Aku duduk disamping kakak sejajar dengan ibu dan Ren menghadap Ayame dkk, tentu saja, dengan luka dikepalaku.
-Apa-apaan ini... mungkin seharusnya aku tidak pulang, inilah yang aku takutkan, dan tentunya ini masih ada lanjutannya...
Lengan bajuku pun ditarik oleh seseorang, aku pun menoleh, "Apa kau tidak apa-apa?" tanya Rin, "Setidaknya aku belum mati.." kataku sambil memandang ibu, "Tenanglah, kalau kau mati akan kukuburkan dengan layak kok" kata ibu dengan ceria, "Bukan itu yang aku khawatirkan.." kataku dengan kepala tertunduk, "Daripada itu, siapa mereka?" tanya ibu dengan senyumnya sambil menujuk Ayame dkk. Aku menarik nafas sejenak, "Mereka partnerku.." kataku dengan penuh keraguan, ibu tak langsung menjawab. Ia melihat mereka berputar-putar, "anu... apa yang anda lakukan?" kata Hinata yang merasa tak nyaman, mereka terlihat sedikit takut. Ibu pun kembali ke depan mereka, dan duduk, "Begitu... Kitsune, Yuki Onna, Inugami, werewolf, dan lagi... Shinigami.." perkataan ibu membuat mereka terkejut, terutama Hinata, "Ah bukan... Setengah Shinigami bukan?" Hinata tambah terkejut, "Bagaimana bisa?" kata Hinata dengan muka yang terkejut dan heran. Ibu pun tersenyum, "Sebagai demon hunter kelas atas itu bukan hanya popularitas.." kata ibu dengan tenang, "Terima kasih sudah menjaga anakku selama ini, namaku adalah Mira Kaga, perkenalkan.." sambung ibu memperkenalkan diri dengan tenang.
Ren pun berbisik, "Apa itu sengaja?" aku menatap ke arah Kiriya yang ada disana, "Entah, ibu dapat menebak mereka semua dengan tepat, kecuali satu orang yang belum disebutnya.." kataku, "Hei, siapa sebenarnya, wanita berambut biru itu?" tanya Rin sambil menujuk Kiriya, "Akan kujelaskan padamu nanti, atau kau bisa tanya Ren tentang hal itu, tetapi tidak sekarang.." kataku tegas. Rin pun mengangguk meski agak bingung, "Tampaknya kau berada dalam masalah besar lagi ya?" kata Kakak sambil tertawa dengan rokok dimulutnya, " Diamlah.. kupikir kau berhenti merokok, sewaktu di kuro gakuen kau tak ada menyentuhnya." balasku, "Hmm.. Waktu itu persediaanku sudah habis, aku belum berhenti kok.." kata kakak, "Hei kak.. aku penasaran, diamana Ayah? Aku tak ada melihatnya dari tadi" Kakak pun mematikan rokoknya, "Sedang keluar sebentar.." kata kakak sambil tersenyum
-Misi ya.... Yah, sudah lama aku tak melihat hal-hal seperti ini, mungkin tak ada buruknya juga?
Saat itu ada hawa membunuh yang luar biasa, aku pun melihat ada nanigata di depan mukaku. Aku segera melompat mundur untuk menghindar, kalau aku telat sedikit nanigata itu akan menancap dikepalaku, "Apa yang ibu lakukan!!???" kataku dengan sedikit shock, "Kau melamun ketika ditanya, jadi aku berpikir untuk memukul kepalamu sedikit" kata ibu dengan ringan. Aku melihat kebawah, lantai tempatku duduk barusan rusak berat, seperti ditimpa oleh beban berat. "Memangnya itu yang disebut pukulan ringan?" kataku sambil menunjuk lantai
"Ah.. Biaya perbaikan bertambah deh.." kata ibu mengeluh, "Kalau begitu singkirkan semua jebakan barusan!!! Dan Jangan menyerangku!!" kataku dengan kesal. Ren pun tertawa, Ayame dkk tampak ketakutan, yah itu wajar..
"Apa yang ibu ingin tanyakan barusan?" kataku setelah tenang sedikit,
"Mana yang kau pilih?" kata ibu sambil menunjuk Ayame dkk,
"Ng.. maksudnya?" tanyaku bingung,
"Seperti yang kutanyakan, mana yang akan kau pilih?" kata ibu sekali lagi,
"Untuk?"
"Untuk jadi anakku.." jawab Ibu
...............
...............................
...........................................
"Haahh....???" kataku, Ibu pun menghela nafas, "Biar kuulang.."
"Mana dari mereka yang akan jadi ANAKKU?" kata ibu
"Yang ini?" katanya menunjuk Ayame
"Yang ini?" Katanya menunjuk Hinata
"Atau bahkan semuanya?" sambung ibu tanpa henti
"Memang mereka harus cantik, kuat, anggun, tetapi tampaknya mereka sudah memenuhi hal itu, kalau soal kekuatan itu gampang, aku bisa membuatnya kuat dalam waktu satu hari kok" kata ibu dengan senyum
"EEHHHHH?????" Ayame dkk berteriak dengan keras, aku hanya menundukan kepalaku menanggung malu, "Itu tidak bisa.." kata Kakak, ibu pun berbalik, "Bukankah sudah ada Rin-chan?" sambung Ren, "Ahh.. ayolah.. kalian membosankan... lebih dari satu tak masalahkan..?" kata ibu. Mereka merasa bingung dengan apa yang kami bicarakan, "Anu.. apa maksudnya?" tanya Minata, "Eh? Kalian belum tahu?" tanya kakak, "Tentang apa?" tanya Ayame
"Tunangan.." kata Yue yang duduk dibelakang. Mereka langsung berputar mengahadap Yue, "Rin Haruka adalah tunangan Rikimaru-sama" kata Yue. "HIIEEEHH!!????" Mereka semua serentak terkejut, "Rumah ini jadi sangat ramai malam ini, untung tak ada yang protes.." kata kakak disertai tawa kecil Rin. "Riki.." Aku pun menoleh ke arah ibu yang memanggilku, "Aku pergi ke kamar, ketika masakannya sudah siap, panggil saja aku.." kata ibu sambil pergi. Saat itu Ayame dkk datang mengerubungiku, "Apa maksudnya?" tanya Ayame, "Benarkah itu? Benarkah itu?" tanya Fuyu dengan ceria. Aku menghela nafas, "Lebih baik kau beri tahu saja mereka.." bisik Ren. "Kakak.." panggilku, "Tolong belikan ini.." kataku memberikan daftar belanjaan, "Kenapa aku?" kata kakak menolak, "Itu untuk Tofu favoritmu..." kakak pun langsung pergi tanpa berbicara apa-apa
-Dia itu pintar atau bodoh..?
Aku pun berbalik dan duduk disamping Rin,
"Keluarga Kaga adalah Demon hunter elit dari turun temurun, begitu juga dengan keluarga Shiruya. Dulu, leluhur tidak ingin memecah garis keturunan. Itulah yang menyebabkan, setiap anak yang berasal dari keluarga Kaga dan Shiruya, akan dipasangkan dengan seseorang yang disetujui dari kedua orang tua untuk menjadi pasangan kelak. Pada akhirnya, itu menjadi tradisi" kataku
"Jadi, kalian akan berpasangan?" Tanya Hinata
"Seharusnya.." kata rin dengan tertawa kecil
"Dengar, ini rahasia yang hanya diketahui olehku, Ren, Yue dan Rin, jangan pernah membocorkannya." kataku dengan tegas, mereka semua mengangguk
"Ini semua bermula pada beberapa tahun yang lalu. Aku telah menghadiri perjodohan yg telah berkali-kali dilakukan. Karena kesal, pada saat itu aku kabur, pada saat itulah aku bertemu Rin.." katau, mereka tampak mendengarkan dengan hati-hati
"Aku baru tahu pada waktu itu, kalau dia berada di sekolah dan kelas yang sama. Pada akhirnya, aku memberitahukan semuanya pada Rin. Dan tak lama, kami pun membuat suatu rencana" sambungku
"Rencana?" tanya Ayame
"Ya, Pertunangan palsu. Aku memberitahu Rin kepada ibu, untungnya, ibu menerima. Akhirnya aku bertunangan dengan Rin, dengan begitu, aku tak akan mengalami perjodohan lagi." kataku menjelaskan
"Lalu... sampai kapan rencana itu berlanjut.." tanya Minata sambil memandangku dengan menganggapku bodoh
"Sampai aku menemukan yang sesuai.." kataku simpel
"Itu akan jadi sangat lama, aku jadi kasihan denganmu Rin.." Kata Ayame sambil memegang bahu Rin
"Apa maksudmu?" tanyaku bingung
"Tanya saja pada dirimu sendiri" Balas Ayame dengan judes, sedangkan Rin hanya tertawa kecil.
Tepat pada saat itu, kakak datang, "Aku ke dapur dulu.." kataku sambil membawa belanjaan, "Ah, biar kubantu.." Kata Rin sambil berjalan dibelakangku, "Aku juga.." sambung Yue.
"Begitukah..." kata Yoshida, "Tapi apa tidak aneh? Kalau tak ingin diputus, kenapa dengan manusia? Dia manusia bukan?" Kata Hinata, "Soal itu.. kau akan tahu sendiri" jawab Ren, "Apa yang kalian bicarakan sekarang?" tanya kakak yang tidak tahu apa-apa. Aku pergi memanggil ibu, sedangkan Yue dan Rin menyiapkan makanan. Ketika aku mau membuka pintu ibu berkata, "Masuklah.." Aku pun sempat terhenti, terasa hawa yang agak berat, berbeda dengan yang tadi. Aku pun membuka pintu dan melihat ibu duduk di sebrang meja, "Duduklah" kata ibu dengan tegas. Mukanya tampak serius, sudah lama aku tak melihat muka seperti itu,
"Ada apa?" tanyaku
"Anak berambut biru barusan... Bukan youkai.." kata ibu sambil memandangku dengan tajam
-Ini dia, jadi pada akhirnya tak bisa dihindari ya..
"Anak itu.... apakah dia, LORE?" tanya ibu sekali lagi, aku menggangguk
"Apa kau yang memilih bentuk seperti itu?" tanyanya sekali lagi
"Bukan.." jawabku singkat
"Kalau begitu, kontrak tanpa formasi sihir?" kata ibu sekali lagi
"Te.." belum selesai aku berbicara, sebuah pedang berada di samping leherku, jaraknya sangat dekat, aku dapat merasakan hawa dinginnya. Aku berdiam dan menatap ibu
"Beri aku jawaban. Tergantung pada jawaban itu, aku akan melakukan apa yang kusuka dengan pedang ini" kata ibu serius. "Apakah itu, kontrak tanpa formasi sihir?" tanya ibu sekali lagi.
Aku menutup mataku sejenak, "Iya, tepat.." kataku dengan tegas.
Ibu menatap mataku dengan tajam, "Kau tahu akibatnya?" tanyanya, "Eh? Ya, aku tahu.." jawabku. Ibu pun menurunkan pedangnya, "Begitukah..." kata ibu sambil menyimpan pedangnya dan pergi ke ruang depan untuk makan. Ketika sampai dipintu ia berbalik, "Benar juga, selamat telah menjadi Valcyria" kata ibu sambil pergi. Aku pun langsung bernafas lega, "Dasar, barusan adalah saat-saat yang paling berbahaya dalam hidupku.." kataku dengan kecil sambil tertawa.
Kami makan bersama pada malam itu, tanpa terasa, jam menunjukan 11 malam. "Hei, bukankah kalian ada sekolah besok?" tanya ibu, "Itu benar... besok hari pertama kita masuk" kata Ren, "Bukan yang pertama..." sahutku sambil membereskan makanan. "Bagaimana kalau kalian pergi saja, kurasa aku akan menginap disini malam ini" kata ibu. Pada saat itu Hinata merasa aneh, aku pun menyiapkan barang-barang yang ada. "Kenapa kalian masih disitu? Ayo pergi.." kataku pada Ayame dkk, mereka diam dan hanya mengikutiku saja. Aku pun meninggalkan gerbang, "APA MAKSUDMU!!???" Kata Ayame sambil melempar tasnya ke kepalaku, ia menarik kerah bajuku dan mengguncang-guncang tubuhku, "Jelaskan dulu hal ini bodoh!!!" kata Ayame, "Sebelum itu turunkan dulu dia, dia sekarat tuh.." kata Ren menunjukku yang mulutnya berbusa.
"Barusan itu adalah rumah utama.." kataku menjelaskan sambil jalan
"Dengan kata lain, kau mempunyai dua rumah?" tanya Hinata
"Yah begitulah, tapi yang satu lebih dekat dengan sekolah, semenjak kecil juga aku terbiasa disana.." Balasku
"Sebenarnya rumahku juga lumayan dekat dengannya, Riiya juga suka rumah itu karena didepannya ada oden yang enak" sambung Rin
"Riiya..?" kata Ayame
"Ah,, itu panggilanku untuknya.." sambung Rin
"... Aku mengerti kalau Riki, tapi Riiya...?" Balas Minata
"RIkImaru kaguYA, aku menyingkatnya.." kata Rin dengan senyum
"Riki, Riiya, tampaknya kau punya banyak panggilan Rikimaru-kun.." kata Hinata sambil tertawa kecil
"Bukan salahku.." balasku
Aku pun sampai di bangunan bertingkat dua, seperti mansion. "Apa kau tak apa sendiri?" tanyaku pada Rin, "Ya, terima kasih atas hari ini, sampai bertemu besok, Riiya..." kata Rin sambil pergi. Ayame masih memandangi bangunan itu, "Hei, Rikimaru, bukankah ini.. mansion?" tanya Hinata. "Tepat, satu-satunya Mansion dikota ini yang terkosong, dan lagi, dipenuhi aura mistis.." kata Ren, "Jadi kau yang menyebarkan rumor itu...?" kataku membawa pedang dengan hawa membunuh, "Kau itu memang turunan ibumu..." kata Ren dengan pasrah.
"Tunggu, apa maksudnya aura mistis?" tanya Ayame
"Disini banyak hal aneh yang terjadi, seperti suara tangisan, ada anak-anak berlari, dan lain-lain" kataku
"Jangan jangan itu.." kata Hinata menebak
"Youkai.." jawab Ren
"Banyak Youkai yang berkumpul disini, tidak berbahaya sih.. tapi karena semua hal yang terjadi akbit mereka. Sehingga orang-orang menyebut mansion ini dengan satu sebutan, Youkai Mansion" kataku sambil membuka pintu, "Masuklah dan pilih kamar di lantai dua, terserah kalian. yang manapun kosong." kataku.
"Kalau begitu, aku juga pulang.." kata Ren
"Kau tidak menginap?" tanyaku
"Tidak, aku ingin melihat ayah.." balasnya
"Begitukah, baiklah.. salam untuk ayahmu.." kataku
"Sampaikan saja sendiri.." balas Ren sambil pergi
Aku pun menutup pintu itu, aku membuka sepatu dan menaruhnya dirak. Untuk sesaat aku melihat sekeliling, "Aku pulang.." kataku sambil pergi ke kamarku.
--------------- By: Yahya Scorellia Courtville
TRANSLATE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar