"Ninja pemburu hantu? Apa itu?" Tanya Hinata padaku, "Ninja pemburu hantu adalah campuran dari ninja dan demon hunter. Aku adalah generasi terbaru dari ninja pemburu hantu tersebut." jawabku sambil terus menyusun buku-buku yang masih berada di lantai. "Aku baru dengar tentang hal itu." lanjut Hinata dengan heran, "ya,, memang baru. Itu semua adalah ide orang tuaku." jawabku, "sepertinya keluargamu adalah keluarga yang lumayan aneh." kata Hinata. Aku tertawa kecil dan murung sejenak, "ya memang aneh, mereka itu kaya sedangkan aku tidak diberi uang semenjak SMP dan harus bekerja semenjak umur 10 tahun. Karena itu aku menderita sekali hidup bersama mereka! sampai-sampai mereka mengirimku kesini." Kataku dengan murung, aku terus menggerutu tentang keluargaku sampai Hinata bergumam, "Umm.." aku menoleh ke arah Hinata, "ada apa Mutsumi-san?" tanyaku. "Ah, tidak, ada yang ingin kutanyakan. Tetapi pertama-tama, tolong panggil aku dengan Hinata, aku lebih dikenal dengan nama itu." jawab Hinata. "Umm,, baiklah kalau kau memaksa. Jadi apa yang ingin kau tanyakan Hinata-san?" tanyaku kepada Hinata.
"Saat kau melihat simbol itu dari photoku, bagaimana kau menyimpulkan itu adalah aku? Itu bisa saja orang lain, tetapi mengapa kau tahu itu adalah aku?" kata Hinata sambil berhenti menyapu. Aku tertawa sedikit, "Aku tahu dari gayamu, cara berdiri, caramu menatap, mungkin agak aneh. Tetapi aku dapat membedakan orang dengan caranya berdiri." jawabku sambil terus membersihkan debu dan kerusakan yang ada. "Kalau begitu apa kau tahu apa wujud asliku?" tanya Hinata dengan gugup, aku melihat ekspresi mukanya yang gugup dan takut. "Tidak, aku tidak tahu." kataku jujur, sesaat kulihat Hinata merasa lega, "mengapa? apa wujud aslinya sebegitu parah?" tanyaku dalam hati. "Ah! kalau begini bisa sampai besok,, apa tak ada jalan lain?" keluh Miruku yang merupakan wakil dewan murid. Aku terdiam sejenak dan baru mengingat kalau jam malam di asrama adalah jam 9 tetapi ini sudah jam 11 malam. "Sial!!" jeritku, "Maaf, aku harus segera balik ke asrama, sisanya kuserahkan pada kalian ya?" kataku sambil mau melompat keluar jendela, tetapi sayangnya Miruku menangkapku, "ini gara-gara kamu, dan kamu mau kabur begitu saja?" katanya dengan marah. Aku berpikir sejenak dan akhirnya aku baru ingat sesuatu, "Oh iya, maaf kalian berdua tolong, aku ingin minta sehelai rambut kalian." kataku kepada mereka berdua, "untuk apa?" kata mereka. "Lakukan saja, bukan sesuatu yang berbahaya kok." kataku sambil mengambil selembar 3 lembar kertas mantera yang ada di dalam tasku. Mereka memberikannya padaku, aku menaruh rambut tersebut di atas kertas mantera dan berkata, "Roh-roh kecil yang berada di dunia, bantu aku untuk membuat tubuh. Aku berikan bagian tubuh ini sebagai sumber. Munculah, Shikigami!" Dalam sekejap kertas mantera tadi berubah menjadi Miruku, Hinata dan diriku sendiri. "Nah, dngan begini kita serahkan saja tugasnya pada mereka." kataku dengan tertawa tetapi begitu aku melihat ke arah Miruku dan Hinata mereka malah marah. "Mengapa kau tidak menggunakannya dari tadi hah!?" teriak mereka di depanku.
Pada akhirnya kami semua pulang, tetapi karena sudah larut pintu asramaku terkunci dan aku terpaksa untuk tidur di atap pada malam yang dingin. Pagi harinya, "Hatsyi...." sudah tentu aku bersin-bersin, "Huh, salah sendiri pulang larut." kata Minata kepadaku, aku tak memperdulikannya dan menyiapkan makanan pagi. Mulai sekarang aku yang melakukan tugas asrama seperti memasak dan sebagainya karena itu adalah hukumanku. Aku ingin nangis, saat kami pergi sekolah. Lagi-lagi aku dikejar oleh sekumpulan anak cewek yang lain. Aku melarikan diri ke tempat dewan murid, tetapi karena saat itu pintunya masih terkunci aku terdesak di sana, "Hei,, ayolah Kaguya-sama jadi partnerku" kata salah satu anak perempuan, "tidak aku!" bentak anak yang lain, "Bukan aku saja!" bentak anak yang lain lagi. Dalam sekejap situasi menjadi ramai, saat itu Hinata muncul dari belakang. "Hinata-san, kumohon tolong aku.." kataku sambil memohon. "Sepertinya tidak bisa, kalau ingin selamat kau harus memilih partnermu." kata Hinata dengan senyum. Dia masih marah akibat yang kemarin, "ayo,, sama aku saja." tarik seorang anak. Aku telah ditarik-tarik sampai mau pingsan, saat itu Ayame dan yang lain datang. Aku mempunyai ide, aku meloncat ke arah Ayame dan berkata, "Mulai saat ini, partnerku adalah Ayame!" teriakku sambil menunjuk Ayame. "Hah?" kata Ayame, suasana hening sejenak. "huh, dia sudah memilih partner, ayo pergi. Kita lanjutkan nanti saja." kata mereka sambil bubar, "Huf~ selamat," kataku. BUAK!!!! aku dipukul oleh Ayame, "apa-apaan ini, aku tak mau menjadi parnermu!" teriaknya dengan muka yang merah, "Aku juga, itu cuma pura-pura. Tenang saja." kataku sambil berdiri. "Tidak bisa." kata Hinata, "Kau sekarang sedang berada di depan kantor dewan murid yang dilengkapi dengan kamera pengawas. Artinya kejadian tadi sudah tersebar ke mana-mana." lanjut Hinata, "Hah?" kataku dengan polos. "Artinya, mulai sekarang partnermu adalah Ayame, selamat." kata Hinata dengan senyum. Aku terkejut karena niatku cuma untuk selamat saja, tertapi mengapa jadi begini? Aku menoleh ke arah Ayame dan tersenyum takut. BLAR!!!!! "Dasar Bodoh!!!!!!" teriak Ayame dengan kesal dan pergi setelah menghajarku. "Aku benar-benar sial" kataku dengan murung.
_____________________________________________________________________
by : Yahya De Courtville
"Saat kau melihat simbol itu dari photoku, bagaimana kau menyimpulkan itu adalah aku? Itu bisa saja orang lain, tetapi mengapa kau tahu itu adalah aku?" kata Hinata sambil berhenti menyapu. Aku tertawa sedikit, "Aku tahu dari gayamu, cara berdiri, caramu menatap, mungkin agak aneh. Tetapi aku dapat membedakan orang dengan caranya berdiri." jawabku sambil terus membersihkan debu dan kerusakan yang ada. "Kalau begitu apa kau tahu apa wujud asliku?" tanya Hinata dengan gugup, aku melihat ekspresi mukanya yang gugup dan takut. "Tidak, aku tidak tahu." kataku jujur, sesaat kulihat Hinata merasa lega, "mengapa? apa wujud aslinya sebegitu parah?" tanyaku dalam hati. "Ah! kalau begini bisa sampai besok,, apa tak ada jalan lain?" keluh Miruku yang merupakan wakil dewan murid. Aku terdiam sejenak dan baru mengingat kalau jam malam di asrama adalah jam 9 tetapi ini sudah jam 11 malam. "Sial!!" jeritku, "Maaf, aku harus segera balik ke asrama, sisanya kuserahkan pada kalian ya?" kataku sambil mau melompat keluar jendela, tetapi sayangnya Miruku menangkapku, "ini gara-gara kamu, dan kamu mau kabur begitu saja?" katanya dengan marah. Aku berpikir sejenak dan akhirnya aku baru ingat sesuatu, "Oh iya, maaf kalian berdua tolong, aku ingin minta sehelai rambut kalian." kataku kepada mereka berdua, "untuk apa?" kata mereka. "Lakukan saja, bukan sesuatu yang berbahaya kok." kataku sambil mengambil selembar 3 lembar kertas mantera yang ada di dalam tasku. Mereka memberikannya padaku, aku menaruh rambut tersebut di atas kertas mantera dan berkata, "Roh-roh kecil yang berada di dunia, bantu aku untuk membuat tubuh. Aku berikan bagian tubuh ini sebagai sumber. Munculah, Shikigami!" Dalam sekejap kertas mantera tadi berubah menjadi Miruku, Hinata dan diriku sendiri. "Nah, dngan begini kita serahkan saja tugasnya pada mereka." kataku dengan tertawa tetapi begitu aku melihat ke arah Miruku dan Hinata mereka malah marah. "Mengapa kau tidak menggunakannya dari tadi hah!?" teriak mereka di depanku.
Pada akhirnya kami semua pulang, tetapi karena sudah larut pintu asramaku terkunci dan aku terpaksa untuk tidur di atap pada malam yang dingin. Pagi harinya, "Hatsyi...." sudah tentu aku bersin-bersin, "Huh, salah sendiri pulang larut." kata Minata kepadaku, aku tak memperdulikannya dan menyiapkan makanan pagi. Mulai sekarang aku yang melakukan tugas asrama seperti memasak dan sebagainya karena itu adalah hukumanku. Aku ingin nangis, saat kami pergi sekolah. Lagi-lagi aku dikejar oleh sekumpulan anak cewek yang lain. Aku melarikan diri ke tempat dewan murid, tetapi karena saat itu pintunya masih terkunci aku terdesak di sana, "Hei,, ayolah Kaguya-sama jadi partnerku" kata salah satu anak perempuan, "tidak aku!" bentak anak yang lain, "Bukan aku saja!" bentak anak yang lain lagi. Dalam sekejap situasi menjadi ramai, saat itu Hinata muncul dari belakang. "Hinata-san, kumohon tolong aku.." kataku sambil memohon. "Sepertinya tidak bisa, kalau ingin selamat kau harus memilih partnermu." kata Hinata dengan senyum. Dia masih marah akibat yang kemarin, "ayo,, sama aku saja." tarik seorang anak. Aku telah ditarik-tarik sampai mau pingsan, saat itu Ayame dan yang lain datang. Aku mempunyai ide, aku meloncat ke arah Ayame dan berkata, "Mulai saat ini, partnerku adalah Ayame!" teriakku sambil menunjuk Ayame. "Hah?" kata Ayame, suasana hening sejenak. "huh, dia sudah memilih partner, ayo pergi. Kita lanjutkan nanti saja." kata mereka sambil bubar, "Huf~ selamat," kataku. BUAK!!!! aku dipukul oleh Ayame, "apa-apaan ini, aku tak mau menjadi parnermu!" teriaknya dengan muka yang merah, "Aku juga, itu cuma pura-pura. Tenang saja." kataku sambil berdiri. "Tidak bisa." kata Hinata, "Kau sekarang sedang berada di depan kantor dewan murid yang dilengkapi dengan kamera pengawas. Artinya kejadian tadi sudah tersebar ke mana-mana." lanjut Hinata, "Hah?" kataku dengan polos. "Artinya, mulai sekarang partnermu adalah Ayame, selamat." kata Hinata dengan senyum. Aku terkejut karena niatku cuma untuk selamat saja, tertapi mengapa jadi begini? Aku menoleh ke arah Ayame dan tersenyum takut. BLAR!!!!! "Dasar Bodoh!!!!!!" teriak Ayame dengan kesal dan pergi setelah menghajarku. "Aku benar-benar sial" kataku dengan murung.
_____________________________________________________________________
by : Yahya De Courtville
Tidak ada komentar:
Posting Komentar