Halaman

TRANSLATE

Minggu, 25 Oktober 2009

Ninja's Demon Hunter(?) In Kuro Gakuen chp 18. Yue's true form

"Sebenarnya sekolah apaan sih ini? Mengapa mereka bisa membuat piramid di sini?" Kataku syang masuk ke dalam piramid tersebut, "Tetapi bukankah akan menarik kalau kita ada di sini?" kata Ren yang tertawa, "Memang menarik tetapi bagaimana jika kita diserang sesuatu sementara keadaan mereka masih begitu?" kataku sambil menunjuk ke arah Ayame dkk yang masih sakit. "Tetapi ini benar-benar mengejutkan, yah tetapi karena kita murid kelas bawah seharusnya ini adalah tempat yang aman kan?" kata Ren yang tertawa, "Yah seharusnya aman." kata Hinata yang berada di sampingku, "Haha, kau benar Hinata-san." kataku yang ikut tertawa, situasi pun menjadi hening selama beberapa menit. "EH!!!! Mengapa kau ada di sini Hinata-san? Terlebih lagi bersama Miruku?" kataku yang baru sadar bahwa mereka berdua berada di sampingku. "Kau baru sadar sekarang? orang yang lambat." kata Hinata yang menghela nafas, "Yah, kami di sini karena suruhan kepala sekolah. Dia bilang agar lebih baik kalau aku bersama kalian karena kita sama-sama penjaga YGGDRASIL." kata Hinata yang membaca buku sambil berjalan, Yue melihat ke arah sini, "Selamat pagi ketua murid." kata Yue dengan sopan, "Selamat pagi, Yue" balas Hinata kepada Yue, "Eh, kalian sudah kenal?" Hinata menatapku, "Tentu saja, aku yang memberi tahu letak asramamu kepadanya saat dia datang ke Kuro Gakuen." jelas Hinata. Kami pun berjalan terus ke bagian dalam piramid tersebut, "Hei, apa kalian tidak merasa aneh?" kata Miruku. "Memangnya kenapa? Apa kau merasakan ada roh jahat atau LORE?" tanyaku pada Miruku, "Atau kau merasakan adanya mumi?" tanya Ren, "Aku tak tahu ini harus disebut Roh jahat, atau LORE ,atau mumi tetapi, meraka rasanya menakutkan." kata Miruku yang menunjuk Ayame dkk yang sempoyongan seakan mau mati. Aku tertawa kecil, "Tetapi kita akan aman ya?" kataku, "Mengapa?" tanya Hinata, "Karena ada dua murid tingkat elit bersama kami, murid tingkat elit pasti sudah ke tempat yang berbahaya kan?" kataku dengan senyum, "Tidak!" kata Hinata dengan tegas, "Kami murid tingkat elit tidak pernah ke tempat yang berbahaya." sambung Miruku, "Ujian bertahan hidup kami hanya di tempat yang sangat mudah, semakin tinggi tingkat kelasnya maka akan makin mudah ujiannya itulah prinsip kepala sekolah." kata Hinata dengan tersenyum, "Sekolah macam apa ini?" kataku dalam hati.

Kami sudah berjalan kurang lebih 2 jam tetapi masih belum menemukan jalan keluar. Malahan adanya jebakan seperti paku yang keluar dari tanah, lalu panah yang keluar dari dinding, bahkan sampai ada ruangan beracun, ini seperti perjalanan pemburu harta karun. "Hei apa kau tak merasa kalau kita berheti di ruangan yang aneh?" kata Ren yang memecahkan lamunanku, aku melihat sekeliling. Terdapat sebuah tulisan-tulisan aneh yang tak bisa kubaca dan terdapat sebuat bentuk harimau yang menonjol di dinding. "Ini mungkin sejarah kota ini terbentuk." kata Hinata yang merapat ke dinding, "Begitukah? kupikir itu adalah mumi." kata Ren dengan lega, saat itu karena jalan itu buntuk kami ingin kembali tetapi tiba-tiba pintu keluarnya tertutup. Kami semua terkejut karena hal itu, "Pintunya tak bisa dibuka." kata Ren yang berusaha membuka pintu itu, PRAK! bunyi sesuatu yang retak, aku menoleh dan ternyata tonjolan harimau di dinding itu adalah mumi harimau. "Wah, harimau yang lucu." kata Hinata yang mendekati harimau tersebut dengan maksud mengelusnya, aku langsung menariknya dan membawanya kabur. "Hei turunkan aku!" Jerit Hinata dengan muka yang merah, "Mana bisa! Apa kau tak lihat kalau ada mumi? Terlebih lagi itu mumi harimau! Sekolah macam apa sih ini?" teriakku dengan kesal sambil kabur, "Yah kau teriak-teriak pun takkan menolong." kata Ren dengan santai di sebelahku, "Ngomong-ngomong, kemana partnermu?" tanya Miruku. Aku langsung berhenti, "Gawat mereka masih di belakang." saat itu mumi harimau itu mau menerjangku, aku berbalik dan melemparkan sebuah bola peledak ke hadapan mereka. Bola itu pun meledak dan mumi-mumi itu pun hancur, lalu aku segera berlari ke tempat awal.

Di pertengahan jalan aku melihat ada Yue yang sedang bertarung dengan mumi-mumi itu sendirian. Ayame dkk tampaknya tidak dapat bergerak karena mereka terikat oleh akar pohon-pohon yang merambat di dinding. Saat aku mau masuk tanganku terpental, ada kekkai yang dipasang sehingga aku tak bisa masuk ke situ. "Ini kekkai kehidupan, kekkai yang dibuat dari jiwa pemakainya sendiri sehingga tak bisa dihancurkan. Ini cuma bisa dihancurkan dengan menghancurkan pemakainya saja, dari pengamatanku pemakainya adalah pohon yang menjerat Ayame itu." kata Ren dengan bingung, Tiba-tiba mumi yang kami hancurkan tadi telah utuh kembali. "Mereka utuh lagi? Hei, ini cuma ujian sekolah kan." kataku sambil menarik pedangku, tiba-tiba sebuah mumi harimau menerjangku. Aku sempat menghindar tetapi bahuku terkena cakarnya dan lukanya cukup dalam. "Ugh." kataku sambil memegang lukaku, "Rikimaru, kau tak apa-apa?" tanya Hinata yang menghampiriku, "Aku tidak apa-apa tetapi dengan luka ini aku tak bisa menghabisi mereka semua." Kataku, "Sial!" kata Hinata yang kesal, "Tenang, Ren tolong selesaikan semuanya." kataku yang duduk bersandar di dinding, "Aku sih bisa saja menghabisi mereka, tetapi bagaimana dengan yang di dalam." kata Ren yang berdiri di depanku, "Entahlah, kuharap Yue mau mengeluarkan wujud aslinya." kataku dengan cemas, Ren berjalan selangkah ke depan dan memasang kekkai agar mumi-mumi itu tak ada yang mengincarku. "Mengapa kau bilang begitu?" tanya Hinata sambil membalut lukaku, "Kau bilang kalau kau mengharapkan pelayanmu berubah wujud kan? Apa itu artinya dia tak mau meperlihatkan wujud aslinya? Mengapa?" tanya Miruku yang ikut mengobatiku. "Wujud aslinya itulah yang membuatnya tak punya teman." kataku dengan nada yang kecil. Tiba-tiba Yue terlempar ke dinding kekkai tersebut, aku segera bangkit dan melihat kalau Yue sedang kewalahan, "Ini gawat." kata Hinata. Aku melihat mata Yue yang kelihatan marah, aku segera menghalangi Hinata yang mencoba untuk masuk. "Jangan ke sana, kau bisa terkena serangannya." kataku, saat itu Yue terlihat geram dan tiba tiba munculah petir yang menyambar di dalam kekkai tersebut. Petir tersebut membuat kabut yang tebal, "Petir? Petir seperti ini kan hanya...." kata Miruku yang terputus karena kaget, "Ya, wujud asli Yue adalah sama seperti Ayame yaitu rubah ekor sembilan." kataku, "Tetapi bukankah rambutnya itu bewarna hitam? rubah ekor sembilan memiliki warna kuning, bukan hitam!" kata Hinata yang tak percaya, "Aku juga tak tahu mengapa begitu, tetapi dia itu adalah rubah ekor sembilan asli." kataku sambil menunjuk Yue yang telah menghancurkan semua mumi yang ada. Aku melihat ke arah Ayame dan tampaknya dia sangat terkejut dengan wujud asli Yue.







_____________________________________________________________________
by : Yahya De Courtville

Tidak ada komentar: