Halaman

TRANSLATE

Kamis, 29 Desember 2011

Ninja's Demon Hunter In Kuro Gakuen chp 51. Akira

Note: "setelah menimbang beberapa hal, saya memutuskan untuk merubah sudut pandang aku menjadi Akira"

Di pagi hari aku pun terbangun. Ketika aku membuka mataku, sebuah kamar yang terlihat tidak pernah ditempati oleh orang terbentang di depanku. Aku pun berdiri dan berjalan ke arah lemari yang berdempet dengan dinding. Aku membukanya dan yang ada hanyalah sebuah tas berisi barang-barangku yang kumasukan tadi malam. Sekali lagi aku menoleh ke belakang sambil menutup lemari itu.

-Kamar yang tak pernah ditempati ya..

Aku pun mengambil baju yang kukenakan semalam. Membawa barang-barang ninja sudah menjadi kebiasaan untukku. Sambil bersiap aku mengingat kejadian kemarin malam.

"mulai sekarang kau tidak boleh membunuh lagi" perkataan Ai tergiang di kepalaku

-Apa maksudnya? Apa yang dia perintahkan padaku tidak masuk akal? Apa dia tidak sadar dunia seperti apa yang ia jalani sekarang? Membunuh atau dibunuh? Apa dia tidak mengerti hal itu?

Aku menarik nafas panjang dan terus berpikir

-Dan juga, apa maksudnya perkataannya itu? Seenaknya mengubah kontrakku. Terlebih lagi ayah menyetujuinya, apa ini yang ia maksud dengan perkataannya yang dahulu? Tetapi mengapa aku tak menolak? Bukankah aku bebas memilih untuk hal itu?

Aku diam berpikir sejenak sampai aku mengambil keputusan

-Baiklah, kalau ini apa yang kau katakan ayah, kuterima tantanganmu. Ketika misi ini selesai, aku akan mengambil pisau merah taring serigala, tanpa peduli apapun.

Aku membuka pintu kamar, suasana sangat sepi. Aku melihat ke jam dinding yang berada di belakangku, jam itu menunjukan jam [04:00]

-Tidak biasanya aku bangun jam segini, biasanya lebih pagi

AKu pun menutup pintu dan berjalan ke lantai bawah, dan secara tak kusangka, Ai sudah bangun. Ia tampak bekerja dengan laptopnya dengan sangat serius sehingga ia tidak menyadari keberadaanku. Aku pun berjalan mendekat sampai ia sadar dan menoleh ke arahku.

"Ehh... sudah pagi ya..?" katanya sambil menutup laptopnya.

Aku terdiam mendengar kata-kata itu, itu menunjukan bahwa ia tetap terjaga satu malam. Ai melihat ke jam dinding, "Eh, ini masih jam 4.." Ai menatapku sekali lagi, "Apa kau selalu bangun jam segini? Memangnya cukup?" katanya padaku

"....... Kau sendiri?" tanyaku setelah jeda yang agak panjang. Ai pun tersenyum, "Ah, aku sibuk meneruskan penelitianku sampai aku lupa waktu." jawabnya dengan singkat. Ai memakai piyamanya dan disertai kacamata, aku dapat menyimpulkan kalau ia benar-benar lupa.

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah lapar Akira? Aku akan membuatkanmu sarapan.." katanya sambil berdiri dan berjalan ke arah dapur. Ia mulai menyalakan kompor dan membuat sesuatu. Melihat dirinya aku jadi teringat akan seseorang, adikku. Tipe orang yang lebih memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri, dan bertindak sesukanya. Aku.. tidak suka pada orang-orang begitu.

Seharusnya aku bisa pergi sekarang, tetapi, entah kenapa aku malah duduk di meja tempat ia bekerja tadi. Tubuhku secara otomatis melakukannya, apa karena dia adalah misiku? Aku tak tahu kenapa. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang bernyanyi, itu adalah suara Ai. Suara itu terdengar lembut di telingaku, hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku harusnya menolak semua hal yang ia katakan, tetapi tampaknya, aku ingin tahu lebih banyak tentangnya. Ai itu unik, dia pandai bersembunyi, terutama sifatnya. Secara perlahan mataku mulai terasa berat, untuk pertama kalinya, aku tertidur dengan keadaan begini.

"Karena kau tidak seperti yang terlihat, aku tahu karena tanganmu terasa hangat"

-Apa maksudnya dari perkataan itu? Mengejekku? Tanganku sudah terlumuri darah, tak akan bisa dicuci lagi, walau dengan apapun..

CRAK!!

Bunyi tersebut menyadarkanku, aku membuka mataku dan melihat beberapa makanan tersedia di depan mataku.

"Kau tertidur..?" kata Ai sambil duduk di depanku. Itu adalah pertama kalinya aku tertidur lagi setelah terbangun. Aku merasa aneh dengan hal itu, apa aku tertidur begitu mendengar nyanyian itu?

"Kalau kau memasang muka begitu pada pagi hari, maka keberuntunganmu akan pergi.." kata Ai sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Aku pun melihatnya sejenak dan mengambil makanan, "Itu bukan urusanmu.." kataku dengan ketus. Setelah itu aku tak bicara apa-pun, hanya memakan apa yang kuambil. Ai tampak memandangiku sesekali, ia bertopang dagu dan menatapku yang sedang makan dengan ekspresi datar, Ai tampak memikirkan sesuatu?

"Apa rasanya tidak sesuai dengan lidahmu?" tanya Ai sambil tertawa kecil. Aku yang mendengar itu berhenti dan menatapnya kembali, ia nampak tertawa dengan berat. Aku menutup mataku sejenak dan kembali memakan makananku, "Bukan.." jawabku, "Kalau begitu apa kau marah? Karena aku mengubah kontrakmu?" tanyanya lagi. Aku menyelesaikan makananku dan bersandar pada kursi, "Pada awalnya ya.."jawabanku membuat Ai tertawa dengan terpaksa,

"Aku sudah tak peduli akan hal itu lagi, jika itu apa yang menjadi tantangan dari ayah, akan kuterima" sambungku

"Tantangan..?" kata Ai

Pada saat itu aku sadar, kenapa aku membicarakan hal itu dengannya? Mengapa?

"Tantangan apa?" tanya Ai sekali lagi, "Bukan apa-apa, bukan urusanmu.." kataku dengan ketus sambil mengambil secangkir teh. Tak lama Ai pun tertawa kecil, "Apa yang lucu?" tanyaku, Ai pun menoleh sambil tertawa.

"Tidak, cuma senang saja.." jawabnya

"Senang...." kataku dengan nada heran

Ai pun bangkit dan menyimpun piring-piring yang berada di meja, "Ya, aku senang. Ini pertama kalinya, pertama kalinya aku menyiapkan sarapan untuk orang lain serta mengobrol dengan orang lain sebanyak ini" kata Ai sambil mencuci piring-piring tersebut.

Perkataan itu membuatku sedikit terkejut, "tidak pernah ada orang kesini?" tanyaku. Ai diam sejenak dan menggeleng, "Tidak, lebih tepatnya, tidak mungkin. Aku tidak diperbolehkan untuk bertemu sembarang orang, itulah yang diperintahkan padaku. Bukankah kau juga sama, Akira-kun?" kata Ai padaku,

"Hah..?"

"Kau juga, tidak mempunyai teman bukan?" kata Ai tepat sasaran. Aku pada saat itu sedikit terkejut dan secara perlahan aku tertawa, "Benar, aku tak mempunyai teman, lebih tepatnya, aku tidak memerlukan mereka." Balasku, "Tiran.." ejek Ai padaku. Aku diam tak merespon sampai Ai selesai mencuci, ia berbalik dan duduk lagi di depanku.

"Tapi aku, penasaran, bagaimana rasanya mempunyai teman?" Katanya dengan memandangku secara serius

"Aku tidak.." balasku dengan dingin

"Karena itu... carikan aku teman.." kata Ai dengan enteng

Aku terdiam karena terkejut, lebih tepatnya serasa dibodohi. Aku melihat Ai dengan pandangan kasihan

-Dia ini, jenius atau bodoh? Bisa-bisanya ia berkata begitu

"Aku menolak.." balasku

"Eh... Kenapa?" tanyanya terkejut

"Itu merepotkan, terlebih lagi, bukannya teman itu dibuat?" kataku secara asal

Ai kali ini terdiam, ia terlihat berpikir sampai ia membuka matanya dengan pandangan bahagia

-Aku merasakan hawa buruk

"Kalau begitu Akira-kun.. jadilah temanku.." Katanya sambil menunjukku

-Sudah kuduga...

"Ogah, terlebihnya, kenapa aku harus mau?" jawabku secara cepat

"Apa kau lupa tentang perubahan kontrakmu?" balas Ai

-Sialan....

Ai pun menghela nafas panjang, "Tak perlu nyata.." katanya. Aku menoleh dengan pandangan bingung, "Tak perlu nyata, aku cuma ingin tahu saja, bagaimana rasanya mempunyai teman itu. Makanya, tak perlu nyata, kau bisa berpura-pura untuk menjadi temanku.." kata Ai sambil tersenyum. Aku terdiam untuk kali ini, Ai benar-benar orang yang tidak dapat dimengerti, berindak semaunya, tetapi, ia menyimpan sesuatu yang besar.

MAIL!!!

Belum aku menjawab ponsel Ai telah berbunyi, nampaknya ada sebuah E-mail masuk. Ai mengambil ponselnya dan membaca E-mail tersebut. Ketika ia membacanya, raut wajahnya berubah, seakan-akan kecewa. Ai menutup ponselnya dan kembali ke dirinya yang semula, "Kita berangkat ke pusat penelitian.." katanya sambil pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Ia meninggalkanku dalam keadaan yang masih belum jelas. Aku hanya duduk dan melihatnya sampai ia masuk ke kamarnya. Aku pun bersandar pada kursi dan bersantai dengan mendongkakkan kepalaku ke atas, "Teman.." gumamku sambil mengingat pembicaraan tadi. Aku melirik ke arah meja dimana terdapat laptop Ai, disampingnya ada bungkus rokok yang biasa dihisapnya.

"Rokok akan membuatmu terlihat dewasa, dan hal itu dapat menyembunyikan dirimu"

Perkataan itu teringat di dalam kepalaku. Aku pun bangkit dan berjalan ke arah meja itu. Aku mengambil bungkus rokok tersebut dan memandanginya, saat itu juga aku mengingat semua kejadian tadi malam, dan aku tersenyum meski aku tak tahu kenapa. Aku meletakan kembali rokok tersebut dan berjalan ke pintu keluar untuk menunggu Ai.

Aku berada di luar rumah dan bersandar pada tembok sambil menunggu. Aku memperhatikan sekeliling rumah, tak ada hawa-hawa kehidupan. Benar-benar seperti terisolasi.

-Begitu.. memang tak ada penjaga di rumahnya, tetapi sebagai gantinya mereka menjaga sekelilingnya dalam skala yang besar. Heh... dasar merepotkan

"Apa yang kau lakukan disitu? Ayo pergi.." kata Ai yang berada di depanku. Aku pun berjalan mengikutinya ke laboratorium kemarin. Sepanjang perjalanan Ai diam, ia hanya menghisap rokoknya dengan pandangan depan

-Apa ada masalah?

Ai nampak berbeda, ia terlihat lebih tertekan. Secara tiba-tiba ia berbalik, hal itu membuatku berhenti berjalan. Ia memandangku sejenak, "Ada apa?" tanyaku, "Aku tidak membuat bekal makan siang, aku akan membelinya dulu di supermarket di samping gang itu" katanya sambil menunjuk

...
.........
...............

-Jangan bilang kalau dari tadi ia hanya memikirkan makan siang...?

"Tak perlu ditemani, tak akan lama, dan tak ada yang nekat pada siang pagi hari begini.." katanya sambil pergi berlari ke supermarket yang ia sebut.

Aku yang hendak menyampaikan beberapa hal terdiam karena hal itu. Aku menghela nafas panjang dan menyenderkan tubuhku lagi. Entah kenapa aku merasa sedikit lelah, ini pertama kalinya aku merasakan lelah tanpa berbuat apa-apa.

-Apa ini karena aku tertidur tadi?

Aku memegang kepalaku sambil mengingat-ingat kejadian pagi tadi. Lagu yang dinyanyikan oleh Ai, terasa berbeda. Aku pun tersadar dai lamunanku ketika aku melihat jam tangan.

-15 menit? bukakah ini terlalu lama?

Aku memutuskan untuk menjemputnya. Aku berjalan beberapa meter dan berbelok ke tempat supermarket tersebut, disana aku tidak menemukan Ai. Aku mencoba merasakan hawanya, tetapi nihil. Aku bertanya pada pegawai toko serta beberapa orang, tetapi mereka tidak ada melihatnya. Aku pun keluar dari supermarket tersebut, ada sebuah jalan kecil di dekat supermarket tersebut. Aku berjalan dan menemukan sebuah kacatmata. Aku mengambilnya dan aku tahu, kalau itu adalah kaca mata Ai, aku pun mengepalkan tanganku dengan penuh kebencian, "Wanita itu...!!!" gumamku dengan suara yang berat sekaligus marah.

Aku memeriksa dan memastikan tidak ada orang disekitarku, aku sudah paham kejadiannya. Ai diculik, dan penculiknya tidak menimbulkan bekas, makanya, aku harus mencarinya. Aku pun membuat kloning diriku dan
memulai jurus ninja

"Teknik ninja keluarga Shiruya, Kuroi konchu (black insect).." kloningku langsung berubah menjadi sekumpulan serangga secara perlahan. Serangga-serangga tersebut terbang memencar, "Teknik ninja keluarga Shiruya,Me (eye)" Aku menyambungkan semua yang terlihat dari serangga tersebut sehingga dapat kulihat. Aku tak bisa mengatur pergerakan para serangga, tapi aku dapat melihat melalui mereka, walau mereka sudah tak dapat digunakan sebagai apa-apa lagi.

Aku melompat ke atas gedung-gedung tinggi dan melihat dari sana. Dan tak lama aku melihat Ai dibawa ke sebuah bekas pabrik lama yang sangat luas. Aku melihat jam tanganku sejenak, aku memeriksa semua bawaanku. Aku hanya membawa pedang pendek sebanyak tiga buah, bukan jumlah yang cukup.

Aku langsung menuju pabrik itu setelah selesai berpikir. Ketika aku sampai di depannya, tidak ada hawa manusia sedikit pun. Tanpa pikir panjang aku masuk ke dalamnya. Ruangan disana sangat gelap, sampai akhirnya ada lampu dinyalakan, ada seorang lelaki menodongkan senjata ke arah Ai yang tidak sadar. Ia berdiri di lantai atas yang jaraknya lumayan jauh denganku.

"Selamat pagi, pengawal.." katanya dari jauh dengan suara yang bergema. Aku menatapnya dengan pandangan kosong

"Lepaskan dia.." balasku dengan simpel, orang tadi terdiam sejenak

"Kenapa? bukankah harusnya kau mengambilnya tanpa bicara dahulu? Lalu, kenapa kau berkata begitu? Tanya Penculik itu padaku. Aku kali ini menatapnya tepat dimatanya

"Karena aku diperintahkan olehnya untuk tidak membunuh.." jawabku. Saat itu terjadi keheningan seketika, dan disambung dengan tawa sang penculik.

"Apa-apaan itu?? Haha, lucu sekali!! Seorang ninja diperintah untuk tidak membunuh? Apa ini acara komedi?" ejek penculik itu

"Yaa... aku juga berpikir seperti itu.." kataku

"Hei, bagaimana jika kau pergi dari sini? Dengan begitu kau tidak akan mati. Bilang saja karena kecerobohan wanita ini sendiri yang menyebabkan ia ada di tanganku" Kata pencuri itu

"Hoo.. nampaknya kau cukup percaya diri, untuk membunuhku.." kataku dengan nada menantang

 "Yaa.. bisa dengan orang sebanyak ini.." balasnya disertai munculnya orang-orang bersenjata api dengan jumlah yang sangat banyak. Mereka mengkeker kepalaku secara serentak, aku menatap ke atas, ada sekitar 200 orang yang siap menembakku tepat di kepala. Aku mengembalikan pandanganku kepada orang yang menodong Ai

 "Bagaimana tawaran yang menarik bukan? Lebih baik kau terima, lagi pula, buat apa kau menuruti perintahnya sejak awal?"

Aku terdiam mendengar kata-kata itu

-Buat apa aku menurutinya? Dia hanya melakukan segalanya semau dirinya. Aku mempunyai hak untuk menolak bukan?


"Tak perlu nyata.." perkataan itu terulang di ingatanku. Aku tersadar dari lamunanku, "Tak perlu nyata, aku hanya ingin tahu saja, bagaimana rasanya mempunyai teman" sekali lagi perkataan itu teringat di benakku. Aku pun tersenyum


"Kau benar, buat apa aku menurutinya.." kataku dengan tertawa.

 "Ohh.. kalau begitu kau terima tawaranku?" kata penculik itu dengan bangga dan membuka kedua tangannya

 "Tapi, itu adalah keputusanku, jadi, maaf ya.." kataku dengan senyum dan langsung melempar satu pedang pendek menembus senjata api yang ia pegang sampai rusak.

 Ia nampak kaget sekaligus marah, "Kau, mau mati..??" katanya dengan kesal, "Kau salah lawan.." balasku sambil menarik dua pedang pendek yang kupunya.

 "Tembak dia! Sampai tak tersisa!!!!!" teriak orang tersebut. Orang-orang barusan  langsung bersiap dan menarik pelatuk senjata mereka.

 "Shiruya Ryu Ougi ( Shiruya Secret thecnique), Shinda no Nana Geijutsu (Seven Art of Dead), Dai san no ugoki (3rd move), Kaminari Hanketsu (Thunder Judgement)"

 Dalam sekejap mereka semua terjatuh karena kuserang, tembakan mereka tidak terarah karena gerakanku yang sangat cepat, sampai tidak bisa ditangkap oleh mata. Dengan kedua pedangku aku membuat mereka semua tidak dapat bangun lagi, kecuali orang yang menodong Ai barusan.

 Aku berdiri di depannya, kali ini ia nampak ketakutan dan merangkak kebelakang. Ia terhenti karena di belakangnya adalah tembok, "Tu..tunggu.. maafkan aku.." katanya memohon sambil takut, "Aku hanya melakukan ini hanya karena disuruh, maafkan aku!!" katanya lebih nyaring. Aku mendekatinya dan menatapnya secara dekat, "Kalau begitu, kenapa kau melakukannya?" tanyaku kembali untuk membalas pertanyaannya kembali. Ia terdiam dan terlihat kesal, tanganya bergetar, "Kau.. JANGA BERLAGAK SIALAN!!!" Teriaknya sambil menarik sebuah pistol dan mengarahkannya ke arahku. Dalam sekejap aku langsung memotong pistol itu dan mengangkat kedua pedangku untuk bersiap menusuknya, "Selamat Tinggal.."

 CRRAKK!!!!

Aku menancapkan kedua pedangku secara menyilang di depan lehernya. Orang tersebut nampaknya pingsan karena shock, aku tidak membunuhnya karena mengingat apa yang dikatakan Ai padaku. Aku pun berbalik ke arah Ai dan hendak mengangkatnya, saat itu aku merasa ada yang aneh. Aku menatap Ai lebih dekat, dan akhirnya aku tahu. Aku langsung memukul kepala Ai dengan keras dan itu membuatnya kesakitan dan bangkit, "Apa yang kau lakukan!!? Barusan itu sakit tahu!!" katanya secara kesal, "Kalau kau memang tidak pingsan, buat apa kau pura pura tidak sadarkan diri hah!!" balasku yang juga marah.


Perdebatan kami berlangsung beberapa menit, dan itu berhenti karena kami merasa lelah karena perdebatan itu. "Ayo pergi, tak ada gunanya berlama-lama disini.." kataku sambil berdiri. Tepat pada saat itu kakiku mulai terasa sakit sehingga aku terjatuh, dan itu membuat Ai terkejut.

"Ada apa!?" tanyanya dengan nada panik

"Tidak.. ini hanya efek samping dari apa yang aku lakukan barusan.." kataku. Kakiku sedikit bergetar, Kaminari Hanketsu adalah teknik ninja khusus keluarga Shiruya yang dapat membuat tubuh bergerak cepat melebihi kecepatan normal dan hampir setara dengan kecepatan cahaya. Tetapi teknik tersebut akan menimbulkan beban yang berat untuk tubuh setelah dipakai karena pada dasarnya, tubuh memiliki batas-batas tertentu. Dan hasilnya seperti sekarang, kelelahan dan rasa sakit di tubuhku mulai terasa, tetapi aku tak memperdulikannya.

Ai melihat sekeliling, hasil dari apa yang kuperbuat. Aku berdiri lagi dan membantu Ai untuk berdiri, "Mereka tidak mati. Aku tidak membunuh mereka, sekarang ayo keluar, sebelum daerah ini menjadi pusat perhatian" kataku sambil berjalan ke arah pintu keluar. Pada awalnya Ai nampak terkejut dengan apa yang kukatakan, tetapi ia sedikit tersenyum dan berjalan mengikutiku.

 Aku dan Ai berjalan menuju Labolatorium, tempat tujuan kami awalnya. Ai kembali nampak aneh, ia nampak enggan untuk pergi. Dari tadi ia berusaha untuk mengajakku agar tidak pergi kesana, tetapi kutolak, aku merasa ada sesuatu yang aneh tentang hal ini. Pada akhirnya kami sampai, aku memasuki gedung tersebut. Para pegawal-pengawal nampak menjauh.

-Rupanya kejadian kemarin sudah meluas ya...

Ai masih nampak aneh, ia tak ada bicara apa-pun. Kami menaiki lift dan pergi ke ruang penelitian. Aku membuka pintu ruangan tersebut, terlihat banyak barang-barang elektronik dan beberapa hasil penelitan. Tetapi dari semua hal itu perhatianku tertuju pada suatu hal saja. Seseorang lelaki berambut panjang yang bewarna pirang sedang memutar-mutarkan sebuah pulpen di tanganya. Orang tersebut menyadari kehadiran kami dan berbalik, "Oh, akhirnya kalian datang.." katanya dengan suara yang terkesan ramah, namun bagiku, suara itu agak aneh, aku merasakan hawa yang sedikit gelap dari orang itu, tetapi aku tidak bisa pasti karena kondisi tubuhku yang sekarang. "Maaf kami terlambat, Seiichiro Kagami. Ah bukan, maafkan aku, pimpinan.." kata Ai dengan berat. Orang tersebut tersenyum dan menatapku, aku melihat hal yang agak aneh pada orang itu, bola matanya, bola mata orang itu bewarna perak, itu bukan warna yang wajar. "Ini pertama kalinya kita bertemu bukan." perkataan itu menyadarkanku, aku tidak menjawab dan menatapnya, orang itu tersenyum, "Terima kasih atas kerja kerasmu pengawal Ai, Akira Kaguya.." katanya sambil tersenyum dengan damai.


-------------------------------By: Yahya Scorellia Courtville

Tidak ada komentar: