian ini, Shouko!” Gadis yang bernama Shouku itu hanya terdiam menatap Hiromu lalu berjalan ke arah tubuh yang sudah tidak bernyawa itu dan merentangkan tangan kanannya di atas mayat tersebut.
“Manusia yang sudah menghembuskan napas terakhirnya, akan bermimpi selama beberapa saat yang akan membawanya ke dalam dunia kematian. Mimpi itulah yang mengandung kekuatan sihir terbesar yang terpendam dalam diri seorang manusia.” tiba-tiba cahaya kemerahan keluar dari tubuh yang tergeletak itu dan terserap masuk ke telapak tangan Shouko. “Kau akan mendapat tambahan kekuatan bila bisa menyerap mimpi itu. Mimpi kematian 100 orang akan mengumpulkan kekuatan yang sebanding dengan kekuatan Penukar Jiwa seorang Foliery. Memang terkutuk, kau tidak akan bisa mendapatkan kehidupan yang tenang…”
Perlahan-lahan cahaya itu memudar dan habis ditelan sehingga suasana hutan itu kembali gelap oleh pepohonan besar di sekitarnya. Gadis wizard itu lalu menjilat telapak tangannya yang baru saja mengambil mimpi kematian itu.
“Tapi lezat.”

-to be continued-

Ga bisa bikin nama, jadi ngambil nama dari komik2 yang numpuk di rumah… XDD *digampar*

Disclaimer:
Eternal Soul by Yuana Kazumi
-Valeriana Foliery
-Hiromu Nishizawa
Wpinch vol 4 by Ryo Azuki
-Yuuta Akagi
-Shouko









Tidak ada komentar: